KISAH NABI ZAKARIA As
Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Apa kabar pengunjung? Semoga saja baik, kali ini saya
tulis artikel kisah nabi Zakaria As. Mari kita simak kisahnya ....
Masa yang dialami oleh Nabi Zakaria adalah masa yang
aneh di mana banyak hal yang berlawanan yang berhadap-hadapan dan saling
bertentangan serta terlibat pertarungan yang tidak pernah padam. Keimanan
kepada Allah SWT bercahaya di mesjid yang besar di Baitul Maqdis, sedangkan
kebohongan memenuhi pasar-pasar Yahudi yang bersebelahan dengan mesjid itu.
Sudah menjadi tradisi dunia bahwa segala sesuatu yang bertentangan mesti saling
berhadapan pada: kebaikan dengan kejahatan, cahaya dengan kegelapan, kebenaran
dengan kebohongan, para nabi dengan para pembangkang. Alhasil, segala sesuatu
berhadapan untuk mempertahankan kehidupan. Di masa yang kuno ini terdapat
seorang nabi dan seorang alim yang besar. Nabi yang dimaksud adalah Zakaria
sedangkan seorang alim besar yang Allah SWT memilihnya untuk salat di
tengah-tengah manusia adalah Imran. Imran adalah seorang suami dan istrinya
sangat berharap untuk melahirkan anak. Waktu pagi menyelimuti kota, keluarlah
istri Imran untuk memberikan makan kepada burung dan ia melihat pamandangan
yang ada di sekitarnya dan mulai merenungkannya. Di sana terdapat seekor burung
yang memberi makan anaknya dengan cara menyuapinya dan memberinya minum. Burung
itu melindungi anaknya di bawah sayapnya karena khawatir dari kedinginan.
Ketika melihat pemandangan itu, istri Imran berharap agar Allah SWT memberinya
anak. Ia mengangkat tangannya dan mulai berdoa agar Allah SWT menganugerahinya
seorang anak lelaki. Allah SWT mengabulkan doanya dan pada suatu hari ia merasa
bahwa ia sedang hamil lalu kegembiraan menyelimutinya dan ia bersyukur kepada Allah SWT:
"(Ingatlah) ketika istri Imran berkata: 'Ya
Tuhanhu, sesungguhnya aku telah menazarkan kepada Engkau anak yang dalam
kandunganku menjadi anak yang saleh dan berkhidmat (di Baitil Maqdis). Karena
itu terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.'" (QS. Ali 'Imran: 35)
Ia bernazar agar anaknya menjadi seorang pembantu di
mesjid sepanjang hidupnya yang mengabdi kepada Allah SWT dan mengabdi kepada
rumah-Nya, yaitu masjid. Lalu tibalah hari kelahiran. Istri Imran melahirkan
seorang anak perempuan. Istri itu merasa terkejut karena ia menginginkan
seorang anak lelaki yang dapat mengabdi untuk mesjid dan beribadah di dalamnya.
Ketika ia melihat bahwa anaknya seorang perempuan, maka ia tetap menjalankan
nazarnya, meskipun anak lelaki bukan seperti anak perempuan:
"Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia
pun berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak
perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak
laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya ahu telah menamai dia
Maryam." (QS. Ali Imran: 36)
Allah SWT mendengar doa istri Imran; Allah SWT
mendengar apa yang kita ucapkan dan apa yang kita bisikkan dalam diri kita,
bahkan apa yang kita inginkan untuk kita ucapkan dan kita tidak melakukannya.
Semua itu diketahui oleh Allah SWT. Allah SWT mendengar bahwa istri Imran
memberitahu-Nya bahwa ia melahirkan anak perempuan dan Allah SWT lebih
mengetahui tentang anak yang dilahirkannya. Allah SWT-lah yang memilihkan jenis
kelamin anak yang lahir di mana Dia menciptakan anak laki-laki atau perempuan.
Allah SWT mendengar bahwa istri Imran berdoa kepada-Nya agar Dia menjaga anak
perempuan ini yang dinamakan Maryam dan juga menjaga keturunannya dari setan
yang terkutuk:
"Dan aku mohon perlindungan untuknya serta
anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk.
maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria
pemeliharanya." (QS. Ali 'Imran: 36- 37)
Allah SWT mengkabulakn doa istri Imran dan ibu Maryam.
Allah SWT menyambut Maryam dengan penyambutan yang baik dan memberinya
keturunan yang baik. Allah SWT berkehendak melalui rahmat-Nya untuk menjadikan
perempuan ini sebagai wanita terbaik di muka bumi dan menjadikan ibu dari
seorang nabi yang kelahirannya merupakan mukjizat terbesar seperti kelahiran
Nabi Adam. Nabi Adam lahir tanpa seorang ayah atau ibu, sedangkan Nabi Isa
lahir tanpa seorang ayah. Nabi Isa berasal dari ibu yang suci yang belum
menikah, yang belum disentuh oleh manusia.
Mula-mula kelahiran Maryam mendatangkan sedikit
problem. Imran telah mati sebelum kelahiran Maryam dan para ulama di zaman itu
dan para pembesar ingin mendidik Maryam. Setiap orang berlomba-lomba untuk
mendapatkan kemuliaan ini, yaitu mendidik seorang perempuan dari seorang lelaki
besar vang mereka hormati. Zakaria berkata: "Biarkan aku yang mengasuhnya
karena ia adalah kerabat dekatku. Istriku adalah bibinya dan aku adalah seorang
Nabi dari umat ini. Aku lebih utama daripada kalian untuk mengasuhnya."
Lalu para ulama dan para guru berkata: "Mengapa tidak seorang di antara
kami yang mengasuhnya. Kami tidak akan membiarkan engkau mendapatkan keutamaan
ini tanpa persetujuan dari kami." Hampir saja mereka berselisih dan
bertarung kalau seandainya mereka tidak menyepakati diadakannya undian. Yakni,
seseorang yang mendapatkan undian, maka itulah yang akan mengasuh Maryam.
Diadakanlah undian. Maryam diletakkan di atas tanah
dan diletakkan di sebelahnya pena-pena orang-orang yang ingin mengasuhnya.
Kemudian mereka menghadirkan anak kecil lalu anak kecil itu mengeluarkan pena
Zakaria. Zakaria berkata: "Allah SWT memutuskan agar aku
mengasuhnya." Para ulama dan para Syekh berkata: "Tidak, undian harus
dilakukan tiga kali." Mereka mulai berpikir tentang undian yang kedua.
Setiap orang mengukir namanya di atas pena kayu dan mereka berkata, kita akan
melemparkan pena-pena kita di sungai, maka siapa yang penanya menantang arus,
itulah yang menang:
"Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika
mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara
mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika
mereka bersengketa." (QS. Ali 'Imran: 44)
Mereka pun
melemparkan pena-pena mereka di sungai sehingga pena-pena itu berjalan bersama
arus, kecuali pena Zakaria yang menantang arus. Zakaria merasa bahwa mereka
akan puas tetapi mereka bersikeras untuk mengadakan undian yang ketiga kali.
Mereka berkata:
"Kita akan melemparkan
pena-pena kita di sungai. Pena yang berjalan bersama arus, maka itulah yang
akan mengasuh Maryam."
Mereka pun
melemparkan pena-pena mereka dan semua berjalan menantang arus, kecuali pena
Zakaria. Akhirnya, mereka menyerah kepada Zakaria dan mereka menyerahkan anak
itu kepadanya agar Zakaria mengasuhnya. Nabi Zakaria mulai mengasuh Maryam dan
mendidiknya serta menghormatinya sampai ia dewasa. Maryam memiliki tempat
khusus di dalam mesjid. Ia mempunyai suatu mihrab yang di situ ia beribadah.
Jarang sekali ia meninggalkan tempatnya. Ia selalu beribadah dan salat di
dalamnya serta berzikir dan bersyukur dan menuangkan cintanya kepada Allah SWT.
Terkadang Zakaria mengunjunginya di mihrab. Tiba-tiba, pada suatu hari Zakaria
menemuinya dan ia melihat sesuatu yang mencengangkan. Saat itu musim panas
tetapi Nabi Zakaria menemui di tempat Maryam buah-buahan musim dingin, dan pada
kesempatan yang lain ia menemui buah-buahan musim panas sedangkan saat itu
musim dingin. Zakaria bertanya kepada Maryam: "Darimana
datangnya rezeki ini?"
Maryam menjawab: "Bahwa
itu berasal dari Allah SWT." Pemandangan seperti ini berulang lebih dari
sekali:
"Setiap Zakaria masuk menemui Maryam di mihrab,
ia dapati makanan di sisinya." (QS. Ali 'Imran: 37)
Nabi Zakaria
adalah seorang tua dan rambutnya sudah dikelilingi uban. Ia merasa bahwa tidak
lama lagi hidupnya akan berakhir dan istrinya, bibi Maryam, adalah seseorang
wanita tua sepertinya yang belum melahirkan seseorang pun dalam hidupnya karena
ia wanita yang mandul. Nabi Zakaria menginginkan agar ia mendapatkan seorang
anak laki-laki yang akan mewarisi ilmunya dan akan menjadi nabi yang dapat
membimbing kaumnya dan berdakwah kepada mereka untuk mengikuti Kitab Allah SWT.
Zakaria
tidak menyampaikan keinginan ini kepada seseorang pun, bahkan kepada istrinya,
tetapi Allah SWT mengetahuinya sebelum pikiran itu disampaikan. Pada pagi itu
Zakaria menemui Maryam di mihrabnya, lalu ia mendapati buah-buahan yang
sebenarnya sudah tidak musim. Zakaria bertanya kepada Maryam:
"Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana kamu
memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi
Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab. Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya." (QS. Ali
'Imran: 37-38)
Zakaria
berkata pada dirinya Maha Suci Allah SWT dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Lalu kerinduan mulai menyelimuti hatinya dan ia mulai menginginkan
keturunan. Nabi Zakaria berdoa kepada Tuhannya:
"(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang
rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada
Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya
tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah
kecewa dalam berdoa kepada Engka u, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir
terhadap mawaliku sepeningalku, sedang istriku adalah seseorang yang mandul,
maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akmi mewarisi aku
dan mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku,
seorangyang diridahi. " (QS. Maryam: 2-6)
Nabi Zakaria
meminta kepada Penciptanya tanpa mengangkat suara keras-keras agar Dia
memberinya seorang lelaki yang mewarisi kenabian dan hikmah serta keutamaan dan
ilmu. Nabi Zakaria khawatir kaumnya akan tersesat setelahnya di mana tidak ada
seorang nabi setelahnya. Allah SWT mengkabulkan doa Zakaria. Belum lama Nabi
Zakaria berdoa kepada Allah SWT hingga malaikat memanggilnya saat ia salat di
mihrab:
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar
gembira kepadamu akan (memperoleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang
sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia." (QS.
Maryam: 7)
Zakaria
kaget dengan berita ini, bagaimana ia dapat memiliki seorang anak. Karena
saking gembiranya Zakaria sangat terguncang dan dengan penuh keheranan ia
bertanya:
"Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal
istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah
mencapai umur yang sangat tua." (QS. Maryam: 8)
Ia heran
bagaimana ia dapat melahirkan sementara ia sudah tua dan istrinya pun wanita
yang mandul:
"Tuhan berfirman: 'Demikianlah.'
Tuhan berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku
ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama
sekali." (QS. Maryam; 9)
Para
malaikat memberitahunya bahwa ini terjadi karena kehendak Allah SWT dan kehendak-Nya
pasti terlaksana. Tidak ada sesuatu pun yang sulit bagi Allah SWT. Segala
sesuatu yang diinginkan di alam wujud ini pasti terjadi. Allah SWT telah
menciptakan Zakaria sebelumnya dan beliau pun sebelumnya tidak pernah ada.
Segala sesuatu diciptakan Allah SWT hanya dengan kehendak-Nya:
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah herkata kepadanya: 'Jadilah!', maka jadilah ia.
" (QS. Yasin: 82)
Hati Nabi
Zakaria dipenuhi rasa syukur kepada Allah SWT dan ia pun memuji-Nya. Lalu ia
meminta kepada Allah SWT agar memberinya tanda-tanda:
"Zakaria berkata: Ya Tuhanku, berilah suatu
tanda.' Tuhan berfirman: 'Tanda bagimu adalah bahwa kamu tidak dapat
bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.' Maka ia
keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka;
hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang." (QS.
Maryam: 10-11)
Allah SWT
memberitahunya bahwa akan terjadi tiga hari di mana di dalamnya ia tidak mampu
berbicara, padahal saat itu ia sehat-sehat saja tidak sakit. Jika hal ini
terjadi padanya, maka hendaklah ia yakin bahwa istrinya hamil dan bahwa
mukjizat Allah SWT benar-benar terwujud. Kemudian hendaklah saat itu ia
berbicara kepada manusia melalui isyarat dan banyak bertasbih kepada Allah SWT
di waktu pagi dan sore.
Zakaria
keluar pada suatu hari kepada manusia dan hatinya dipenuhi dengan syukur. Ia
ingin berbicara dengan mereka namun ia mengetahui bahwa ia tidak mampu
berbicara. Zakaria mengetahui bahwa mukjizat Allah SWT telah terwujud lalu ia
mengisyaratkan kepada kaumnya agar mereka bertasbih kepada Allah SWT di waktu
pagi dan sore. Ia pun selalu bertasbih kepada Allah SWT dalam hatinya. Zakaria
merasakan kegembiraan yang sangat dalam. Malaikat memberitahunya tentang kelahiran
seorang anak lelaki yang Allah SWT menamakannya Yahya. Untuk pertama kalinya
kita di hadapan seorang anak yang ayahnya tidak memberikan nama kepadanya dan
ibunya pun tidak memilihkan nama untuknya, tetapi Allah SWT-lah yang memberinya
nama. Dengan kemuliaan yang agung ini, Allah SWT menyampaikan berita gembira
kepada Zakaria bahwa anaknya Yahya akan membenarkan kalimat Allah SWT dan akan
menjadi seorang yang mulia dan seorang Nabi dari orang-orang yang saleh.
Zakaria
gemetar, karena saking gembiranya. Air matanya mulai berlinangan dan jenggotnya
yang putih mulai basah. Ia salat kepada Allah SWT sebagai tanda syukur atas
pengkabulan doanya dan kelahiran Yahya.♦
Demikianlah
artikel nya, semoga saja bermanfaat.
Sekian,
terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar