Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat
datang, Apa kabar sahabat muslim? Emoga saja baik, dan selalu dalam lidungan
Illahi..
Kali ini
saya posting artikel kisah nabi Yahya As. Mari kita simak artikelnya dibawah
ini,.
Beliau
membantu ayahnya dalam berdakwah dengan mengingatkan kaumnya dan para pemimpin
Bani Israil yang melanggar hukum Taurat. Ia sangat berani menegakkan kebenaran
dan menerapkan hukum agama dengan tegas. Ia juga selalu menganjurkan agar
kaumnya yang berdosa segera bertaubat. Pertaubatan ini ditandai dengan
dipermandikan atau dibaptiskan di sungai Yordan. Karena itu, Yahya
dijuluki al-Ma'madan (Pembaptis). Hingga sekarang, upacara pembaptisan ini
masih dilakukan oleh umat Kristiani.
Sebelum kelahiran Yahya, Nabi Zakaria sudah diberitahu tentang putranya yang akan membenarkan Firman Allah SWT mengenai kedatangan Nabi Isa AS : “Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya) : “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh”. (QS. Ali Imran :39). Di kemudian hari Nabi Yahya yang membaptis Nabi Isa AS dan membenarkan risalah atau syariat yang dibawanya. Namun Nabi Yahya tidak sempat ikut membela risalah itu karena tewas dibunuh oleh Raja Herodus.
Nabi Yahya AS hidup pada saat Yerussalem berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi (4 SM - 39 M) dengan Herodus sebagai penguasa setempat. Suatu ketika Raja Herodus berencana menikahi anak tirinya, Herodia. Tapi Yahya mengetahui rencana itu. Maka ia segera mengeluarkan fatwa larangan, karena menurut hukum Taurat, anak tiri haram dinikahi. Tapi Herodia tidak ingin pernikahannya gagal. Maka ia meminta Raja Herodus membunuh Yahya. Raja Herodus segera menangkap Yahya dan memasukkannya ke penjara. Akhirnya Yahya dibunuh oleh Raja Herodus untuk memenuhi permintaan kekasihnya itu.
Di dalam Al-Quran Nabi Yahya AS tidak banyak diceritakan, hanya dijelaskan beliau dikaruniai hikmah dan ilmu semasa kecil. Beliau hormat pada orang tuanya, dan tidak sombong atau pun durhaka. Beliau pintar dan tajam pemikirannya, beribadah siang malam. Di kalangan bani Israil, beliau dikenal sebagai ahli agama dan hafal Taurat.
Kisah Nabi Yahya AS Saat berdialog
dengan Iblis
Pada suatu
hari, datanglah iblis menghadap Nabi Yahya as dan dia berkata :
- Iblis :
"Wahai Nabi Yahya, aku ingin memberimu nasehat".
- Nabi
Yahya AS :
"Kamu berdusta. Kamu jangan menasehati aku, tetapi beritahukan
kepadaku tentang anak cucu Nabi Adam AS”.
- Iblis :
"Anak cucu Adam itu menurut asal ada tiga golongan, yaitu: (1)
Golongan yang paling keras terhadap golongan kami, Bila saya menemukan
kesempatan untuk menggodanya, maka kesempatan itu tidak bisa saya
manfaatkan sehingga kami tidak memperoleh apa-apa dari mereka. (2)
Golongan yang kami kuasai, Mereka ini ditangan kami tidak ubahnya seperti
bola di tangan para anak-anak kami yang kapan saja bisa dimainkan. Kami
puas atas mereka. (3) Golongan orang-orang seperti Anda, Mereka ini oleh
Allah SWT dilindungi sehingga saya tidak dapat menembus mereka.
- Nabi
Yahya as :
"Kalau begitu, apakah kamu mampu menggoda saya ?"
- Iblis :
"Tidak, tapi hanya sekali saja saya mampu menggoda anda. Yaitu ketika
anda menghadapi makanan, lalu anda memakan makanan itu sekenyang-kenyangnya
sampai anda tertidur pada waktu itu juga. Saat itu anda tidak melakukan
shalat malam seperti pada malam-malam sebelumnya”.
Karena Iblis
tidak mampu menggoda Nabi Yahya AS, maka iblis pun pergi untuk kembali
nanti. Iblis berfikir, mungkin di kesempatan lain bisa menggoda Nabi Yahya
AS. Iblis mendatangi Nabi Yahya AS lagi, dan kali ini iblis tengah
memperlihatkan dirinya dengan beberapa barang yang tergantung.
Dan terjadilah dialog lagi dengan mereka.
Dan terjadilah dialog lagi dengan mereka.
- Nabi
Yahya AS :
"Apakah barang-ba
- rang
yang tergantung itu, wahai Iblis laknatullah ?" Iblis :
"Ini adalah beberapa syahwat yang saya dapat dari anak Adam”.
- Nabi
Yahya AS :
"Apakah aku juga ada (syahwat) ?"
- Iblis :
"Kadang-kadang Anda kebanyakan makan (maksudnya sekali itu saja
hingga Beliau tertidur), lalu Anda berat untuk menjalankan shalat dan
dzikir kepada Allah SWT."
- Nabi
Yahya AS :
"Apakah ada yang lain?"
- Iblis :
"Tidak ada. Wallahi tidak ada." (Ini menunjukkan bahwa para Nabi
dan Rasul itu benar-benar dilindungi oleh Allah SWT dari perbuatan dosa).
- Nabi
Yahya AS :
"Ketahuilah wahai Iblis, sesungguhnya Allah SWT tidak akan memenuhkan
perut saya dari berbagai makanan."
- Iblis :
"Saya rasa demikian. Saya pun juga begitu, saya tidak akan memberi
nasehat kepada anak cucu Adam".
Saya pernah membaca mengenai akhir hidup Nabi Zakaria dan Nabi Yahya yang menurut saya sangat tragis. Nabi Zakaria yang bersembunyi di dalam pohon mati digergaji. Sedangkan Nabi Yahya mati dipenggal kepalanya. Pertanyaan saya:
1. Benarkah kisah mengenai akhir hidup kedua Nabi tersebut?
2. Jika benar seperti itu, apakah hikmah dari Allah dalam kisah akhir hidup/perjuangan Nabi Zakaria dan Nabi Yahya (maksud saya: dalam pemahaman saya yang awan dalam bidang agama ini, akhir kisah perjuangan Nabi Zakaria dan Nabi Yahya yang sangat tragis tersebut kontras sekali dengan -misalnya- akhir kisah perjuangan:
– Nabi Nuh ( diselamatkan oleh Allah dari kezaliman umatnya yang durhaka dengan dihancurkannya umat yang durhaka tersebut melalui banjir besar)
– Nabi Ibrahim (diselamatkan oleh Allah dari hukuman dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud)
– Nabi Musa (diselamatkan oleh Allah dari kejaran Firaun dengan terbelahnya Laut Merah)
– Nabi Daud (diselamatkan oleh Allah dari kekejaman Jalut/Goliath)
– Nabi Yusuf (diselamatkan oleh Allah dari kezaliman/iri hati saudara-saudaranya bahkan akhirnya saudara-saudaranya menghormat kepada beliau)
– Nabi Isa (diselamatkan oleh Allah dari penyaliban)
– Nabi Muhammad SAW (diselamatkan oleh Allah dari kebiadaban kafir Quraisy dan Yahudi Madinah bahkan akhirnya berhasil kembali ke Mekkah dengan kemenangan)
Bahkan selain kisah para Nabi yang diselamatkan oleh Allah sebagaimana saya sebutkan di atas, ada pula kisah Ashabul Kahfi (diselamatkan oleh Allah dengan ditidurkan/disembunyikan dalam gua)
Saya mengimani bahwa Allah Yang Maha Kuasa dan Penolong akan dengan mudahnya menyelamatkan Nabi Zakaria dan Nabi Yahya sehingga beliau berdua dapat terselamatkan dari kezaliman umatnya. Saya juga mengimani bahwa Allah Yang Maha Tahu juga mempunyai rahasia dan hikmah dalam setiap peristiwa di dunia ini termasuk kisah akhir hidup kedua Nabi tersebut. Itulah yang ingin saya tanyakan kepada Ustadz mengenai hal tersebut : Rahasia atau Hikmah apakah dalam kisah akhir hidup Nabi Zakaria dan Nabi Yahya tersebut sehingga pertolongan Allah “tidak tampak secara kasat mata” dibandingkan kisah para Nabi lain +Ashabul Kahfi? (Saya yakin pertolongan Allah pasti ada untuk Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, tapi saya belum dapat memahami bagaimana bentuk pertolongan Allah untuk kedua nabi tersebut).
Terima kasih untuk perhatian dan jawaban Ustadz
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Waalaikumussalam Wr Wb
Allah swt memerintahkan Rasulullah saw untuk menceritakan tentang Zakaria kepada manusia termasuk kisah ketika dirinya dikaruniai seorang anak laki-laki pada usianya yang sudah lenjut sementara istrinya adalah seorang wanita tua yang mandul dengan maksud agar manusia tidak pernah berputus asa terhadap karunia dan rahmat Allah swt, sebagaimana firman-Nya :
ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا ﴿٢﴾
إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاء خَفِيًّا ﴿٣﴾
إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاء خَفِيًّا ﴿٣﴾
Sebagian salaf mengatakan bahwa Zakaria bangun pada saat malam hari lalu berdoa kepada Tuhannya dengan diam-diam tanpa diketahui banyak orang dan berdoa,”Wahai Robb, wahai Robb, wahai Robb” Allah berkata,”labbaik, labbaik, labbaik.” Zakaria mengatakan, “Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban.” (QS. Maryam 4)
Firman Allah swt :
$!
يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ
يَحْيَى لَمْ نَجْعَل لَّهُ مِن قَبْلُ سَمِيًّا
Artinya : “Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh”. (QS. Al Imron : 7)
Keshalehan Nabi Yahya ini sudah terlihat sejak maa anak-anak, Abdullah bin al Mubarok mengatakan : Ma’mar mengatakan bahwa suatu ketika ada seorang anak yang mengatakan kepada Yahya bin Zakaria,”Mari kita bermain bersama.” Lalu Yahya menjawab,”Sesunguhnya kita diciptakan bukan untuk bermain.”, ada yang mengatakan bahwa ini adalah maksud dari firman Allah swt :
(
يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآتَيْنَاهُ
الْحُكْمَ صَبِيًّا
Ibnu Katsir juga menyebutkan riwayat dari Qotadah bahwa al Hasan berkata bahwa ketika Isa dan Yahya bertemu lalu Isa berkata kepada Yahya,”Mohonkanlah ampunan (kepada Allah) untukku sesungguhnya engkau lebih baik dariku.” Yahya berkata,” ,”Mohonkanlah ampunan (kepada Allah) untukku sesungguhnya engkau lebih baik dariku.” Lalu Isa pun mengatakan kepadanya lagi,”Engkau lebih baik dariku, aku memberikan salam kepada diriku sendiri sementara Allah memberikan salam kepadamu.” Dan Allah pun memberikan keutamaan kepada mereka berdua.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seorang anak Adam kecuali dia akan melakukan sebuah kesalahan atau berkeinginan untuk melakukan kesalahan namun tidak pada diri Yahya bin Zakaria..”
Sedangkan tentang kematian ayahnya, Nabi Zakaria, maka terjadi perbedaan riwayat dari Wahab bin Munbih : Apakah Nabi Zakaria mati secara wajar ataukah ia dibunuh? , terdapat dua riwayat.
Abdul Mun’im meriwayatkan dari Idris bin Sinan dari ayahnya dari Wahab bin Munbih mengatakan bahwa Zakaria lari dari kaumnya lalu masuk ke sebuah pohon, lalu mereka pun mendatanginya dan menggergaji pohon itu. Tatkala gergaji itu mengenai otot-ototnya dan ia pun merintih lalu Allah mewahyukan kepadanya,”Jika rintihanmu tidak mereda pasti aku akan jungkalkan bumi dan apa-apa yang ada diatasnya maka Zakaria pun menghentikan rintihannya sehingga dirinya terpotong dua”, ini diriwayatkan didalam hadits yang marfu’. Namun terdapat riwayat Ishaq bin Basyar dari Idris bin Sinan dari Wahab bahwa dia mengatakan bahwa orang yang terbelah didalam pohon itu adalah Sya’ya , adapun Zakaria meninggal secara wajar, wallahu A’lam.
Sedangkan tentang pembunuhan putranya, Yahya, mereka banyak menyebutkan sebab-sebabnya sementara yang paling masyhur menurut Ibnu Katsir adalah bahwa sebagian raja di Damaskus pada zaman itu ingin menikahi wanita-wanita yang menjadi mahram mereka atau wanita-wanita yang tidak halal untuk mereka nikahi. Hal ini mendapat penentangan dari Yahya as.
Sehingga terdapat seorang wanita yang meminta kepada seorang raja yang menyukainya agar memberikan hadiah kepadanya darah Yahya. Lalu dikirimlah seseorang untuk membunuh Yahya serta membawakan kepala dan darahnya diatas sebuah nampan kehadapan wanita itu.
Namun demikian, ada pula yang mengatakan bahwa cerita pembunuhan Nabi Yahya tersebut bersumber dari israiliyat yang tidak pernah disebutkan didalam Al Qur’an maupun sunnah-sunnahnya bahkan bertentangan dengan firman Allah swt :
Artinya : “Keselamatan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam)
Mereka juga merujuk kepada pengertian dari kata salam (keselamatan) disitu termasuk diselamatkannya dari kematian yang tidak menyenangkan.
Al Qodhi, ketika menjelaskan firman-Nya :
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ
وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
Dan pastinya para nabi akan mendapat pengabulan doa, dan ada tiga keadaan terbesar manusia yang membutuhkan keselamatan, yaitu : hari kelahiran, hari kematian dan hari kebangkitan. Ketiga keadaan tersebut membutuhkan keselamatan dan terkumpulnya kebahagiaan dari Allah swt agar terlindungi dari berbagai rasa sakit dan hal-hal yang mengerikan dalam setiap keadaan itu. (Tafsir ar Rozi juz III hal 303)
Dengan begitu, mereka berpendapat bahwa pembunuhan yang dialami Nabi Yahya adalah sesuatu yang mustahil, karena Yahya adalah seorang Nabi yang dijaga dan dilindungi Allah swt dan berita tersebut adalah berasal dari israiliyat dan sebagaimana kebiasaan orang-orang israil adalah ingin merendahkan dan mengecilkan para nabi Allah swt.
Namun demikian yang pasti bahwa didalam kisah-kisah para Nabi dengan segala keunikan dan kesabaran mereka semua—termasuk kisah Nabi Zakaria dan Yahya—didalam memikul beban kenabian sebagai pelita umat-umatnya ada banyak pelajaran yang bisa diambil oleh manusia, sebagaimana firman Allah swt :
Atinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf : 111)
Diantara hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari mereka adalah kesabaran mereka dalam mengemban amanah risalah dan da’wah, kesabaran terhadap perlakuan buruk kaumnya ketika mendengar da’wah mereka, kesabaran untuk tidak tergoda oleh berbagai tarikan-tarikan dunia yang dapat menyimpangkan mereka dari jalan risalah dan da’wah serta sifat-sifat mulia lainnya yang ada didalam diri orang-orang mulia itu.
Tentunya Allah swt juga senantiasa memberikan pertolongan dan bantuan-Nya kepada mereka semua ketika mendapatkan kesulitan didalam menyampaikan risalah-risalah-Nya yang hal itu sudah menjadi janji-Nya kepada mereka sebagaimana firman-Nya :
$
Artinya : “Sesungguhnya kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. Ghofir : 51 – 52)
Bagaimana Allah menolong para Rasul dan Nabi-Nya serta orang-orang yang bersamanya? tentunya Allah swt lebih mengetahui hal ini, karena ditangan-Nya lah segala kebaikan dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Sementara manusia hanya dituntut untuk bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah kepahlawanan mereka dan menghiasi kehidupannya dengan itu semua.
Wallahu A’lam. Demikian sampai disini dulu, semoga membantu, sekian dari saya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar