Kisah Nabi Isa As
Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh..
Apa kabar
sahabat muslim? Semoga saja baik, dan selalu dalam lindungan dan ketaatan
kepada Allah Swt. Amiin.
Okeh, kali
ini saya akan posting tentang kisah nabi Isa As, beliau salah satu nabi dan
rasul yang wajib kita ketahui. Mari kita simak saja di bawah ini ..
Nabi Isa
sebagai putra maryam Ia bergelar Almasih dan dipanggil Ibnu Maryam, putra
Maryam (Q.3:45). Nabi Isa a.s. diutus Allah Swt. sebagai nabi dan rasul. Ia
lahir tanpa ayah, tetapi bukan karena zina. Sejak masih bayi, ia berperilaku
lain dari teman sebayanya. Pada usia 12 tahun, ia menuntut ilmu dengan
menghadiri diskusi para ulama di Baitulmakdis. Pada usia 30 tahun, ia menerima
tugas kenabian di Bukit Zaitun. Ketika itu ia sedang beribadah bersama ibunya
dan
dikelilingi
oleh malaikat. Maryam sudah tahu bahwa putranya akan mendapat tugas kenabian
ketika hal itu diberitahukan kepadanya. Setelah menerima wahyu berupa Injil
(Q.19:30;
57:27), ia
memaklumkan kerasulannya kepada Bani Israil. Namun, para pemuka agama marah,
lalu menuntut agar Nabi Isa membuktikan kerasulannya. Ia menunjukkan sejumlah
mukjizat yang memperkuat dakwahnya. Al-Qur'an menegaskan bahwa Isa sama sekali
tidak memiliki sifat ketuhanan, dan bukan "putra Tuhan." Islam
menolak gagasan trinitas, yang menganggap Isa sebagai Tuhan (Q.4:171; 5:17;
73-75; 116-117). Nabi Isa hanya mengaku diri sebagai nabi dan rasul, dan tidak
pernah sebagai Tuhan. Ia malah percaya kepada Allah Swt., pencipta alam
semesta, termasuk pencipta dirinya.
KELAHIRAN NABI ISA
Usia
kandungan Maryam semakin dekat pada hari kelahiran. Maryam keluar dari daerah
pengasingannya untuk menyelamatkan diri serta bayi yang dikandungnya. Maryam
semakin merasakan gerak bayi dalam kandungannya. Geraknya semakin lama semakin
kuat. Karena merasa sakit, Maryam membaringkan diri. Pada saat itulah lahir
seorang anak dari rahimnya. Bayi ini adalah Isa bin Maryam.
BAITULLAHAM
Setelah
melahirkan, Maryam merasa lapar dan haus. Ia menggoyang- goyangkan pohon kurma (Q.19:22-26)
lalu memakan buah kurma yang terjatuh, dan minum air sungai yang mengalir dekat
pohon kurma tempatnya bersandar. Ia bersyukur kepada Allah Swt. karena diberi
kemudahan ketika melahirkan putranya. Tempat kelahiran Isa disebut Baitullaham
(Bethlehem), yang berarti "tempat lahir". Kota ini terletak sekitar
9,5 km di selatan Yerusalem. Ketika Nabi Isa lahir, Israil dijajah oleh bangsa
Romawi.
BAYI PANDAI BICARA
Beberapa
hari setelah kelahirannya, Nabi Isa dibawa pulang ke kampung ibunya. Orang kampung
berdatangan melihat putra Maryam. Mereka mencemoohkan Maryam karena membawa
bayi tanpa ayah. Mereka menuduhnya berbuat zina, padahal ia berasal dari
keluarga baik- baik. Maryam tidak menanggapi tuduhan itu, tetapi memberi
isyarat kepada bayinya. Tiba-tiba, bayinya menjawab bahwa tuduhan itu tidak
benar. Jawaban ini berhasil membungkam mulut mereka. Begitulah Allah Swt.
memperlihatkan kekuasaan-Nya. Nabi Isa dikhitan pada usia 8 hari, sesuai dengan
syariat para nabi sejak Nabi Ibrahim.
HAMBA TUHAN
Maryam lahir
dari keluarga Imran. Maryam berarti " tidak bercela," juga bisa
berarti "hamba Tuhan." Ia diasuh oleh Nabi Zakaria setelah ayahnya
meninggal. Ketika berada di sebuah mihrab, Maryam didatangi oleh seorang
malaikat untuk memberinya seorang putra suci. Maryam terkejut karena ia tidak
pernah disentuh oleh laki-laki. Ia khawatir akan dicemoohkan jika ternyata ia
hamil. Ketika kandungannya semakin besar, ia menjauhkan diri dari Baitulmakdis.
Ia pindah ke desa kelahirannya, Nasirah (Nasaret). Maryam melahirkan seorang
bayi tanpa suami (Q.3:45-48, 59; 19:16-35; 21:91; 66:12).
HERODUS
Orang
Yerusalem mengenal Nabi Isa sebagai pemuda yang cerdik, pintar, berani, tegas
dalam membela kebenaran, dan tidak pernah tunduk dalam menghadapi kebatilan.
Sikap dan pendirian ini diketahui oleh Raja Herodus yang berkuasa di Palestina.
Ia menganggap Nabi Isa sebagai musuh utama yang bisa mengancam kedudukannya.
Herodus pun memutuskan untuk membunuh Nabi Isa. Rencana jahat ini sampai ke
telinga Maryam. Oleh karena itu, Maryam segera menyelamatkan putranya dengan
mengungsi ke Mesir. Maryam dan Nabi Isa tinggal di Mesir selama 12 tahun.
Setelah Raja Herodus wafat, Nabi Isa dan ibunya kembali ke Palestina. Mereka
menetap di Nasirah (Nasaret). Sebutan " Nasrani" (orang dari
Nasirah), yakni pengikut Nabi Isa, berasal dari nama tempat ini.
BUKIT ZAITUN
Pada usia 30
tahun, Nabi Isa a.s. sering pergi ke luar rumah untuk mengasingkan diri dari
keramaian, membersihkan nurani, dan mencari pencerahan jiwa. Ketika menuju ke
Bukit Zaitun, Nabi Isa jatuh terduduk dekat sebuah batu besar. Tiba-tiba ada
yang datang menghampirinya, lalu memintanya menjadikan batu besar itu roti.
Namun, Nabi Isa tidak mengabulkannya. "Kebesaran Tuhan hanya ada pada
Allah," kata Nabi Isa. Mendengar jawaban ini, " orang" itu yakin
bahwa iman Nabi Isa tetap teguh, lalu ia pun menghilang. Nabi Isa sadar bahwa
yang menghampirinya itu adalah iblis yang berusaha menyesatkannya.
AHMAD
Ketika
berada di Bukit Zaitun, Nabi Isa bersujud dan bersyukur karena selamat dari
godaan iblis. Tidak lama kemudian, Malaikat Jibril mendatanginya, lalu
menyampaikan tugas kenabian dan kerasulannya. Nabi Isa menerima wahyu Allah
Swt. Kepadanya, Allah Swt. menurunkan kitab suci Injil (Q.4:171), pembenaran
kitab suci sebelumnya (Taurat), dan nubuat tentang akan turunnya Al-Qur'an
kepada Nabi Muhammad Saw. yang disebut Ahmad (Q.61:6).
DAKWAH NABI ISA AS
Nabi Isa
a.s. mulai berjuang menyiarkan ajaran Allah Swt., membeberkan kesalahan para
pemuka agama Yahudi, dan menyadarkan mereka tentang penyimpangan mereka dari
ajaran Nabi Musa. Karena itu, ia berseru kepada Bani Israil agar mereka
mematuhi perintah dan menjauhi larangan Allah Swt. (Q.19:31-36). Ia berdakwah
supaya mereka bertobat, yakni kembali ke jalan benar yang telah dirintis oleh
para nabi sebelumnya. Namun, dakwah Nabi Isa mendapat perlawanan dengan
berbagai fitnah dan ejekan. Mereka memintanya untuk membuktikan kenabian serta
kerasulannya dengan maksud untuk menghilangkan pengaruh dan wibawanya. Nabi Isa
menunjukkan beberapa mukjizat kepada mereka, tetapi tetap saja ada yang tidak
percaya.
MUKJIZAT NABI ISA AS
Nabi Isa
a.s. dikaruniai oleh Allah Swt. beberapa mukjizat, antara lain menghidupkan
orang yang meninggal, menerima wahyu kitab Injil, menurunkan hidangan dari
langit, menyembuhkan sejumlah penderita penyakit serta orang gila, memulihkan
orang pincang menjadi berjalan serta orang bisu menjadi berbicara, memelekkan
orang buta sejak lahir, dan membuat burung hidup dari tanah liat (Q.3:49;
5:110).
TANAH MENJADI BURUNG
"Sesungguhnya
aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu,
yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku
meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah..." (Q.3:49).
HIDANGAN DARI LANGIT
Dalam
perjalanan dakwahnya, Nabi Isa a.s. dan para al- hawariyyun merasa lapar dan
dahaga. Untuk menenangkan dan meningkatkan iman para pengikutnya, Nabi Isa
berdoa agar Allah Swt. menurunkan nikmat- Nya. Doanya dikabulkan. Hidangan
makanan dari langit (Q.5:112-114) merupakan bukti nyata kekuasaan Allah Swt.
dan kenabian Isa. Mereka menikmati hidangan tersebut dan bersyukur atas
rahmat-Nya.
AL-HAWARIYYUN
Nabi Isa
a.s. memiliki beberapa sahabat, murid, dan pengikut setia yang disebut al-
hawariyyun (Q.3:52; 5:111-115). Mereka meyakini dakwah Nabi Isa, berhati
bersih, dan beriktikad baik untuk membela serta membantu perjuangan Nabi Isa.
Sebagian dari al- hawariyyun berasal dari keluarga nelayan seperti Syim'un,
Adrius, Ya'qub, dan Yuhanna. Ada juga yang berasal dari keluarga pencuci
pakaian, yaitu Lukas, Thomas, Markus, Yuhanna, dan beberapa saudaranya yang
masih kecil. Mereka mempercayai ajaran Nabi Isa dan mendapatkan pelajaran
darinya.
YUDAS
Salah satu
pengikut Nabi Isa a.s. berkhianat. Dengan tuduhan palsu, ia mengadu kepada
penguasa Romawi bahwa Nabi Isa akan memberontak dan menggulingkan penguasa.
Atas petunjuk dari si pengkhianat (Yudas), tentara Romawi mengepung tempat
persembunyian Nabi Isa bersama murid-muridnya. Dalam keadaan berbahaya itu,
Allah Swt. menyelamatkan Nabi Isa. Nabi Isa tidak disalibkan dan tidak pula
dibunuh, tetapi Allah Swt. mengangkatnya (Q.3:55; 4:157-158).
KISAH NABI ISA
selengkapnya ....
Matahari tampak akan tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar
pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi mihrab Maryam. Bau itu menembus
jendela mihrab dan mengepakkan sayapnya di sekeliling gadis perawan yang khusuk
dalam salat tanpa seorang pun mendengar suaranya. Maryam merasa bahwa udara
dipenuhi dengan bau harum yang mengagumkan. Ia kembali melakukan salatnya
dengan khusuk dan mengungkapkan syukur kepadaAllahSWT.
Seekor burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan
mengarahkan ke matahari serta mengepakkan kedua sayapnya lalu ia terjun ke air
dan mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang ringan di sekitamya. Maryam ingat
bahwa beliau lupa untuk menyirami pohon mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di
tengah dua batu yang tumbuh di luar mesjid. Maryam menyelesaikan salatnya lalu
ia keluar dari mihrab dan menuju pohon. Belum selesai beliau siap-siap untuk
keluar sehingga para malaikat memanggilnya:
"Hai
Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan
kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." (QS. Ali
'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab
itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan cahaya.
Maryam merasa bahwa pada hari-hari terakhir terdapat perubahan pada suasana
ruhaninya dan fisiknya. Di tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak
dapat melihat perubahan itu. Tetapi ia merasa bahwa darah, kekuatan dan masa
mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian dan
kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyadari bahwa ia sedang gugup. Beliau
merasakan kelemahan manusiawi dan adanya kekuatan yang luar biasa. Setiap kali
tubuhnya merasakan kelemahan, maka bertambahlah kekuatan dalam ruhnya. Perasaan
yang demikian ini justru membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahwa
ia akan memikul tanggung jawab besar.
"Dan
(ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah
telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di
dunia (yong semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahwa Allah SWT
telah memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya penghulu para wanita
dunia. Beliau adalah wanita terbesar di dunia. Para malaikat kembali berkata
kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama
orang-orangyang ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau
meningkatkan kekhusukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT. Maryam
lupa terhadap pohon mawar dan beliau kembali salat. Maryam merasakan bahwa
sesuatu yang besar akan akan terjadi padanya. Beliau merasakan hal itu sejak
beberapa hari, tetapi perasaan itu semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan tempat tidurnya sementara malam telah bangkit
sedangkan bulan duduk di atas singgasananya di langit dan di sekelilingnya
terdapat awan-awan yang indah dan putih. Kemudian datanglah pertengahan malam
dan Maryam masih sibuk dalam salatnya. Beliau menyelesaikan salatnya dan
teringat pohon mawar itu lalu beliau membawa air di suatu bejana dan pergi
untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di antara dua batu di tempat yang tidak jauh dari
mesjid yang hanya ditempuh beberapa langkah darinya. Tempat itu jauh dari
jangkauan manusia sehingga tak seorang pun mendekatinya. Tempat itu sudah
dijadikan tempat yang khusus bagi Maryam untuk melakukan salat di dalamnya atau
beribadah. Maryam mendekati pohon mawar itu dan menyiramnya. lalu beliau
meletakkan bejana, kemudian ia memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya
semakin panjang pada dua malam yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar suara derap kaki yang mengguncang bumi. Beliau
tidak mendengar suara kaki yang berjalan, tetapi beliau mendengar suara kaki
yang menetap di atas batu serta pasir. Maryam merasakan ketakutan. Ia merasakan
bahwa ia tidak sendirian. Ia menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati
sesuatu pun. Kemudian kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan
suatu cahaya yang berdiri di sana. Maryam gemetar ketakutan dan menundukkan
kepalanya. Maryam berkata dalam dirinya, siapa gerangan orang yang berdiri di
sana. Maryam memandang kepada wajah orang asing itu, dan menyebabkan ia
gelisah. Wajah orang itu sangat aneh, di mana dahinya bercahaya lebih daripada
cahaya bulan. Meskipun kedua matanya memancarkan kemuliaan dan kebesaran tetapi
wajah orang itu justru menggambarkan kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang dilihat oleh Maryam kepada orang itu mengisyaratkan,
bahwa orang itu memiliki kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah
SWT selama julaan tahun. Maryam bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang
ini? Kemudian seakan-akan orang asing itu membaca pikiran Maryam dan berkata:
"Salam kepadamu wahai Maryam." Maryam dibuat terkejut mendengar
adanya suara manusia di depannya. Maryam berkata sebelum menjawab salamnya:
"Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya kepadanya,
"Apakah engkau manusia yang mengenal Allah SWT dan bertakwa
kepadanya?" Kemudian orang itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk
memberimu seorang anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu
dipenuhi cahaya yang menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya matahari, cahaya
bulan, cahaya lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api. Di sana terdapat cahaya
yang sangat jernih. Kemudian terngianglah di kepala Maryam kalimat:
"Aku
adalah seorang utusan Tuhanmu." Kalau begitu, dia adalah penghulu para
malaikat,
Ruhul Amin (Jibril) yang telah berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat kepalanya dengan gemetar menahan luapan cinta. Jibril berdiri
di depannya dalam bentuk manusia. Maryam memperhatikan kejernihan dahinya dan
kesucian wajahnya. Benar apa yang diduganya bahwa Jibril memiliki kemuliaan
yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian
Maryam mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu
telah mengatakan bahwa ia adalah utusan Tuhannya, dan ia telah datang untuk
memberi Maryam seorang anak laki-laki yang suci. Maryam ingat bahwa dirinya
adalah seorang perawan yang belum tersentuh oleh seorang pun. Ia belum menikah
dan belum dilamar oleh seseorang pun, maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa
melalui pernikahan. Pikiran-pikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam lalu
ia berkata kepada Jibril:
"Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki,
sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula)
seorangpezina!" (QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan
agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai rahmat dari
Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputushan."' (QS.
Maryam: 21)
Maryam menerima kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya
bahwa ini adalah perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya
pasti akan terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus (ketika) melahirkan tanpa
disentuh oleh seorang manusia pun. Bukankah Allah SWT mendptakan Nabi Adam
tanpa seorang ayah dan seorang ibu? Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada
pria dan wanita. Hawa diciptakan dari Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari
laki-laki, tanpa perempuan.
Biasanya manusia diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan;
biasanya ia memiliki ayah dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah SWT
menginginkannya untuk terjadi. Kemudian Jibril meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran
searangputra yang didptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya
al-Masih Isa putra Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat dan
termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan
manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara
orang-orang yang saleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)
Keheranan Maryam semakian bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung anak
itu di perutnya ia telahmengetahui namanya. Bahkan ia menhetahui bahwa anaknya
itu akan berbicara dengan manusia saat ia masih kecil. Sebelum Maryam
menggerakan lisannya untuk melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat
tangannya dan mengerahkan udara ke arah Maryam. Kemudian datanglah hembusan
udara yang bercahaya yang belum pernah dilihat sebelumnya oleh Maryam. Lalu
cahaya tersebut ke jasad Maryam dan memenuhinya. Tak sempat Maryam melontarkan
pertanyaan yang lain, Jibril yang suci telah pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah bergerak dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam
segera kembali ke mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia tenggelam dalam
salat yang khusuk dan ia pun menangis. Maryam merasakan kegembiraan,
kebingungan dan kegoncangan serta kedamaian yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi
sendirian. Sejak Jibril meninggalkannya, ia merasakan bahwa ia tidak lagi
sendirian. Ia menggerakkan tangannya yang dipenuhi dengan cahaya, kemudian
cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi anak, seorang anak yang akan
menjadi kalimat Allah SWT dan ruh-Nya yang diletakkan pada Maryam. Ketika anak
itu besar, ia akan menjadi seorang rasul dan nabi yang ajarannya dipenuhi
dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur dengan nyenyak dan ia bangun di waktu Subuh. Belum
lama ia membuka kedua matanya sehingga ia dibuat terkejut ketika melihat mihrab
dipenuhi dengan buah-buahan yang sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran
melihat hal itu. Ia mulai mengingat apa yang telah terjadi padanya kemarin,
yaitu bagaimana kejadian saat menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya
dengan malaikat Jibril, bagaimana Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya,
bagaimana ia kembali ke mihrab, dan bagaimana tidurnya yang nyenyak. Maryam
berkata kepada dirinya sambil melihat buah-buahan yang banyak: Apakah aku akan
memakan sendirian buah-buahan ini. Kemudian ada suara dalam dirinya yang
berkata: "Engkau tidak lagi sendirian wahai Maryam. Kini, engkau bersama
Isa. Engkau harus makan dengan baik. Dan Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi hari. Kandungan Maryam berbeda dengan kandungan
umumnya wanita. Ia tidak merasakan sakit dan tidak merasa berat; ia tidak
merasakan sesuatu telah bertambah padanya dan perutnya tidak membuncit seperti
umumnya wanita. Alhasil, kehamilan yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang
baik. Datanglah bulan yang kesembilan. Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa
Maryam tidak mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya
secara langsung sebagai mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa bahwa
sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat sesuatu itu.
Kakinya membimbingnya untuk menuju tempat yang dipenuhi dengan pohon kurma.
Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh seseorang pun karena saking jauhnya;
tempat yang tidak diketahui oleh seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang mengetahui Maryam bahwa sedang hamil dan ia akan
melahirkan. Mihrab yang menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang
mengetahui bahwa Maryam sedang sibuk beribadah dan tidak ada seorang pun yang
mendekatinya. Maryam duduk beristirahat di bawah pohon kurma yang besar dan
tinggi. Maryam mulai merasakan sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin
terasa. Akhirnya, Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada
pangkal pohon kurma, ia berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini,
dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS.
Maryam: 23)
Rasa sakit saat melahirkan anak yang dialami wanita suci ini menimbulkan
penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana manusia akan
menyambut anaknya ini? Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah mereka
mengetahui bahwa ia adalah wanita yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis
perawan bisa melahirkan? Apakah manusia akan membenarkan Maryam yang melahirkan
anak itu tanpa ada seseorang pun yang menyentuhnya? Kemudian
pandangan-pandangan keraguan mulai menyelimutinya. Maryam berpikir bagaimana
reaksi manusia kepadanya dan bagaimana perkataan mereka terhadapnya sehingga
hatinya dipenuhi dengan kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan meminta
agar ia dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu
memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan
anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu,
niscaya pohon itu ahan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu makan, minum
dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu rnelihat seorang manusia, maka
katakantah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari
ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan
dan rambutnya tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi
ia berkulit lembut dan putih. Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih
sayang; anak itu berbicara kepada Maryam agar ia menghilangkan kesedihannya dan
meminta padanya agar menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh
darinya sebagian buahnya yang lezat dan Maryam dapat memakan dan meminum
darinya sehingga hatinya pun penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak
berpikir tentang sesuatu pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusia, maka
hendaklah ia berkata kepada mereka bahwa ia bernazar kepada Allah SWT untuk
berpuasa dan tidak berbicara kepada seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan
beberapa saat tetapi ia langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas
pundaknya. Selanjutnya, ia akan memikul penderitaan orang-orang fakir. Maryam
melihat bahwa wajah anak itu menyiratkan tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda
yang mengisyaratkan bahwa ia datang ke dunia bukan untuk mengambil darinya
sesuatu, tetapi untuk memberinya segala sesuatu. Maryam mengulurkan tangannya
ke pohon kurma yang besar. Belum lama ia menyentuh batangnya hingga jatuhlah
darinya buah kurma yang masih muda dan lezat. Maryam makan dan minum dan
kemudian ia memangku anaknya dengan penuh kasih sayang.
Saat itu, Maryam merasakan kegoncangan yang hebat. Silih-berganti ketenangan
dan kegelisahan menghampirinya. Segala pikirannya tertuju pada satu hal, yaitu
Isa. Ia bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang Yahudi akan
menyambutnya, apa yang akan mereka katakan tentangnya, apa yang akan mereka
katakan terhadap Maryam, apakah para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya
bahwa Maryam melahirkan seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun?
Bukankah mereka terbiasa hidup dengan suasana pencurian dan penipuan? Apakah
seseorang di antara mereka akan percaya—padahal ia jauh dari langit—bahwa
langit telah memberinya seseorang anak.
Akhirnya, masa pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali ke
kaumnya. Maryam kembali dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak
di jalan yang dilalui Maryam menuju mesjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk
dengan jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum
lama Maryam melewati pasar itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak
kecil yang didekapnya. Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang
masih perawan? Lalu, anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk
berkata: "Itu adalah anaknya." Mari kita dengar cerita apa yang akan
disampaikannya. Akhirnya, orang-orang Yahudi mulai "mengepung" dengan
berbagai macam pertanyaan: "Anak siapa ini wahai Maryam, mengapa engkau
tidak mengembalikannya, apakah itu memang anakmu, bagaimana engkau datang
dengan membawa seorang anak sedangkan engkau adalah gadis yang masih
perawan?"
"Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang
yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina." (QS.
Maryam: 28)
Maryam dituduh melakukan pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih
dahulu mendengarkan sanggahannya atau mengadakan penelitian atau membuktikan
bahwa perkataan mereka memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan ia
diingatkan, bahwa bukankah ia seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan
bukanlah ibunya seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini terjadi padanya?
Menghadapi semua tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan tetap menunjukkan
kebaikannya. Wajahnya dipenuhi dengan cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan
semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin sulit, maka Maryam menyerahkan
segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke arah anaknya dengan tangannya.
Maryam menunjuk Isa.
Orang-orang yang ada di situ tampak kebingungan. Mereka memahami bahwa
Maryam berpuasa dari berbicara dan meminta kepada mereka agar bertanya kepada
anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana mereka akan
melontarkan pertanyaan kepada seorang anak kecil yang baru lahir beberapa hari?
Apakah anak itu akan berbicara di buaiannya" Mereka berkata kepada Maryam:
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam
ayunan?" (QS. Maryam: 29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (injil)
dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan)
salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan
Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadahu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. " (QS. Maryam: 30-33)
Belum sampai Isa menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta
dari kalangan Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat
terjadi di depan mereka secara langsung. Anak kecil itu berbicara di buaiannya;
anak kecil yang datang tanpa seorang ayah; anak kecil yang mengatakan bahwa
Allah SWT telah memberinya al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti
bahwa kekuasaan mereka sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan
menjadi tidak berarti ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara
mereka yang dapat "menjual pengampunan" kepada manusia atau
menghakimi mereka melalui pemyataan bahwa ia adalah wakil dari langit yang
turun di bumi. Atau pernyataan, bahwa hanya dia yang mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi merasa akan terjadi suatu tragedi kepribadian yang akan
datang kepada mereka dengan kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih
berarti mengembalikan manusia kepada penyembahan semata-mata kepada Allah SWT.
Ini berarti menghapus agama Yahudi yang sekarang mereka yakini. Perbedaan
antara ajaran-ajaran Musa dan tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai
perbedaan antara bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan. Para
pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana ia berbicara di
masa buaian. Mereka justru menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan
yang besar. Mereka menuduh Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka
menyaksikan sendiri mukjizat pembicaraan anaknya di masa buaian.
Mula-mula cerita tentang itu mereka sembunyikan untuk beberapa saat.
Meskipun demikian, berita tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi, yaitu
Heradus. Ia memimpin orang-orang Palestina dan orang-orang Yahudi dengan
kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti mereka dengan menumpahkan darah serta
banyaknya mata-mata yang dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk di istananya
dan meminum anggur. Lalu ia mendengar berita yang samar tentang kelahiran
seseorang anak tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia mampu berbicara saat
masih di buaian, lalu ia menyampaikan pembicaraan yang menjurus pada ancaman
terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh
Heradus. Ia memerintahkan untuk diadakan suatu pertemuan mendadak yang dihadiri
oleh para pengawalnya dan para mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana.
Heradus duduk dengan wajahnya yang hitam mengkilat, lalu ia memutarkan
pandangannya ke arah mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana berita anak
kecil yang berbicara di buaiannya?"
Salah seorang kepala mata-mata berkata: "Tampak bahwa masalahnya tidak
benar. Kami telah mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan
bahwa ia membuat mukjizat dengan berbicara saat ia masih belia. Lalu saya
mengutus anak buahku untuk mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak
menemukannya. Jelas bagi kami, bahwa berita itu dilebih-lebihkan." Kemudian
salah satu anggota mata-mata raja berkata: "Aku telah mendapatkan bukti
yang terpercaya bahwa tiga orang dari orang-orang Majusi datang di balik suatu
bintang yang mereka lihat menyala di suatu langit dan bintang tersebut
mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang membawa mukjizat, yaitu anak kecil
yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim berkata: "Bagaimana ia dapat
menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang diselamatkannya?" Salah seorang
mata-mata berkata: "Anak buahku tidak mengetahuinya karena orang-orang
pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang pun menemukan mereka."
Hakim berkata: "Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu
bagaimana cerita anak kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk
menentang Romawi?" Hakim melompat dari tempat duduknya ketika ia menyebut
Romawi, dan ia mulai berbicara dengan keadaan emosi: "Aku menginginkan
kepala tiga orang yang cerdik itu dan aku juga menginginkan kepala anak kecil
itu. Dan aku menginginkan informasi yang lengkap. Sungguh masalah ini semakin
samar hai orang-orang yang bodoh." Lalu kepala mata-mata berkata:
"Barangkali ini hanya mimpi yang dibayangkan orang-orang Yahudi bahwa
mereka melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh kepala-kepala kalian
semua akan terbang lebih cepat dari merpati jika kalian tidak mendatangkan
cerita secara lengkap tentang anak ini. Kebingungan dan kekacauan apa yang aku
rasakan! Pergilah kalian dari sini."
Anak buah Heradus dan para mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk
memikirkan masalah tersebut. Tampaknya masalah itu sangat menggelisahkannya. Ia
tidak peduli dengan kedatangan agama baru kepada manusia tetapi yang
dipikirkannya adalah kekuasaan Romawi yang ia menjadi simbolnya. Kemudian
Heradus menetapkan untuk memanggil pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya
tentang masalah ini. Para pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu.
Tidak beberapa lama orang Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus berkata:
"Aku ingin berbicara kepadamu tentang suatu masalah yang sangat
menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu berkata: "Aku ingin mengabdi
kepadamu."
Heradus berkata: "Aku mendengar berita-berita yang saling berlawanan
tentang anak kecil yang bisa berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan
bahwa ia akan menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana berita yang sebenarnya tentang
itu?" Pendeta itu berkata—dan ia merasa bahwa pertanyaan itu sepertinya
berupa jebakan yang tidak diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang
mulia peduli dengan agama Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan emosi:
"Aku tidak peduli sedikit pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah
pertanyaanku wahai pendeta." Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa
berbicara di buaiannya. Ia memahami bahwa seandainya ia mengatakan itu, maka ia
akan mendapatkan penderitaan pada dirinya, maka ia lebih memilih sedikit berbohong.
Ia berkata kepada Heradus bahwa ia mendengar cerita itu tetapi ia meragukannya.
Heradus berkata: "Apakah benar agama kalian berbicara tentang
kedatangan seorang penyelamat bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata:
"Ini benar wahai tuan yang mulai." Heradus berkata: "Apakah
kalian mengetahui ini adalah persekongkolan menentang keamanan kerajaan Romawi?
Apakah kalian menyadari ini adalah bentuk pengkhianatan?" Pendeta berkata:
"Aku harap tuan membiarkan aku meluruskan suatu pemikiran yang sederhana.
Berita tentang hal itu adalah berita yang kuno. Berita ini diyakini ketika
rakyat menjadi tawanan di Bebel sejak ratusan tahun."
Heradus berkata: "Apakah memang di sana ada yang membenarkan berita
ini? Sekarang, apakah kamu secara pribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat
anak kecil itu yang mereka katakan bahwa ia dilahirkan tanpa seorang
ayah?" Pendeta itu berkata: "Apakah ada seorang yang percaya wahai
tuan yang mulia jika dikatakan ada seorang anak yang lahir tanpa seorang ayah.
Ini adalah mimpi rakyat biasa."
Heradus berkata: "Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata
seorang penguasa selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika
engkau mendengar berita-berita, maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau
sampaikan kepada istrimu." Belum lama pendeta itu pergi sehingga Heradus
berpikir, bagaimana seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap benang
kebohongan pada kedua matanya. Ia mengetahui kebohongan ini karena ia sendiri
sangat pandai berbohong. Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik yang
mereka mengikuti bintang? Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang
Romawi yang tidak diketahuinya?
Heradus berteriak di tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka
untuk menangkap semua orang yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat
akibatnya. Mula-mula dia memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang
melahirkan anak itu dan membunuh setiap anak yang lahir di saat itu. Sementara
itu, Maryam keluar dari Palestina menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu
malam, datanglah kepadanya seseorang yang belum pernah dilihatnya dan orang itu
menyampaikan salam kepadanya serta menyerukannya dan sambil berkata:
"Bawalah anakmu wahai Maryam dan keluarlah menuju Mesir." Dengan nada
ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa? Bagaimana aku keluar menuju ke Mesir;
dan bagaimana aku bisa mengenali jalan?" Orang asing itu menjawab,
"Keluarlah engkau niscaya Allah SWT akan melindungimu. Sesungguhnya Hakim
Romawi mencari anakmu dan ingin membunuhmu."
Maryam bertanya: "Kapan aku keluar?" Orang asing itu menjawab:
"Sekarang juga. Janganlah engkau khawatir sedikit pun karena engkau keluar
bersama seorang Nabi yang mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri
mereka dan rumah mereka. Demikianlah hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha
untuk menyingkirkan kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali
menduduki singgasananya. Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun
pergi menuju ke Mesir. Maryam melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah yang
menuju Mesir. Maryam berjalan membawa Isa di jalan yang sama yang pernah
dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan kepada Nabi Musa api yang suci dan beliau
dipanggil dari sisi
thur al-Aiman. Setelah melalui perjalanan yang jauh
dan melelahkan, Maryam sampai di Mesir. Mesir yang
dipenuhi dengan
kebaikan, kemuliaan, kebudavaan klasik serta cuacanya yang stabil mempakan
tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir.
Kemudian datanglah kepada Maryam orang asing yang telah memerintahkannya untuk
meninggalkan Palestina. Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke
Palestina. Orang asing itu berkata kepadanya: "Raja yang lalim telah mati,
maka kembalilah bersama anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan emas bagi
Isa untuk menduduki singgasananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang fakir
dan orang-orang yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun kembali.
Dalam perjalanan Maryam melalui banyak mata air di sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari
rumahnya dan menuju tempat penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan
hari Sabtu. Di sana tidak ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat
menyalakan api atau memadamkannya pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari
itu. Dilarang bagi seorang wanita untuk membikin adonan roti atau seseorang
anak kecil mencuci anjingnya. Nabi Musa telah memerintahkan untuk menghormati
hari Sabtu dan hanya mengkhususkanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat hikmah di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi
hari yang sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka
melaksanakannya dengan berbagai macam tradisi dan mereka mencurahkan segala
konsentrasi mereka untuk menjaga hari Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab,
mereka meyakini bahwa hari Sabtu adalah hari yang dijaga dari langit sebelum
Allah menciptakan manusia sebagaimana mereka percaya bahwa Bani Israil telah
diberikan pilihan kepada satu jalur saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka
bangga karena mereka dapat menjaganya meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah
di kancah peperangan atau mereka tertawan di tangan musuh. Bahkan saking
ketatnya mereka mempertahankan kehormatan hari Sabtu sampai-sampai mereka
menambah-nambahi berbagai macam larangan di hari Sabtu. Majelis kaum Yahudi
menetapkan ratusan larangan yang tidak boleh dilakukan di hari Sabtu, seseorang
dilarang untuk memakai gigi palsu di hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang
untuk memakai perban atau memakai minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu
atau memanggil dokter. Dilarang pula di hari Sabtu untuk menulis dua huruf
abjad; dilarang juga untuk mempertahankan diri pada hari Sabtu; dilarang untuk
panen dan belajar di hari Sabtu. Kemudian, bepergian di hari Sabtu diharuskan
untuk tidak lebih dari dua ribu yard. Dilarang juga dihari Sabtu untuk membawa
sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syariat, hukum serta larangan-larangan biasanya diikuti
dengan banyaknya keburukan atau paling tidak membantu terciptanya keburukan.
Setiap timbul suatu larangan, maka timbul bersamanya cara untuk menghindar
darinya. Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan kemunafikan yang
luar biasa di mana secara lahiriah mereka menampakkan penghormatan terhadap
hari Sabtu, tetapi secara batiniah mereka berusaha menodai kehormatan dengan
berbagai macam cara.
Meskipun kelompok Farisiun bertanggung jawab terhadap tugas pelaksanaan
syariat dan mengawasinya dengan banyak mendapatkan jarninan-jaminan, maka kita
akan melihat bahwa mereka siap untuk menciptakan berbagai rekayasa dan tipu
daya yang memungkinkan mereka untuk menghindar dari hukum-hukum syariat di saat
yang tepat. Saat yang tepat adalah saat di mana syariat-syariat tersebut
bertentangan dengan kepentingan pribadi mereka atau dapat menjadi penghalang
bagi mereka untuk mendapatkan mata pencaharian yang haram yang sudah siap masuk
pada kantong mereka. Misalnya, terdapat kaidah syariat yang menetapkan
perjalanan pada hari Sabtu tidak boleh melebihi dua ribu yard. Namun
orang-orang Farisiun mengadakan walimah di mana mereka mengundang orang-orang
untuk menghadiri acara tersebut pada hari Sabtu, padahal tempat diadakannya
acara itu berjarak lebih dari dua ribu yard dari rumah mereka. Lalu, bagaimana
mereka dapat melaksanakan hal tersebut? Sangat mudah sekali. Mereka meletakkan
pada sore hari Sabtu sebagian makanan yang berjarak dua ribu yard dari rumah
mereka lalu setelah itu mereka mendirikan suatu tempat tinggal di mana mereka
dapat berjalan setelahnya dan menempuh dua ribu yard yang lain. Dari sini
mereka dapat menambah jarak yang mereka inginkan. Begitu juga agar mereka
menghindar dari larangan membawa sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka
mereka membuat tipu daya yang lain. Yaitu mereka mendirikan gerbang-gerbang
pintu dan jendela di berbagai jalan sehingga seluruh kota seperti rumah besar
yang dimungkinkan bagi mereka untuk membawa segala sesuatu dan bergerak di
dalamnya.
Contoh lain yang menunjukan bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan
syariat sedangkan mereka mengklaim menjaganya adalah, bahwa syariat Musa
menetapkan agar seorang anak menginfaki kedua orang tuanya saat mereka
menginjak usia tua dan membutuhkannya. Tetapi kaum Farisiun memberikan
kesempatan kepada anak-anak untuk lari dan menghindar dari tanggung jawab ini
dengan suatu tipu daya yang sederhana. Ketika seorang anak dituntut oleh kedua
orang tuanya untuk memberi nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan bersepakat
kepada mereka untuk mewakafkan semua hartanya dan kekayaannya kepada
haikal,
yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat itu kedua orang tuanya tidak mampu
mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka berdua telah putus asa dan tidak
lagi menuntut padanya untuk memberi nafkah, maka semua harta kekayaannya akan
dikembalikan kepadanya oleh para pendeta, dengan catatan hendaklah ia
memberikan bagian tertentu dari hartanya kepada para pendeta itu. Demikianlah
yang terdapat dalam Injil Mata.
Di tengah-tengah suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga
terdapat sikap keras kepala dan kejumudan berpikir yang mengelilingi kaum
Yahudi. Terdapat tujuh tingkat kesucian dan dua puluh enam salat yang harus
mereka lakukan saat mereka membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun
mereka menganggap bahwa meniadakan pembacaan salat-salat sebagai bentuk
pembunuhan terhadap jiwa dengan cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan
abadi. Demikianlah kekerasan sikap masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahwa
moral mereka telah rusak dan dipenuhi dengan kemunafikan yang tiada taranya.
Sementara itu, Isa berjalan menuju tempat beribadah. Orang-orang berjalan di
sekelilingnya. Mereka tampak membanggakan pakaian-pakaian yang berwarna dan
berharga sedangkan Isa berjalan dengan memakai baju putih dan menampakkan
kezuhudannya. Rambut Isa tampak lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak
ia basah terkena air awan yang menurunkan gerimis. Kemudian kedua kakinya
berjalan di atas tanah sehingga tanah itu dipenuhi dengan bau harum yang tidak
diketahui sumbernya. Baju yang dipakai oleh Isa terbuat dari bulu domba yang
sangat sederhana dan kasar. Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa memetik buah di
suatu kebun dan mengambil dua buah yang beliau berikan kepada anak kecil yang
fakir dan lapar. Tindakan semacam ini menurut kepercayaan Yahudi dianggap
sebagai tindakan yang menentang agama Yahudi.
Isa mengetahui bahwa menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada
ketaatan eksternal sementara hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh karena itu,
Isa mencabut buah dan memberikan makan kepada manusia pada hari Sabtu. Beliau
menyalakan api untuk wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati kedinginan.
Isa sering mengunjungi tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di
dalamnya dan mengamati para pendeta dan manusia yang hilir mudik di sekitarnya.
Sesampainya Isa di tempat sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa mengamat-amati
apa yang ada di dalamnya. Dinding-dinding tempat beribadah itu terbuat dari
kayu gahru yang memiliki bau yang harum. Di samping itu, terdapat
kelambu-kelambu yang terbuat dari kain-kain yang mengagumkan yang dicampur
dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu yang terulur dari atap dan juga ada
lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan cahaya. Meskipun demikian, kegelapan
menyelimuti hati orang-orang yang ada di situ.
Nabi Isa berdiri cukup lama di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia
memutarkan wajahnya, ia mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu
pendeta. Nama-nama mereka tercatat dalam
haikal. Mereka adalah kaum
Waliyun yang memakai saku-saku yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab
syariat. Sedangkan kaum Farisiun, mereka memakai pakaian yang lebar yang sisi-sisinya
tertenun dengan emas. Mereka adalah pembantu
haikal yang resmi dengan
memakai baju-baju mereka yang putih. Adapun kaum Shaduqiyun adalah kelompok
para pendeta aristokrat yang bersekutu dengan penguasa di mana mereka
memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini. Nabi Isa memperhatikan bahwa
jumlah pengunjung
haikalita lebih sedikit daripada jumlah para pendeta
dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu dipenuhi dengan kambing dan
merpati yang dibeli oleh para pengunjung tempat penyembahan itu. Mereka
menyerahkannya sebagai kurban kepada Allah. Yaitu kurban yang disembelih di
dalam tempat persembahan di atas tempat penyembelihan. Alhasil setiap langkah
yang diayunkan oleh para pejalan di tempat penyembahan itu akan menghasilkan
uang.
Di tempat penyembahan Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum
Yahudi. Nilai satu-satunya yang disembah oleh manusia di zaman itu adalah uang.
Jadi, kemewahan materi atau kekayaan adalah nilai satu-satunya yang karenanya
manusia akan bergulat satu sama lain. Dalam hal itu, tidak ada perbedaan antara
tokoh-tokoh pembawa ajaran syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum
Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja sama di antara mereka di dalam
haikal itu
seakan-akan mereka di dalam suatu pasar di mana mereka memanfaatkannya untuk
diri mereka dengan terus mencari kurban-kurban di dalamnya. Seringkali kaum
Shaduqiyun dan Farisiun berseteru dalam persoalan syariat dan hukum. Demikian
juga, mereka berseteru dalam menentukan kurban yang harus mereka raih di
haikal
itu. Kaum Farisiun berpendapat bahwa hewan-hewan kurban itu harus dibeli
dari harta
haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahwa harta dari
haikal
adalah hak mereka. Oleh karena itu, mereka menganggap bahwa hewan kurban
itu harus dibeli dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan
untuk membakar hewan yang disembelih di atas tempat penyembahan, sedangkan kaum
Shaduqiyun mereka mengambil hewan sembelihan ini untuk diri mereka sendiri.
Di dalam Talmud disebutkan bahwa kaum Shaduqiyun menjual merpati di
toko-toko mereka yang mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak
kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan
burung-burung merpati sehingga harga seekor burung merpati saja mencapai
beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin
Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya mengurangi kesempatan-kesempatan yang
diharuskan di dalamnya seseorang menyerahkan merpati sebagai kurban. Setelah
itu, harga burung cuma mencapai seperempat Dinar. Pergulatan antara kedua
kelompok itu mendatangkan pukulan berat bagi pemilik toko yang menyimpan burung
merpati terutama anak-anak dari kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat
kaum fakir yang tidak mampu membeli hewan kurban sehingga mereka tidak mampu
berkurban; Nabi Isa melihatbagaimana para pendeta memperlakukan mereka dan
memangsa mereka seperti serigala yang buas. Nabi Isa berpikir di dalam dirinya,
mengapa binatang-binatang itu mereka bakar lalu dagingnya menjadi asap di
udara, padahal di sana terdapat ribuan kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa
mereka mengira bahwa Allah SWT ridha ketika tempat penyembelihan dilumuri
dengan darah, lalu hewan kurban itu dibawa ke rumah-rumah para pendeta dan
toko-toko mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang fakir banyak berhutang dan
mengeluarkan banyak uang untuk membeli binatang-binatang kurban? Mengapa
binatang-binatang kurban itu harus dimiliki dan hanya dirawat oleh para pendeta
lalu apa yang mereka lakukan dengan uang-uang ini? Lalu, di manakah tempat
orang-orang fakir di
haikal itu? Bukankah hal yang aneh ketika seseorang
memasuki rumah dengan keharusan membawa uang?
Nabi Isa pergi dari tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju
gunung. Dada Nabi Isa dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang Maha
Benar. Wajahnya tampak semakin pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan
memenuhi dunia. Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau mulai
melakukan salat. Tetesan-tetesan air mata mulai berlinang dari pipinya dan
jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung dan menangis. Di sana terdapat bunga
yang nyaris mati karena kehausan lalu ketika ia mendapatkan tetesan air mata
al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan mendapatkan kehidupan. Tetesan air
mata al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan menyelamatkan manusia
dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula, dua orang Nabi yang
mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu
dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka berdua, bumi kehilangan banyak
dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah
SWT memutuskan perintah-Nya agar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh
dengan tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat dan penuh
tantangan serta penderitaan: beliau mulai berdakwah di jalan Allah SWT; beliau
mulai membangun kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta.
Kerajaan yang penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan ruh.
Kerajaan yang memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin
menyelamatkan ruhani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat
dan kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam
kehi-dupan orang-orang Yahudi.
Syariat Musa menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barangsiapa yang memukulmu
di pipi sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah
orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu
untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas
hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya, namum jika ia tidak mampu, maka
hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi
dengan dendam karena ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun
beliau adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun
syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati
yang penuh dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa
terhadap semua ini? Allah SWT telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang
dibawa oleh Musa sebagaimana Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang
nabi tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata
rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan kesucian dan
mempertahankan kebenaran serta mengesakan Allah SWT.
Kemudian apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas cersebut? Yang
jelas, tindakan yang dilakukkan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatnya
dari Allah SWT. Nabi Isa mengem-balikan kaum kepada tujuan asli dari syariat.
Nabi Isa mengembalikan mereka kepada hikmah syariat yang asli. Nabi Isa
mengembalikan mereka kepada cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun kepada
orang yang memukul pipi sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul
pipi sebelah kanannya. Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya.
Inilah syariat Nabi Isa yang tidak berbeda sedikit pun dengan syariat Nabi
Musa. Ia merupakan kedalaman yang mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi Musa.
Nabi Isa ingin menetapkan kepada kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang
penting. Nabi Isa ingin memberitahu mereka bahwa syariat bukan mengajari kalian
untuk meletakkan dendam pada diri kalian lalu kalian memukul lawan kalian.
Syariat yang hakiki adalah, hendaklah kalian menebar kasih sayang, pemaaf, dan
cinta.
Terdapat banyak binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu
mencintai diri mereka sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi
makanan dan minuman. Mereka memberikan makan kepada anak-anaknya. Perbedaan
antara manu-sia dan binatang adalah perbedaan pada tingkat cinta. Hewan tidak
akan mampu melampui derajat cintanya kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata
lain, hewan tidak dapat membagi cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan
manusia mampu melakukan hal itu. Di situlah manusia mampu dapat mencapai
kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-Masih memberitahu kaumnya bahwa manusia
tidak akan menjadi manusia sempurna kecuali setelah ia mencintai orang lain
sebagaimana ia mendntai dirinya sendiri.
"Aku mendengar bahwa dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang
dekat denganmu dan membenci musuhmu, sedangkan aku berkata kepada kalian,
cintailah musuh kalian dan doakanlah orang yang melaknati kalian. Berbuat
baiklah kepada pembenci kalian dan salatlah untuk orang-orang berbuat buruk
kepada kalian." (Injil Mata).
Dakwah Nabi Isa datang dan menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk
eksternal. Jika kita berusaha membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk
yang sederhana, maka pada hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menghapus
bid'ah yang dilakukan oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa
dan menunjukkan hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di
tengah-tengah masa materialisme yang sangat luar biasa dan dunia dipenuhi
dengan penyembahan terhadap emas dan tersebarnya berbagai macam kejahatan,
munculah dakwah al-Masih sebagai reaksi ideal yang menunjukkan ketinggian dan
kesucian. Al-Masih mengetahui bahwa ia mengajak manusia untuk menciptakan
perilaku ideal dalam kehidupan; Al-Masih menyadari bahwa dakwahnya penuh dengan
idealisme tetapi idealisme ini sendiri pada saat yang sama merupakan solusi
satu-satunya untuk mengobati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit
menular; Al-Masih mengetahui bahwa tidak semua manusia tidak mampu untuk
mencapai puncak yang diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setiap
orang berusaha sedikit mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah Nabi Isa terdiri dari kesudan yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa
bertujuan untuk menyelamatkan ruh atau dakwah yang dapat dianggap sebagai
pedoman perilaku individu, bukan suatu system perincian-perincian tersebut dan
hanya memfokuskan kepada sumber utama, yaitu ruh. Isa ingin raenghidupkan
ruhani manusia dan membimbingnya untuk mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh
karena itu, Isa datang dengan didukung oleh
ruhul kudus. Ruhul kudus adalah
Jibril. Kita tidak mengetahui bagaimana Allah SWT memperkuat Isa dengan Ruh
Kudus: apakah Jibril menemaninya dan menyertainya sepanjang pengutusannya?
Jibril turun kepada nabi untuk menyampaikan risalah atau membawa mukjizat atau
justru mendatangkan hukuman atas kaumnya, tetapi ia tidak bersama mereka
sepanjang waktu. Oleh karena itu, apakah memang Jibril menemani Isa sehingga
beliau diangkat ke langit?
Hampir saja hati menjadi tenang dengan tafsiran ini karena dalam kehidupan
Nabi Isa terdapat sisi-sisi malaikat di mana beliau mempunyai kemampuan yang
luar biasa yang berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan beliau sampai pada
batas menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, beliau
memiliki kemampuan yang luar biasa di mana beliau dengan hanya meniupkan pada
suatu tanah, maka tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin
Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati wanita sepanjang
hidupnya sehingga beliau diangkat oleh Allah SWT. Beliau tidak menikah. Ini
juga sifat malaikat di mana kita saksikan bahwa sebagian para nabi yang diutus
oleh Allah SWT dan memiliki beberapa wanita bahkan kitab-kitab Yahudi
menyebutkan bahwa jumlah istri-istri nabi mereka Sulaiman misalnya, mencapai
seribu wanita.
Isa hidup dalam keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya,
yaitu Yahya. Jika Yahya khusuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun bahkan
dia menginap di gua, maka hal itu adalah hal yang alami baginya, sedangkan Isa
hidup justru di tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan hanya
Isa tidak terkait hubungan dengan seorang wanita dan bukan hanya
mukjizat-mukjizat yang diperolehnya yang luar biasa yang berhubungan dengan
ruh, tetapi yang lebih dari itu adalah, bahwa beliau didukung oleh
ruhul
kudus sepanjang masa dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak seorang
pun dari para nabi sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putra Maryam,
ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan
roh kudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan
sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah,
Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah
(suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya,
lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan
(ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu
dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu
mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan
(ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh
kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,
lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya sehir
yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang
setia: 'Berimanlah kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka nienjawab: 'Kami
telah beiiman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahwa beliau
mampu berbicara dengan manusia saat beliau masih di buaian. Kedua, beliau
diajari Taurat dan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa telah tersembunyi
dan telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum
Yahudi. Ketiga, beliau membentuk tanah seperti burung kemudian meniupkannya
lalu tanah itu menjadi burung. Keempat, beliau mampu menghidupkan orang-orang
yang mati. Kelima, beliau mampu menyembuhkan orang yang buta dan orang yang
belang. Terdapat mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam Al-Qur'an al-Karim:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra
Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa
menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orangyang beriman.'
Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami
dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami
menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putra Maryam berdoa:
'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit
(yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang
yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi
kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling
Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu
kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka
sesungguhnya Aku ahan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan
kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Mukjizat yang keenam itu adalah turunnya makanan dari langit karena
permintaan Hawariyin. Juga terdapat mukjizat yang ketujuh yang terdapat surah
Ali 'Imran yaitu beliau diberi kemampuan melihat hal-hal yang gaib melalui
panca inderanya meskipun beliau tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh
karena itu, beliau memberitahu kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya apa
yang mereka makan dan apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu
simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu benar-benar beriman. " (QS.
Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi Isa yang ketujuh yang didahului oleh mukjizat
kelahirannya yang sangat mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu
diikuti mukjizat berikutnya di mana beliau diangkat dari bumi ke langit ketika
penguasa yang lalim berusaha menyalibnya. Barangkali pembaca akan
bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa?
Kita mengetahui bahwa mukjizat adalah hal yang luar biasa yang Allah SWT
berikan kepada nabi-Nya. Tetapi pemberian itu menjadi sempuma jika mukjizat itu
disesuaikan dengan keadaan zaman diutusnya nabi tersebut sehingga mukjizat itu
sangat berpengaruh dalam jiwa kaum dan mampu menggoncangkan hati mereka dan
menjadikan mereka berimana kepada pemilik mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi
suatu hal yang luar biasa. Oleh karena itu, Allah SWT berkehendak agar mukjizat
ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi tersebut.
Jadi, setiap mukjizat yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi
Saleh diutus di tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seekor unta yang
melahirkan dari gunung atau mampu membelah batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi
Musa diutus di tengah-tengah kaum yang gemar memainkan sihir sehingga sihir
mendapat tempat istimewa. Oleh karena itu, mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa
bentuk lahirnya seakan-akan menyerupai sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru
menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang menjadi ular dan kemudian
ular itu memakan tongkat-tongkat para tukang sihir.
Lain halnya dengan Nabi Isa, beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis
yang mengingkari ruh dan hari kebangkitan. Mereka menduga bahwa manusia hanya
sekadar tubuh tanpa ruh. Mereka adalah kaum yang meyakini bahwa darah makhluk
adalah ruhnya atau jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahwa
tafsir an-Nafst adalah darah. Disebutkan di dalamnya:
"Janganlah engkau
memakan darah dari tubuh manusia karena jiwa setiap tubuh adalah darahnya.
"
Nabi Isa diutus di tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah
yang dasarnya mengatakan bahwa penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti
sebab dari akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di
tengah-tengah masa yang niaterialis ini, di mana ruh diingkari, maka secara
logis mukjizat Nabi Isa terkait dengan usaha menunjukkan alam ruhani.
Demikianlah Isa dilahirkan tanpa seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk
membungkam kaum yang mengatakan bahwa alam memiliki sumber pertama. Jelas bahwa
alam tidak memiliki wujud yang mendahuluinya. Kita berada di hadapan Sang
Pencipta yang mengadakan sistem bagi segala sesuatu dan menjadikan sebab bagi
segala sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak berasal dari hubungan
laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri menciptakan sebab-sebab dan
sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab
itu. Dengan kehendak-Nya yang bebas, Dia mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa
melalui ayah sehingga anak itu lahir. Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa
seorang ayah. Cukup ditiupkan ruh kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami
jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.
" (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua hal:
pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan sebab karena
Dia adalah Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya ruh dan menjelaskan kedudukannya
serta nilainya di antara kaum yang hanya mementingkan fisik sehingga mereka
mengingkari ruh. Seandainya kita mengamati sebagian besar mukjizat Nabi Isa,
maka kita akan melihatnya dan mendukung pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat
Nabi Isa yang mampu membentuk tanah seperti burung lalu beliau meniupkannya
sehingga tanah itu menjadi burung. Mukjizat ini pun menguatkan adanya ruh.
Semula ia berupa tanah yang bersifat fisik yang tidak dapat disifati dengan
kehidupan tetapi ketika Nabi Isa meniupnya, maka segenggam tanah itu menjadi
burung yang memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu yang bukan fisik masuk ke
dalamnya. Sesuatu itu adalah ruh. Ruh itu masuk ke dalam tanah sehingga ia
menjadi burung. Jadi, ruh adalah nilai yang hakiki, bukan jasad atau fisik. Di
samping itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini
juga menunjukkan adanya ruh dan adanya hari akhir atau hari kebangkitan. Orang
yang mati telah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya telah hancur
berantakan sehingga ia hampir menjadi tulang-belulang yang hancur lalu al-Masih
memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya berupa fisik sebagaimana dikatakan
orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan mampu bangkit dari kematiannya karena
fisiknya telah hancur tetapi mayit itu mampu bangkit dari kematian. Jasadnya
kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya serta berbicara. Jadi, ruh adalah
nilai yang hakild. bukan fisik atau jasad. Kalau begitu, di sana terdapat hari
kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini bukanlah mustahil sebagaimana yang
dikatakan orang-orang Yahudi, karena setelah kematian jasad menjadi tanah yang
berterbangan di udara. Itu bukan mustahil tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil
dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang yang telah mati di hadapan mata
kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah menghidupkan mereka agar kaumya vakin
bahwa kiamat fisik akan terjadi dari kematian dan itu adalah benar dan bahwa
hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat yang lain, yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya
tentang apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih dahulu
beliau masuk ke rumah mereka atau dapat bocoran dari seseorang. Mukjizat ini
menetapkan bahwa panca indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak
melihat apa yang ada di rumah mereka tetapi ruhnya mampu untuk melihat dan
berbicara atau memberitahu mereka. Jadi, ruhani adalah nilai yang hakiki, bukan
fisik. Demikianlah mukjizat-mukjizat Isa datang untuk memberitahukan pentingnya
ruh dan kebebasan kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi Isa—sebagaimana
dikatakan oleh guru kami Muhammad Abu Zahra'—termasuk dari jenis propagandanya
dan sesuai dengan tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik ruhani dan
keimanan kepada hari kebangkitan dan hari kemudian, dan di sana ada kehidupan
lain di mana seseorang yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang
yang berbuat buruk akan dibalas keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati masih memberikan
celah kepada para pengingkar akhirat untuk terus mengingkarinya atau memberikan
ruangan kepada penentang hari kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami
telah mengatakan bahwa orang-orang Yahudi telah diracuni dengan pikiran
ketidakpercayaan atau penentangan pada hari akhirat serta tidak beriman kepada
hari akhir, maka menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai
oleh Isa menjadi suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka beriman,
tetapi mereka masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa menutup lembaran kehidupannya yang lembut dan dan ia mulai
berdakwah di jalan Allah. Beliau didukung oleh
ruhul kudus dan
mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-Qur'an al-Karim menceritakan kepada kita
bahwa esensi dakwah al-Masih tidak banyak berubah dari esensi dakwah para nabi
sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang intinya adalah menebarkan tauhid yang
sempurna hanya serta menyerahkan diri kepada Allah:
"Sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhan kalian."
Al-Qur'an memberitahu kita bahwa yang mengatakan kalimat tersebut adalah
Isa. Kalimat tersebut adalah kalimat yang sama yang pernah disampaikan seluruh
nabi, meskipun nama mereka, sifat mereka, mukjizat mereka, baju mereka, bahasa
mereka, usia mereka, bentuk mereka, dan warna kulit mereka tidak sama. Mereka
semua bersepakat untuk menyuarakan Islam dan hanya menyerahkan diri kepada
Allah SWT serta beriman bahwa Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam
semesta. Tiada sekutu bagi-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya. Dia Maha Esa
yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tiada sesuatu pun yang
menyerupai-Nya.
Isa tidak mengatakan persoalan tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari
apa yang pemah disampaikan oleh para nabi. Al-Qur'an datang kira-kira setelah
lima ratus tahun dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang
azali mengetahui apa yang terjadi di tengah-tengah kaum Masehi di mana mereka
berselisih tentang hakikat Isa. Oleh karena itu, Al-Qur'an al-Karim berusaha
menyingkap dialog mereka yang belum terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang
tuhan selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya,
maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada
diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada
mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu:
'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka
selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah
yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu.'" (QS. al-Maidah: 116-117)
Al-Qur'an secara tegas mengatakan bahwa dakwah al-Masih adalah dakwah
tauhid. Al-Qur'an ingin mengatakan bahwa al-Masih terlepas dari segala tuduhan
yang dialamatkan kepadanya, yaitu tuduhan bahwa ia anak Tuhan atau ia justru
tuhan itu sendiri.
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali
apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahluh Allah,
Tuhanku, dan Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahwa
tidak ada perantara antara Pencipta dan makhluk; tidak ada perantara antara
seorang penyembah dan yang disembah. Allah SWT menurunkan kitab Injil kepada
Nabi Isa. Ia adalah kitab suci yang datang untuk membenarkan Taurat dan
berusaha menghidupkan syariatnya yang pertama. Injil adalah cahaya, petunjuk,
dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. Nabi Isa ingin meluruskan
tafsiran orang-orang Yahudi terhadap syariat di mana mereka menyampaikan tafsir
dari syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan kepentingan mereka. Nabi Isa
menenangkan orang-orang yang yang menjaga syariat bahwa ia tidak datang untuk
menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk menyempurnakannya dan
menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih menekankan pada penafsiran
esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memberi pengertian kepada orang-orang Yahudi bahwa sepuluh wasiat
yang dibawa oleh Isa mengandung makna-makna yang lebih dalam dari apa yang
mereka bayangkan. Wasiat yang keenam bukan hanya melarang pembunuhan materi,
sebagaimana yang mereka pahami tetapi juga menyangkut penindasan dan usaha
rnencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat yang ketujuh bukan hanya melarang
zina (dalam pengertian terjadinya hubungan antara laki-laki dengan perempuan
melalui cara-cara yang tidak sah), tetapi zina berarti segala bentuk perbuatan
yang menjurus kepada dosa. Misalnya, ketika mata diarahkan kepada lawan jenis
disertai syahwat dan hasrat seksual, maka itu pun berarti zina. Nabi Isa
berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi manusia untuk menghindarkan matanya
dari sesuatu yang dapat menghancurkannya daripada ia harus hancur dengan mata
itu sendiri. Syariat yang dibawa oleh Isa melarang untuk melanggar sumpah dan
janji Nabi Isa memberi pengertian kepada kaumnya bahwa hendaklah mereka tidak
melakukan sumpah palsu karena merupakan "kesalahan besar jika nama Allah
dibuat main-main di atas mulut-mulut manusia." (Injil Mata 21 sampai 48).
Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan arus materialisme yang sangat
mendominasi masyarakat saat itu. Oleh karena itu, beliau mengingatkan manusia
dari perbuatan munaflk, pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga beliau
mengingatkan mereka dari sifat rakus terhadap kekayaan dunia; beliau mengingatkan
agar jangan sampai mereka menimbun harta di dunia. Yakni, hendak lah mereka
tidak memfokuskan perhatian mereka pada urusan-urusan duniawi semata yang
sifatnya tidak abadi. Tetapi hendaklah rnereka memfokuskan perhatian mereka
pada hal-hal yang bersifat samawi (ukhrawi) karena itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu kepada masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang
yang teliti saat memilih gaya hidup mereka karena pada gilirannya akal mereka
akan menjadi cermin darinya. Kecenderungan manusia itu terkait kuat dengan
hatinya. Jika hati tertuju kepada cahaya langit, maka kehidupan manusia akan
tampak bersinar tetapi jika hati tertuju pada kegelapan dunia, maka
kehidupannya pun tampak gelap. Nabi Isa mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih
dan cinta dunia. Beliau mengajak mereka untuk teliti dalam memilih majikan yang
mereka mengabdi kepadanya karena manusia tidak dapat mengabdi kepada dua
majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia akan menjadikan harta sebagai
majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan Allah SWT sebagai tuannya. Jika
ia menyembah harta, maka berarti ia jauh dari penyembahan terhadap Tuhannya.
Oleh karena itu, hendaklah manusia menjauhi dunia, seperti makanan dan pakaian
di mana mereka akan dikuasai oleh kegelisahan dan ketidaktenangan serta
keraguan tentang penjagaan Allah SWT kepada mereka. Allah SWT telah berjanji
untuk memenuhi kebutuhan hamba-hamba-Nya dalam kehidupan. Ketika timbul
kegelisahan dan keraguan pada diri mereka, maka itu dikarenakan keraguan mereka
terhadap penjagaan Allah SWT dan ketidakpercayaan mereka kepada janji-janjinya
dan rahmat-Nya serta bimbingan-Nya. Allah SWT-lah yang menciptakan mereka dan
Dia pula yang menjamin kehidupan mereka dan melindungi mereka. Bahkan Dia juga
melindungi makhluk yang paling kecil urusannya seperti burung di langit dan
kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memberitahu kaumnya bahwa hanya memperhatikan dunia adalah hal yang
salah, yang tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu adalah
sikap para penyembah berhala karena penyembah berhala tidak mengetahui apa yang
lebih baik darinya, sedangkan orang-orang yang beragama mengetahui bahwa di
sana terdapat bimbingan Ilahi yang mengajak mereka untuk percaya kepada Allah
SWT dan tidak begitu peduli dengan dunia. Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan
mereka lebih daripada apa yang mereka ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka
dan akan menjamin kehidupan mereka. Karena itu, yang layak bagi mereka adalah,
hendaklah mereka memohon agar diberi kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya.
Yakni kehidupan ruhani dan apa yang dikandungnya dari kebahagiaan abadi.
Di samping itu, Nabi Isa menasihati mereka agar jangan terlalu pusing dengan
kejadian-kejadian yang akan datang dan persoalan-persoalan esok hari karena
esok hari sudah berjalan sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan penderitaan
datang silih berganti, maka bantuan dan perlindungan Ilahi pun terus datang
silih berganti. Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di
tengah-tengah masyarakat. Kita saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan
kebaikan yang ditujukan kepada diri mereka, maka mereka pun biasa untuk
melakukan kejahatan kepada orang-orang lain. Demikianlah, kehidupan orang-orang
Yahudi dicemari sikap dualisme ini. Nabi Isa mewasiatkan kepada manusia agar mereka
memperlakukan sesama mereka sesuai dengan akidah yang mengatakan:
"Perlakukanlah
orang lain sebagaimana engkau memperlakukan dirimu sendiri"
Nabi Isa terus melangsungkan dakwahnya dan mengajak manusia untuk menyembah
Allah SWT serta tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau juga mengajak
manusia untuk membersihkan dan menyudkan ruhani serta hati dan berasaha
memasuki kerajaan langit. Dakwah Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para
pendeta Yahudi. Kalimat-kalimat yang dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata yang
siap menerpa wajah mereka dan menyatakan peperangan terhadap mereka serta
menyingkap kedok kemunafikan mereka. Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut
campur dalam masalah tersebut karena mereka melihat bahwa itu hanya sekadar
perselisihan internal antara kelompok-kelompok Yahudi. Bagi mereka, selama
orang-orang Yahudi sibuk dengan masalah mereka sendiri dan tidak peduli dengan
kekuasaan, mereka pun tidak turut campur.
Kemudian para pendeta Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan untuk
menyingkirkan Isa. Mereka ingin mengusir Isa dan membuktikan bahwa Isa datang
untuk menghancurkan syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk merajam wanita
yang berzina. Para pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang salah yang berhak
dirajam. Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya:
"Tidakkah syariat menetapkan untuk merajam wanita yang bersalah?" Isa
menjawab: "Benar," Mereka berkata: "Ini adalah wanita yang
bersalah." Isa memandang wanita itu dan ia pun melihat para pendeta
Yahudi. Isa mengetahui bahwa para pendeta Yahudi lebih banyak kesalahannya
daripada wanita tersebut. Para pendeta itu menunggujawaban Isa. Jika ia
mengatakan bahwa wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia menentang
syariat Musa, dan jika ia mengatakan bahwa ia berhak dibunuh, maka ia justru
menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan toleransi. Nabi
Isa memahami bahwa ini adalah persekongkolan. Beliau tersenyum dan wajahnya
tampak bercahaya. Kemudian beliau melihat para pendeta Yahudi dan wanita itu sambil
berkata: "Barangsiapa di antara kalian yang tidak memiliki kesalahan, maka
hendaklah ia merajam wanita itu."
Suara beliau yang keras itu memecahkan keheningan tempat penyembahan. Beliau
menetapkan peraturan baru yang berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada
orang yang ber-buat salah. Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum
orang yang salah dan tidak berhak seseorang pun dari kalangan manusia untuk
menghukum orang yang bersalah jika ia sendiri bersalah, tetapi yang
menghukumnya adalah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi dan Allah SWT
adalah Maha Pengasih di antara yang mengasihi.
Nabi Isa keluar dari tempat penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar
dari belakangnya. Lalu wanita itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol dari
minyak yang berharga. Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di atas
kedua kaki Isa lalu menciumnya dan membasuhnya dengan minyak wangi dan air
mata. Setelah itu, ia mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi wanita
itu, al-Masih mempakan harapan terakhir yang dapat menyelamatkannya. Lalu
keluarlah dari belakang Isa seorang tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri
menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa kagum terhadap kasih sayang Isa.
Isa melihat kepadanya dan bertanya; "Seorang kreditor yang memiliki dua
orang debitor, salah satunya berhutang lima ratus dinar dan yang lain lima
puluh dinar." Pendeta itu berkata: "Ya." Isa berkata: "Tak
seorang pun dari mereka berdua yang merniliki uang yang cukup untuk melunasi
uangnya. Lalu si kreditor memaafkan mereka dan membebaskan mereka dari
hutang." Pendeta berkata: "Ya." Kemudian Isa bertanya:
"Siapa di antara mereka yang paling senang kepada kreditor itu?"
Pendeta menjawab: "Tentu yang berhutang lebih besar.'' Isa berkata:
"Benar apa yang engkau ucapkan. Lihadah wanita ini. Aku telah masuk ke
rumahmu tetapi engkau tidak memberikan kepadaku air agar aku dapat membasuh
wajahku, tetapi wanita itu membasuh kedua kakiku dengan air mata lalu ia
mengusapnya dengan rambut kepalanya. Begitu juga engkau tidak memberikan ciuman
kepadaku tetapi wanita ini tidak merasa puas dengan hanya mencium kedua kakiku.
Jadi, hatimu sungguh sangat keras tetapi hati wanita itu dipenuhi dengan rasa
cinta. Maka barangsiapa yang banyak mencintai niscaya kesalahan-kesalahannya akan
diampum." Kemudian Isa menoleh ke wanita itu dan memerintahkannya untuk
bangkit dari tanah sambil berkata: "Ya Allah, ampunilah wanita ini dan
hilangkanlah kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha menyadarkan para pendeta Yahudi bahwa para dai yang menyeru
di jalan Allah SWT bukanlah algojoalgojo yang bengis yang menerapkan hukum
syariat tanpa melihat keadaan masyarakat yang bersalah, tetapi mereka datang
dan membawa ajaran Allah SWT yang merupakan ajaran yang penuh dengan rahmat
kepada manusia. Jadi, rahmat adalah tujuan semua dakwah Ilahi ini. Bahkan
diutusnya para nabi itu sendiri mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum
mereka.
Isa terus berdoa kepada Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh
kaumnya agar menyayangi diri mereka sendiri dan beriman kepada Allah SWT.
Kehidupan Nabi Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar
bin Sulaiman berkata, sebagaimana diri wayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa
menemui kaumnya dengan memakai pakian dari wol. Beliau keluar dalam keadaan tidak
beralas kaki sambil menangis serta wajahnya tampak pucat karena kelaparan dan
bibimya tampak kering karena kehausan. Nabi Isa berkata, "salam kepada
kalian wahai Bani Israil. Aku adalah seseorang yang meletakkan dunia di
tempatnya sesuai dengan izin Allah SWT, tanpa bermaksud membanggakan diri.
Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?" Mereka menjawab: "Di mana
rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab: "Rumahku adalah mesjid, wewangianku adalah air
makananku adalah rasa lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan salatku
di waktu musim dingin di saat matahari terletak di timur, bungaku adalah
tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari wol, syiarku adalah takut kepada
Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku adalah orang-orang yang fakir, orang-orang
yang sakit, dan orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak
mendapati sesuatu pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku
tidak menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya
bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?"
Isa terus melakukan dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah SWT.
Nabi Isa mampu membuat bentuk burung dari tanah kemudian ia meniupnya, maka
tanah itu menjadi burung dengan izin Allah SWT. Selain itu, ujung bajunya yang
sederhana jika tersentuh orang yang sakit, maka orang itu akan sembuh. Bahkan
jika Isa meletakkan tangannya di atas mata orang yang buta atau orang yang
terkena sakit belang niscaya ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh
mukjizat yang luar biasa. Bahkan beliau mampu menghidupkan orang-orang yang
mati dari kuburan mereka sehingga mereka keluar dalam keadaan hidup dengan izin
Allah SWT.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa Nabi Isa menghidupkan empat orang.
Pertama, al-Azir yaitu temannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari seorang
tua, dan seorang anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu. Mereka adalah
tiga orang yang mati di zaman Nabi Isa. Ketika orang-orang Yahudi melihat hal
tersebut, mereka berkata: "Engkau menghidupkan orang-orang yang mati dan
kematian mereka tidak lama .Barangkali mereka tidak mati tapi mereka sekadar
mengalami keadaan tidak sadarkan diri atau mati suri. Lalu mereka meminta
kepada Nabi Isa untuk membangkitkan Sam bin Nuh dari kematiannya.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di
manakah kaum kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa sehingga
mereka mencapai kuburan. Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar
menghidupkan orang yang mati di situ. Sam bin Nuh keluar dari kuburannya, dan
rambut dikepala-nya tampak beruban. Isa berkata kepadanya: "Bagaimana
rambut di kepalamu bisa beruban, sementara di zamanmu kau tidai. ada
uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku mendengar engkau berdoa untukku
lalu aku mendengar suara yang mengatakan, aku akan mengabulkan wahai Ruhullah.
Aku mengira bahwa kiamat telah tiba. Karena takutnya kepada hal itu sehingga
rambut di kepalaku beruban."
Apa pun yang dikatakan berkaitan dengan cerita itu yang menyebutkan tentang
bagaimana Nabi Isa menghidupkan orang-orang yang mati, namun kita tidak
mengetahui konteks Al-Qu'ran serta perincian-perincian yang menjelaskan hal
tersebut. Allah SWT hanya menyebutkan bahwa Isa menghidupkan orang-orang yang
mati dengan izin-Nya. Kita percaya bahwa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka
tetapi kita tidak mengetahui apakah mereka mati kembali setelah dihidupkan atau
mereka sempat menjalani kehidupan selama beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan
di jalan Allah SWT. Beliau membuat bagi mereka apa yang disebut dengan hukum ruh.
Beliau menaiki gunung dan para sahabat-sahabatnya berdiri di sekitarnya. Nabi
Isa melihat orang-orang yang beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang
yang fakir, orang-orang yang menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah
mereka sedikit sebagaimana lazimnya jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan awan tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai
berbicara: "Sungguh beruntung bagi orang-orang miskin karena mereka
memiliki kerajaan langit. Beruntunglah orang-orang yang sedih karena mereka
akan menjadi orang-orang yang mulia. Beruntunglah yang diserahi amanat karena
mereka akan mewarisi bumi. Beruntunglah orang-orang yang lapar dan haus karena
mereka akan dikenyangkan. Beruntunglah orang-orang yang menyayangi karena
mereka akan disayangi. Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya karena
mereka akan melihat Allah SWT. Beruntunglah orang-orang yang tertindas demi
mempertahankan kebenaran karena mereka akan mendapatkan kerajaan langit. Kalian
adalah garam bumi jika garam telah rusak, maka siapa gerangan yang dapat
mengembalikannya menjadi garam kembali." Renungkanlah kedalaman ungkapan
dari Nabi Isa, "kalian adalah garam bumi."
Garam adalah sesuatu yang memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam
makanan akan menjadi hambar. Yakni, tanpa orang-orang mukmin, maka cita rasa
kehidupan terasa tidak bermakna; tanpa kehadiran orang-orang Muslim dan
perbuatan mereka yang ikhlas terhadap Allah SWT akan tampak kehidupan sangat
berat dan tidak berarti. Di samping itu, kehadiran manusia sebagai khalifah
Allah SWT di muka bumi pun sia-sia, dan keagungan manusia sebagai hamba Allah
SWT pun tidak bermakna, dan pada gilirannya kehidupan akan dipenuhi dengan
kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah mewahyukan kepada "garam bumi" agar mereka beriman
kepada Nabi Isa. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa
yang setia: 'Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab:
'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah:
111)
Al-Hawariyin mengakui kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka menyatakan
keislaman kepadanya, sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran ajaran Nabi
Sulaiman dan menyatakan keislaman padanya, dan sebagaimana semua para nabi
menyatakan keislaman. Hakikat ajaran para nabi terbatas kepada pernyataan
keislaman dan semua nabi menyeru kepada jalan tauhid dan jalan Islam. Islam
dalam pandangan kami memiliki makna yang lebih dalam daripada tauhid. Pengakuan
seseorang terhadap Allah SWT dan keimanan akan keesaan-Nya dalam menciptakan
makhluk tidak mencegah orang itu untuk berbuat dosa, sedangkan keislaman atau
penyerahan hati dan anggota badan serta pemikiran kepada Allah SWT merupakan
suatu tingkatan sedikit lebih tinggi. Ini adalah tingkat kepatuhan orang-orang
yang patuh dan puncak ketauhidan orang-orang yang bertauhid. Itu adalah
keserasian antara tindakan dengan pikiran, yaitu usaha manusia untuk
menghindari kesalahan dan memurnikan amal hanya untuk Allah SWT. Al-Qur'an
al-Karim memberitahu kita bahwa Allah SWT menyampaikan wahyu kepada
al-Hawariyin agar mereka beriman kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah kita renungkanlah sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap
Hawariyin. Kita mengetahui bahwa Allah SWT mewahyukan kepada manusia dan kepada
makhluk-makhluk lainnya. Allah
SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..." (QS.
an-Nahl: 68)
Yang dimaksud dengan wahyu di sini adalah memberikan ilham kepada makhluk
agar mereka menuju ke jalan fitrahnya yang telah Allah SWT gariskan di atasnya
sehingga mereka mencapai jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat tentang
jawaban Nabi Musa terhadap pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun berkata: 'Siapakah Tuhan kamu berdua wahai Musa. " (QS.
Thaha: 49)
"Musa berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan
kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya kemudian memberinsa petunjuk. "
(QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini sama. Makna yang sama tersebut diterapkan kepada
kaum Hawariyin di mana wahyu Allah SWT terhadap mereka berupa pemberian ilham
kepada mereka demi kebaikan mereka dan kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak
bertentangan dengan ikhtiar mereka dan usaha mereka serta keinginan mereka,
bahkan tidak bertentangan dengan kebebasan mereka. Allah SWT telah melihat hati
mereka yang dipenuhi dengan kebaikan. Dia melihat mereka sebagai garam bumi,
maka Allah SWT mewahyukan kepada mereka agar beriman kepadanya dan rasul-Nya
sehingga mereka pun beriman dan mereka pun bersaksi bahwa mereka orang-orang
yang berserah diri atau Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin menyembunyikan keimanan mereka sehingga Isa
merasakan kekufuran kaumnya semakin menjadi-jadi lalu Isa memanggil mereka:
"Siapakah di antara kalian yang menolong aku menuju jalan Allah SWT?"
Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil)
berkatalah dia: 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk
menegakkan (agama) Allah?' Para Hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab:
'Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan
sahsikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri.
Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan
telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan
orang-orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran: 52-53)
Nas Al-Quran menunjukkan bahwa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti
Islam sehingga mereka pun berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahwa Nabi Isa
menyampaikan kabar gembira dengan kedatangan seorang rasul yang datang
setelahnya yang bernama Ahmad. Dikatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: 'Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun
sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang
rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala
rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka
berkata: 'Ini adalah sihir yang nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan kabar berita
tentang kedatangan seorang rasul ini yang datang setelah masanya, yaitu Ahmad
saw. Apakah kabar berita itu beliau sampaikan dipermulaan pengutusannya kepada
manusia, atau apakah beliau menyampaikan kabar itu pada akhir masa dakwahnya
dan sebelum beliau diangkat ke langit? Tetapi melihat konteks Al-Qur'an
tampaknya kabar berita tersebut itu disampaikan di permulaan dakwahnya,
sebagaimana firman-Nya:
"Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'lni adalah sihir yang
nyata.'"
Kata ganti
(dhamir) dalam ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat
tersebut menunjukkan bahwa Nabi Isa menyampaikan kabar gembira dengan datangnya
Muhammad atau Ahmad ketika Allah SWT mengutus kepada kaumnya. Kemudian
terjadilah di hadapan Nabi Isa berbagai macam mukjizat yang luar biasa seperti
penghidupan orang yang mati, peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa
datang membawa bukti-bukti yang jelas ini, maka mereka menuduhnya bahwa ia
membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahwa tuduhan semacam ini telah dialamatkan
kepada sebagian besar para nabi sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahwa nabi
yang terakhir pun akan mendapatkan tuduhan yang sama. Oleh karena itu, nabi
yang mulia itu tetap berdakwah di jalan Allah SWT dan tidak peduli dengan
tuduhan kaumnya yang mengatakan bahwa beliau membawa sihir.
Kemudian pertentangan antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin meningkat.
Mereka adalah orang-orang yang hatinya keras, yang membeku di hadapan
kebenaran. Isa datang kepada mereka dan menghancurkan segala pemikiran mereka
dan kehidupan mereka serta sistem mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa terfokus
kepada kebenaran, kedamaian dan keadilan dan pada saat yang sama mengumumkan
peperangan terhadap kehidupan orang-orang yang lalim yang telah menjauhi
kebenaran. keadilan, dan kedamaian. Injil Mata menyebutkan melalui lisan Isa:
"Jangalah kalian mengira bahwa aku membawa kedamaian ke muka bumi. Aku
tidak datang hanya membawa kedamaian tetapi aku datang membawa pedang."
Kalimat tersebut menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah para
nabi. Para nabi adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan di
medan peperangan beraneka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya adalah pejuang.
Mereka memulai peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu suatu tekad
mengatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu tentu berbenturan
dengan kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh manusia, baik
tuhan-tuhan yang terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu sangat mengganggu
ketenangan orang-orang yang lalim atau penguasa yang bengis serta sangat
melawan kepentingan mereka, sehingga para raja dan para penguasa seperti
biasanya bergerak menentang nabi kecuali orang yang mendapatkan petunjuk dari
Allah SWT. Para pembesar dari kalangan kaum nabi menentang nabi.
Al-Mala' adalah
para pembesar sebagaimana telah kami jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan
sesudahnya. Kemudian Nabi terus melangsungkan peperangan mewujudkan tekadnya:
Nabi meletakkan dasar peperangannya dengan menyampaikan ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan dasar yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak
seorang pun berhak untuk menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai budak
karena penghambaan hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama
di antara mereka sehingga tidak berhak seseorang untuk memanfaatkan kekuatan
manusia untuk membangun kejayaan pribadinya atau unruk memperkaya dirinya
dengan merugikan orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat
buruk terhadap mereka dalam berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi
berarti mengganti dan mengubah sistem yang rusak yang didirikan oleh para
pembesar kaumnya. Kalau begitu, ia adalah dakwah yang menyatakan peperangan dan
karena itu seseorang nabi harus membava senjata. Setelah meneguhkan pemikiran
tersebut, dimulailah peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia berlindung
di balik senjata dan senjata yang dimiliki oleh setiap nabi berbeda-beda.
Mula-mula seorang nabi tidak menggunakan senjata apa pun dalam peperangannya
selain berusaha untuk membangkitkan akal. Lalu peperangan semakin meningkat
sehingga nabi terpaksa untuk menggunakan senjata. Para musuh memaksanya untuk
menggunakan senjata sehingga para nabi pun menggunakan senjata. Di sini setiap
nabi mempunyai senjata yang berbeda-beda. Terkadang senjata seorang nabi berupa
mukjizat yang dapat menghentikan langkah dan menghancurkan mereka seperti
taufan (kisah Nabi Nuh) atau angin (kisah Nabi Hud), dan terkadang senjata para
nabi adalah mukjizat yang membantunya untuk mengalahkan musuh-musuhnya secara
pasti seperti ditundukkannya jin dan burung baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan
senjata nabi berupa mukjizat yang menyelamatkannya dari tipu daya musuh seperti
berubahnya api menjadi sesuatu yang dingin dan membawa keselamatan (kisah Nabi
Ibrahim) dan terkadang senjata nabi yang luar biasa yang memperkuat dakwahnya
seperti menghidupkan orang-orang yang mati (kisah Nabi Isa) dan terkadang senjata
nabi berupa pedang yang dipegang di tangannya saat ia melangsungkan peperangan
dan mempertahankan dakwahnya (kisah Nabi Muhammad saw).
Jadi, senjata para nabi berbeda-beda, baik dalam bentuk kualitas maupun
kapasitasnya. Allah SWT mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita
ketahui sehingga Allah SWT sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk setiap
nabi. Dan tak seorang nabi pun yang tinggal di suatu tempat sementara ia tidak
berjuang dan tidak bergerak dan tidak mengalami penderitaan dari kaumnya. Oleh
karena itu, sesuai dengan kadar kesabaran para nabi dan perjuangan mereka dalam
menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT, mereka layak untuk mendapatkan tempat
yang istimewa di sisi Allah SWT.
Isa bin Maryam telah menyampaikan bahwa beliau adalah seorang pejuang yang
membawa senjata. Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan masyarakat yang
keras, masyarakat yang bodoh. Masyarakat di zaman Nabi Isa berdiri di atas
kesalahan, kesyirikan, kebohongan, kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman
dan tidak ada kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa
menghancurkan semua ini. Nabi Isa memberitahu kaumnya bahwa dakwahnya di jalan
Allah SWT bukan terfokus pada dakwah kedamaian tetapi dalam hal-hal tertentu
dakwahnya pun berisi pernyataan perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika
tidak berusaha dipertahankan oleh yang bersangkutan sampai tetes darah
penghabisan. Timbulnya pemikiran-pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip
tidak hanya bersandar kepada idealismenya tetapi nilainya justru bersandar
kepada usaha keras yang dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka
mempertahankannya. Tanpa peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi
akan menjadi pemikiran-pemikiran yang sekadar idealisme yang tidak akan
menghentikan seseorang pun dan tidak akan membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahwa sebagian besar nabi berhadapan dengan kelompok besar
dari masyarakat yang menentangnya dan berusaha memeranginya. Mula-mula mereka
mengejeknya dan pada akhirnya mereka berusaha untuk membunuhnya. Kita
mengetahui bahwa para nabi berusaha mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran
yang dibawanya. Melalui kisah para nabi, kita mengetahui bahwa bagaimana
serangan masyarakat, para pembesar, dan para penguasa terhadap para nabi tetapi
pada saat yang sama kita seakan-akan tidak melihat bagaimana serangan para nabi
terhadap mereka. Penjelasan dari hal itu sangat mudah. Peperangan yang
dibangkitkan oleh kebatilan atas para nabi didukung oleh alat-alat yang canggih
dan sangat kuat di mana mereka memiliki berbagai macam sarana untuk menjatuhkan
para nabi, sedangkan para nabi hanya menyandarkan kekuatan dari yang Maha
Benar, yaitu Allah SWT; kekuatan yang tidak berdasarkan pada sebab-sebab
tertentu atau tidak peduli dengan tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para nabi hanya terus melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha
membangkitkan akal dan hati serta menvucikan ruh. Keteguhan sikap para nabi ini
bagi musuh-musuh mereka merupakan problem yang besar. Dakwah nabi juga menjamah
suatu keluarga di mana seorang ayah dapat beriman sementara seorang anak dapat
menentang atau seorang anak dapat beriman sementara si ayah dapat menentang
atau seorang istri beriman atau seorang suami kafir atau seorang suami beriman
sementara si istri kafir. Perbedaan anak laki-laki dengan ayahnya dan seorang
istri dengan suaminya menimbulkan permusuhan di dalam rumah-rumah. Dengan
terjadinya hal ini, masyarakat bergerak untuk menentang nabi dan semakin
meningkatkan tekanan-tekanan mereka kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian
mereka kepada nabi semakin meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan nabi
itu yang bagi mereka telah memisahkan antara ayah dan anaknya atau ia datang
untuk memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.
Kemudian seorang nabi meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang
mengikutinya, yaitu undang-undang pokok yang membatalkan undang-undang yang
tidak sesuai dengannya. Undang-undang ini tampak dalam kalimat nabi:
"pertama-tama cinta kepada Allah dan kemudian cinta kepada nabi dan
setelah itu cinta kepada sesama manusia." Makna-makna yang demikian ini
tercermin secara jelas dari kalimat-kalimat Isa yang disampaikan oleh Injil
Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih berkata: "Janganlah engkau mengira bahwa aku datang membawa
kedamaian di bumi, aku datang bukan hanya membawa kedamaian tetapi pedang. Aku
datang untuk menjadikan seorang anak berbeda dengan ayahnya dan seorang anak
perempuan berbeda dengan ibunya sehingga musuh seseorang justru terdapat pada
keluarganya. Maka barangsiapa yang mencintai ibunya dan ayahnya lebih dari
kecintaannya kepadaku, maka ia tidak berhak mencintaiku, dan barangsiapa yang
mencintai anak laki-lakinya dan perempuannya lebih dariku, maka ia tidak berhak
mengikutiku. Meskipun kehidupannya tampak beruntung sebenarnya ia telah rugi, dan
barangsiapa yang kehidupannya merugi karena aku, maka sebenarnya ia telah
beruntung."
Penjelas Injil mengatakan: "Pemikiran orang-orang Yahudi tentang
al-Masih adalah, ketika al-Masih datang, maka semua pengikutnya akan merampas
kekayaan dan kejayaan di dunia ini lalu ia hanya memberi mereka ketenangan dan
kedamaian. Ketika al-Masih datang, ia menjelaskan kepada para muridnya bahwa
hal tersebut tidak benar, karena jika ia datang untuk memberikan kedamaian
kepada para pengikutnya, maka mereka akan terancam kelaliman dan mereka akan
mati karena tajamnya pedang. Maka hendaklah mereka tidak mengharapkan kedamaian
tetapi peperangan; hendaklah mereka tidak mengharapkan keserasian tetapi
perpecahan." Demikianlah masyarakat Yahudi terbagi menjadi dua kelompok:
kelompok orang-orang yang fakir, orang-orang yang lemah dan orang-orang yang
bersih hatinya bersama Isa, sedangkan kelompok mayoritas menentang Isa. Bahkan
kelompok mayoritas kafir itu sering menyakiti Isa.
Injil Mata menceritakan penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia
menceritakan bagaimana kemarahan al-Masih terhadap orang-orang yang tidak
mengabdi kepada Yuhana (Yahya) dengan baik atau mengabdi kepadanya secara
pribadi dengan baik. Injil Mata menguntip pernyataan Isa sebagai berikut:
"Dengan apa aku menyerupakan generasi ini, Sesungguhnya mereka menyerupai
anak-anak kecil yang duduk di pasar yang berteriak-teriak memanggil teman-teman
mereka sambil berkata: "Kami telah meniup
seruling tetapi kalian
tidak menari. Kami mengasihi kalian tetapi kalian tidak menangis." Yuhana
telah datang dan tidak makan dan minum tetapi mereka mengatakan, sesungguhnya
ia terkena setan. lalu datanglah seorang anak manusia yang makan dan minurn
lalu mereka mengatakan, ia adalah seorang yang ahli makan dan ahli minum khamer."
Dokumen itu menunjukkan penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan yang
akan dihadapinya. Penderitaan yang dialami oleh hati suci al-Masih adalah
sebagai tindakan generasi tersebut di mana beliau diutus di dalamnya sebagai
orang yang memberi petunjuk dan menyampaikan berita gembira tentang kerajaan
langit. Beliau menyerupakan generasi Yahudi itu dengan anak-anak kecil yang
duduk-duduk di pasar sambil berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka
sambil berkata: "kami telah meniup seruling tetapi kalian tidak menari.
Kami berbelas kasih kepada kalian tetapi kalian tidak menangis." Al-Masih
mengisyaratkan dengan pernyataan itu tentang apa yang diperbuat anak-anak kecil
saat mereka bermain-main, di mana biasanya mereka meniru orang-orang yang besar
saat mereka bergembira dengan menari-nari dan saat mereka sedih mereka
menangis. Demikianlah mereka sangat cepat berubah antara bergembira dan sedih
tanpa melalui pertimbangan dan kesadaran. Demikianlah keadaaan orang-orang
Yahudi saat mereka mengabdi kepada Yahya, kemudian saat mereka mengabdi kepada
al-Masih. Yahya telah datang kepada mereka dalam keadaan menangis, tidak makan
dan tidak minum dari apa yang mereka makan dan yang mereka minum. Ia tidak
bergaul dengan sembarangan manusia. Telah datang kepada mereka seorang nabi
yang ahli ibadah tetapi kebanyakan mereka menolaknya dan mereka mengatakan
bahwa ia terkena setan. Kemudian datang kepada mereka al-Masih di mana ia makan
dan minum bersama pada acara walimah dan hari raya lalu mereka pun menolaknya
dan mengatakan bahwa ia suka makan dan minum khamer padahal beliau adalah
cermin terbesar dalam menghilangkan syahwat dan kesucian yang sempurna.
Alhasil, generasi itu adalah generasi yang main-main Iayaknya anak kecil.
Tidak ada sesuatu pun yang dapat mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau
bertaubat. Meskipun demikian, di sana terdapat kelompok kecil dari manusia yang
terpengaruh dan bertaubat. Dokumen tersebut menunjukkan betapa beratnya
penderitaan Isa di tengah-tengah generasi yang sezaman dengannya. Isa mengalami
banyak penderitaan dalam menyampaikan dakwahnya. Isa banyak menderita di
tengah-tengah kaum yang pikiran mereka belum matang. Mereka tak ubahnya seperti
anak-anak kecil yang suka bermain-main. Kaum yang tak tergugah oleh
kalimat-kalimat yang baik dan mereka tidak bergerak atau tersentuh ketika
menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar biasa.
Allah SWT kembali memperkuat Isa dengan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan.
Mukjizat di sini adalah senjata yang diberikan Allah SWT kepada nabi-Nya agar
nabi tersebut menjadi tenteram dan agar menambah keyakinan orang-orang yang
beriman kepadanya, sedangkan bagi orang-orang kafir mukjizat tersebut justru
menambah kekufuran mereka sehingga Allah SWT memberikan pembalasan yang
setimpal kepada kedua kelompok tersebut. Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada
Isa bin Maryam yang lain adalah, Allah SWT mengabulkan doa Hawariyin dengan
menurunkan makanan dari langit. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra
Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa
menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.'
Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami
dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami
menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.'
Isa putra Maryam
berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada hami suatu hidangan dari
langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi
orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda
bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling
Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu
kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka
sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan
kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Barangkali kita terheran-heran ketika memperhatikan perkataan Hawariyin,
"wahai Isa bin Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin pertama-tama
yang terlintas dalam pikiran kita berkenaan dalam ayat tersebut adalah,
keraguan Hawariyin terhadap kekuatan atau kekuasaan Allah SWT. Bagaimana hal
itu mampu mereka laku-kan sedangkan mereka adalah murid-murid Isa yang beriman
dan berserah diri kepada Allah SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat tersebut, para
ulama berbeda pendapat. Sebagian ulama mengatakan, bahwa pertanyaan mereka
'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti apakah Tuhanmu bisa? Kemudian mereka
mencarikan alasan yang membenarkan perkataan Hawariyin itu dengan mengatakan
bahwa pertanyaan itu dilontarkan saat mereka baru saja mengikuti Isa, sebelum
mereka banyak mengetahui Allah SWT. Oleh karena itu, Isa berkata dalam jawabannya
terhadap pertanyaan mereka, bertakwalah kepada Allah SWT jika kamu benar-benar
orang mukmin. Yakni, janganlah kalian meragukan kekuasaan atau kekuatan Allah
SWT.
Qurthubi menampik tafsir ini. Hawariyin adalah para penolong Allah SWT,
sesuai dengan nas Al-Qur'an dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah SWT untuk
tidak mengetahui kekuatan-Nya, apalagi meragukan kekuasaan-Nya. Sebagian ulama
mengatakan bahwa perkataan tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama
Hawariyin yang berasal dari Bani Israil dan tidak seorang pun dari Hawariyin
yang mengatakan demikian kecuali mereka hanya sekedar menukil perkataan
tersebut. Ada pendapat lain lagi yang mengatakan bahwa ayat tersebut tidak
dibaca
'hal yastathi' rabbuka' tetapi dibaca
'hal tastathi' rabbaka'
sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca oleh Nabi. Maknanya,
"apakah engkau mampu menghadirkan kekuatan Tuhanmu terhadap apa yang
engkau minta." Ada pendapat yang lain mengatakan ia dibaca
'hal
tastathi' rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk berdoa kepada
Tuhanmu atau meminta-Nya."
Sebagian kaum sufi berpendapat bahwa kaum Hawariyin bukan tidak mengetahui
kekuasaan Allah SWT tetapi pertanyaan itu justru bersumber dari cinta kepada
Allah SWT dan keinginan menyaksikan kekuasaan Allah SWT. Sikap mereka ini
menyerupai dengan perbedaan tingkatan sikap Nabi Ibrahim as ketika beliau
mengatakan:
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan
orang-orang mati?' Allah berfirman: 'Apakah kamu belum percaya?' Ibrahim
menjawab: 'Saya telah percaya, tetapi agar bertambah mantap hatiku.'" (QS.
al-Baqarah: 260)
Oleh karena itu, kaum Hawariyin berkata: "Dan hati kami menjadi
mantap," sebagaimana Nabi Ibrahim berkata: "Agar bertambah mantap
hatiku." Inilah tafsir yang membuat kita puas dan membuat hati kita
tenang. Nabi Isa menjawab pertanyaan mereka:
'Bertakwalah kepada Allah jika
betul-betul kamu orang yang beriman.' Yakni, hati-hatilah kalian dengan
banyak bertanya dan menguji Allah SWT karena kalian tidak mengetahui apa yang
boleh kalian minta untuk didatangkan bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan
Nabi Isa, jika kalian benar-benar beriman terfokus kepada apa yang dibawanya
yang berupa mukjizat-mukjizat atau tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa
bermaksud untuk mengatakan, sesungguhnya apa yang telah aku bawa dari
mukjizat-mukjizat bagi kalian seharusnya sudah cukup membuat hati kalian
mantap.
"Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya
tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada
kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin menjelaskan kepada Isa sebab pertanyaan mereka ketika beliau
melarangnya. Jika Nabi Isa keluar, maka beliau diikuti lima ribu orang atau
lebih. Sebagian mereka dari kalangan Hawariyin dan sebagian yang lain campuran
di antara pengikutnya dan musuhnya. Dikatakan bahwa mereka berpuasa dan mereka
tidak mempunyai makanan, lalu para pengikut berkata kepada kaum Hawariyin,
"Tanyalah kepada Isa apakah ia mampu berdoa kepada Tuhannya sehingga
diturunkan kepada kita makanan dari langit." Kemudian kaum Hawariyin pergi
dengan membawa surat kaum itu kepada Isa. Ketika Isa meminta mereka untuk merasa
cukup dengan mukjizat-mukjizat sebelumnya, mereka kembali melontarkan kebenaran
permintaan mereka:
'Kami ingin memakan hidangan itu. Mereka adalah
orang-orang yang lapar sementara mereka tidak mempunyai makanan.
Dan supaya
tenteram hati kami.
Hati kaum Hawariyin menjadi tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para
pengikut pun merasa hatinya tenang dan mengakui bahwa Isa adalah Nabi yang
diutus untuk mereka. Dan hati musuh juga menjadi tenang karena mereka
menyaksikan kebatilan mereka sehingga pilihan mereka untuk tidak mengikuti Isa
berakibat pada suatu saat mereka akan dimintai pertanggung jawaban.
"Dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami.
Yakni kami mengetahui bahwa engkau utusan Allah. Dan kami menjadi orang-orang
yang menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami menyaksikan keesaan Allah dan
risalah dan kenabianmu. Dan bagi orang lain yang tidak menyahsikannya, maka
kami akan menceritakan kepada mereka peristiwa yang terjadi."
Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami
suatu hidangan dari langit (yang hari turimnya) akan menjadi hari raya bagi
kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kavii dan yang datang sesudah kami,
dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pembeti
rezeki Yang Paling Utama.'
Ketika kaum Hawariyin bertanya kepada Isa bin Maram agar diturunkan makanan
dari langit, maka Nabi Isa berdiri dan meletakkan pakaian dari kulit wol
kemudian beliau melangkahkan kakinya dan meletakkan tangan kanannya di atas
tangan kirinya, lalu beliau menundukkan kepalanya dalam keadaan khusuk dan
tunduk kepada Allab SWT. Kemudian beliau membuka matanya dan menangis sehingga
air matanya membasahi jenggotnya bahkan mencapai dadanya dan berkata:
'Ya
Tuhan kami, turunhanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit... Allah
berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah makanan besar dari celah dua awan: satu awan di atasnya satu
awan di bawahnya. Saat itu manusia melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah
jadikanlah makanan ini sebagai rahmat dan jangan menjadi fitnah." Lalu
turunlah di depan Nabi Isa sapu tangan yang menutupinya kemudian Nabi Isa
tersungkur dalam keadaan sujud yang diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka
mendapati suatu bau yang harum yang belum pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa berkata, "Siapakah di antara kalian yang paling ikhlas dan
paling percaya kepada Allah SWT agar ia membuka makanan itu sehingga kita bisa
makan darinya serta berzikir kepada Allah SWT atasnya serta bersyukur kepadanya."
Kaum Hawariyin berkata: "Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau lebih berhak
daripada kami dalam hal itu.", maka Nabi Isa berdiri lalu beliau mengambil
wudhu dan salat. Kemudian beliau banyak berdoa sambil duduk di sisi makanan itu
dan membukanya. Tiba-tiba di atas makanan itu terdapat ikan yang lezat yang
tidak ada durinya. Nabi Isa ditanya: "Wahai Ruhullah, apakah ini makanan
dari dunia atau dari surga?" Nabi Isa menjawab: "Bukankah Tuhan
kalian melarang kalian untuk bertanya pertanyaan semacam ini. Ia turun dari
langit dan tidak ada makanan sepertinya di dunia dan ia bukan berasal dari
surga tetapi ia adalah sesuatu yang Allah SWT ciptakan dengan kekuasaan yang
luar biasa di mana Dia cukup mengatakan "jadilah, maka jadilah."
Para mufasir berbeda pendapat sekitar bentuk makanan yang diturunkan kepada
Isa, apakah itu ikan atau daging? Apakah roti atau buah-buahan? Kami memandang
bahwa pembahasan-pembahasan ini kurang penting. Sesuatu yang paling penting
yang perlu kita perhatikan adalah apa yang dikatakan oleh Nabi Isa,
Sesungguhnya ia diciptakan oleh Allah SWT dengan kekuasaan yang mengagumkan di
mana Dia cukup mengatakan "Jadilah, maka jadilah ia."
Inilah hakikat makanan tersebut. Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah
SWT yaitu suatu tanda yang Allah SWT mengancam bagi siapa yang menentangnya Dia
akan menyiksanya dengan azab yang belum pernah diterima oleh seseorang pun di
dunia. Para ulama berbeda pendapat apakah makanan tersebut memang diturunkan
atau tidak, tetapi menurut pendapat mayoritas dan ini yang benar makanan
tersebut memang diturunkan, sesuai dengan firman Allah SWT:
"Aku akan
menurunkan hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahwa ribuan pengikut Nabi Isa memakannya dan makanan tersebut
tidak habis. Setiap orang yang buta ia sembuh dari butanya dan setiap orang
yang belang ia sembuh dari belangnya akibat memakan hidangan itu. Alhasil,
setelah menyantap makananitu, orang yang sakit sembuh dari penyakitnya. Maka
hari turunnya makan itu dijadikan hari raya dari hari raya-hari raya kaum
Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa. Kemudian berita dan peristiwa turunnya
makanan itu mulai hilang dan mulai dilupakan sehingga kita tidak menemukan
beritanya hari ini di Injil-Injil yang mereka akui. Setelah peristiwa makanan
yang Allah SWT ceritakan dalam surah al-Maidah, Allah SWT menunjukkan kepada
kita sikap lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah SWT berkata setelah
menceritakan kepada kita tentang turunnya mukjizat makanan dari langit:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang
tuhan selain Allah!' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya,
maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada
diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada
rnereka kecuali apa yang Engkau tiepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah
Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang
mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika
Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan
jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman: 'lni adalah suatu hari yang bermanfaat
bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya;
Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah
keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi
dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
(QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat tersebut, Al-Qur'an menutup surah al-Maidah. Demikianlah
konteks Al-Qur'an berpindah secara mengejutkan dari turannya makanan kepada
sikap atau dialog antara Allah SWT dan Isa bin Maryam pada hari kiamat. Allah
SWT bertanya pada hari kiamat:
'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan
kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'
Para ahli ilmu sepakat bahwa pertanyaan tersebut bukan bersifat pertanyaan
mumi meskipun tampak dalam bentuk pertanyaan karena Allah SWT mengetahui apa
yang dikatakan oleh Isa. Tentu yang dimaksud dengan pertanyaan itu adalah
sesuatu yang lain. Ada yang mengatakan bahwa Allah SWT bermaksud memberitahu
Isa bahwa kaumnya telah mengubah ajarannya sepeninggalnya. Dan mereka telah
mendapatkan fitnah. Ada lagi yang mengatakan bahwa Allah SWT bermaksud dari
pertanyaan itu untuk mencela orang-orang yang mengubah akidah Nabi Isa setelah
beliau tidak ada. Kami kira pertanyaan tersebut memuat dua makna dan mencakup
makna yang lain.
Allah SWT ingin menyingkap dan memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang
terakhir bahwa Nabi Isa terlepas dari berbagai macam tuduhan, dan apa saja yang
dilakukan kaumnya sepeninggalnya. Konteks AI-Qur'an menunjukkan tentang
peristiwa gaib yang belum terjadi meskipun akan terjadi pada hari kiamat. Oleh
karena itu, Al-Qur'an menyampaikannya dalam bentuk
fi'il madhi (kata
kerja bentuk lampau). Al-Qur'an menyampaikan berita gaib ini kepada penduduk
dunia agar mereka mengetahui hakikat Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya kepadanya dan Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi
besar, Isa tidak menjawab kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya
Allah.' Sebelum menjawab, Isa memulai dengan tasbih dan menyucikan Allah SWT.
Nabi Isa menampakkan kepatuhan dan ketundukan kepada kemuliaan Allah SWT dan
rasa takut terhadap azab-Nya. Qurthubi menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika Allah SWT berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia
jadikanlah aku dan ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak gemetar terhadap
perkataan itu sehingga ia mendengar rintihan dari tulang-tulangnya di dalam
jasadnya lalu ia berkata:
'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Tidak mungkin aku
memutuskan sesuatu yang tidak aku miliki, yang diriku tidak dapat melakukannya.
Aku hanya seorang hamba, bukan seorang yang disembah:
Jika aku pernah
mengatakannya maha tentulah Enghau telah mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa menyampaikan jawabannya kepada Allah SWT dan ia
mengembalikan sesuatu kepada Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui terhadap
apa yang dikatakannya.
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku
tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Yakni, Engkau mengetahui
apa yang aku sembunyikan sedangkan aku tidak mengetahui apa yang engkau
sembunyikan. Engkau mengetahui rahasiaku dan apa yang terlintas dalam hatiku
dan aku tidak mengetahui apa yang Engkau sembunyikan dari ilmu gaib-Mu.
Sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap
hal-hal yang gaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap apa yang terjadi di
tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat aku dari bumi:
'Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau kepadaku (mengatakan)nya
yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia hanya
mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya:
Dan
aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi mereka saat aku tinggal di tengah-tengah
mereka dan mengajak mereka ke jalan yang benar. Maka
setelah Engkau wafatkan
aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah mempunyai
tiga bentuk: Pertama,
wafat dalam pengertian kematian, sebagaimana
firman Allah SWT:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya." (QS.
az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya ajal. Kedua, bahwa wafat adalah tidur, sebagaimana
firman Allah SWT:
"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari. " (QS.
al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan kalian. Ketiga,
wafat berarti pengangkatan,
sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu kepada akhir
ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas dari apa yang mereka katakan dan apa yang mereka
nisbatkan kepadanya. Isa mengumumkan bahwa dakwahnya tidak lebih dari sekadar
ajakan untuk bertahuid dan tidak keluar dari kerangka Islam yang diakui oleh
pengikutnya. Kemudian Isa kembali menyampaikan pembicaraannya dan meminta belas
kasihan kepada Allah SWT:
Jika Engkau rnenyiksa mereka, makasesungguhnya
mereka adalah hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari makhluk yang mempunyai
kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci Engkau dan
tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan kekuasaan. Pada akhirnya, mereka adalah
hamba-Mu dan seorang hamba tidak memiliki apa-apa di hadapan tuannya kecuali
kepatuhan:
Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika Engkau mengampuni mereka, maka Engkau Maha
Pengampun dan Maha Pengasih. Jadi, jawaban Isa terfokus pada penyerahan diri
dan kepatuhan serta tunduk kepada kemuliaan Allah SWT dan kebesaran-Nya. Para
pengikut Nabi Isa adalah hamba-hamba Allah SWT yang patuh. Jika Allah SWT
berkehendak, maka Dia akan menyiksa mereka sesuai dengan siksaan yang layak
mereka terima, dan jika Dia berkehendak, maka Dia akan mengampuni mereka karena
Dia mengetahui karena mereka memang layak untuk mendapatkan ampunan. Dengan
penyerahan yang mutlak ini, Isa menyampaikan jawaban atas pertanyaan Allah SWT
dan beliau berlepas diri dari apa yang dikatakan oleh kaumnya sepeninggalnya.
Isa menyampaikan—pada awal pembicaraannya—bahwa hanya Allah SWT yang patut disembah,
dan pada akhir pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya kepada Allah
SWT.
Allah berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan Isa, dan karena dialog tersebut terjadi pada hari
kiamat, Allah SWT berfirman: "Hari ini adalah hari kiamat di mana
orang-orang yang benar akan dapat mengambil manfaat dari kebenaran mereka di
dunia. Kebenaran mereka di sana akan mereka temukan balasannya yang berupa
rahmat di sini.
"Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya; Allah ridha terhadap
mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. "
Demikianlah balasan orang-orang yang benar, surga. Dan ada balasan yang
lebih baik dari surga, yaitu kepuasan (ridha) seorang hamba terhadap Allah SWT
dan keridhaan Allah SWT terhadap hamba. Pengertian kepuasaan seorang hamba
adalah kegembiraannya terhadap penyembahan kepada Allah SWT sedangkan
pengertian keridhaan Allah SWT terhadap hamba-Nya adalah rahmat yang
diberikan-Nya kepada mereka:
Itulah keberuntungan yang paling besar.' Setelah
itu Allah SWT, memberitahukan hakikat Isa dan seluruh nabi-Nya:
"Kepunyaan
Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu." Allah SWT adalah Penguasa satu-satunya dan
Dia Pencipta satu-satunya. Selain-Nya adalah hamba.
Isa terus melangsungkan dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan
mengetahui bahwa singgasana mereka terancam hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak
untuk menangkapnya. Orang-orang Yahudi menyakitinya dan menuduhnya dengan
berbagai macam tuduhan. Isa dikatakan sebagai penyihir dan sebagai orang yang
mengubah syariat dan mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada
kekuatan setan. Ketika mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat
melumpuhkan Nabi Isa dan mereka melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang
fakir berkumpul di sekitarnya, maka mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka
mempengaruhi orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur karena menganggap bahwa
perselisihan-perselisihan antara orang-orang Yahudi adalah perselisihan yang
terjadi demi memperebutkan kepentingan sesama mereka. Lalu diadakanlah majelis
Sanhadurim
(yaitu majelis undang-undang tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka
berkumpul untuk membuat persekongkolan demi menyingkirkan Isa. Persekongkolan
itu mengambil bentuk yang baru.
Ketika orang-orang Yahudi tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka berpikir
untuk membunuhnya. Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk
membuat suatu kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi
Isa yang tidak menirnbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi bermusyarah, maka salah seorang dari murid al-Masih
yang dua belas pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al-Iskhriyutha. Ia berkata
kepada mereka, "Apa yang kalian berikan jika aku berhasil menyerahkannya
kepada kalian."
"Meja penghianatan telah digelar di antara mereka dan dimulailah
perundingan. Orang-orang Yahudi berusaha mencari titik temu dan mereka sepakat
untuk memberinya tiga puluh lempeng dari perak. Ini adalah harga yang biasa
mereka lakukan untuk membeli seorang budak sesuai dengan syariat Yahudi."
(penjelasan Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang menetapkan untuk menangkap al-Masih dan kemudian
membunuhnya. Dikatakan bahwa kepala pendeta Yahudi merobek-robek bajunya secara
dramatis di suatu pertemuan agama dan ia berteriak, "sungguh Isa telah
kafir." Pero bekan baju dalam tradisi orang-orang Yahudi dilakukan ketika
mereka mendengar atau melihat sesuatu yang mengandung penghinaan terhadap
Allah. Para pendeta Yahudi tidak memiliki kekuasaan untuk menetapkan hukum
bunuh pada saat itu. Semua itu dilakukan oleh kekuasaan penguasa Romawai.
Tetapi tampaknya mereka berhasil meyakinkan kekuasaan Romawi bahwa Isa telah
membuat rencana untuk melengserkan kekuasaan Romawi atau mereka berhasil
meyakinkan penguasa Romawi bahwa masalah yang mereka hadapi murni berkaitan
dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka. Kemudian mereka menyarankan agar
penguasa tidak turut campur atas apa yang mereka tetapkan. Demikianlah
konspirasi itu telah ditetapkan dan telah diputuskan bahwa Isa harus ditangkap
dan kemudian disalib.
Empat Injil yang diakui oleh kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang
proses pembunuhan Isa di mana beliau disalib kemudian beliau bangkit dari
kematiannya dan naik ke langit. Semua Injil ini sepakat tentang proses
pengyaliban Isa dan kematiannya, sebagaimana mereka sepakat tentang tabiat Isa yang
mengandung ketuhanan yang bercampur dengan tabiatnya sebagai manusia. Kami akan
menyampaikan keyakinan orang-orang Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana
diyakini oleh mayoritas kaum Nasrani saat ini, kemudian kami akan mengemukakan
keyakinan Islam tentang Isa sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur'an al-Karim dan
disampaikan oleh para ulama dan disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan
membicarakan hal-hal yang perlu dibicarakan berkaitan hubungan antara kaum
Muslim dan kaum Masehi serta kaitannya dengan akidah mereka.
Injil Mata mengatakan, "Isa ditangkap dan majelis
Sanhadirum memutuskan
bahwa ia harus dibunuh. Kemudian para anggota mejelis itu dari kepala-kepala
para pendeta dan para tokoh mereka menghinanya dan mengejeknya serta berbuat
aniaya terhadapnya bahkan mereka meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil
mengejek mereka berkata, "beritahukanlah wahai al-Masih siapa yang
memukulrnu." Setelah itu al-Masih ditangkap dan ia ditetapkan untuk
dibunuh.
Adalah sudah menjadi tradisi di kalangan orang-orang Romawi untuk mencambuk
orang yang ditetapkan untuk dibunuh sebelum pelaksaan hukum tersebut. Oleh
karena itu, para penguasa Romawi menetapkan agar al-Masih dicambuk terlebih
dahulu. Sedangkan syariat Musa menetapkan agar cambukan itu tidak melebihi
empat puluh kali, namun orang-orang Romawi tidak berhenti pada batasan ini
bahkan mereka terus mencambuk korban dengan cambukan yang kejam dan
terus-menerus sehingga punggung yang bersangkutan hampir saja patah dan
napasnya nyaris tinggal sedikit. Setelah itu, mereka mulai melaksanakan hukum
bunuh kepadanya. Demikianlah yang dilakukan oleh tentara terhadap penyelamat
kita. (Injil Mata 26)
Selesailah proses pecambukan, lalu penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada
tentara agar mereka menyalibnya. Kemudian para tentara membuat sesuatu hal yang
bermaksud untuk menghibur. Mereka mencabut pakaian Isa yang dilumuri dengan
darah yang ada luka di tubuhnya setelah proses pencabukan, lalu mereka
memakaikan pakaian merah dengan maksud untuk mengejeknya. Para raja biasanya
memakai pakaian merah. Mereka terus menghinanya. Mereka memakaikannya mahkota
dari duri dan meletakkannya di atas kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka sampai pada suatu tempat yang bernama Jaljatsah, yaitu
suatu tempat di luar pagar Ursyilim. Tradisi Yahudi menetapkan untuk memberi
satu gelas khamer yang bercampur dengan minyak wangi bagi orang yang ditetapkan
untuk dihukum mati sebelum pelaksanaan hukum. Ini dimaksudkan sebagai alat
pembius untuk meringankan penderitaannya. Tetapi para tentara menentang tradisi
ini dan mereka memberi al-Masih satu gelas dari cuka yang bercampur dengan
sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks Injil mata mengatakan (cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh
tujuh: "Sehingga mereka sampai ke suatu tempat yang bernama Jaljatsah lalu
mereka memberinya minuman keras yang bercampur dengan empedu agar ia
meminumnya. Ketika ia merasakannya, ia enggan untuk meminumnya. Kemudian mereka
menyalibnya. Kemudian mereka duduk di sana menjaganya dan meletakkan di atas
kepalanya suatu tuduhan yang tertulis: Ini adalah Yasu', penguasa Yahudi.
Mereka benar-benar menyalibnya bersama Yasim. Salah seorang dari keduanya di
sebelah kanannya dan yang lain di sebelah kirinya. Lalu orang-orang yang lewat
di tempat itu mencelanya dan berkata, "wahai yang menghancurkan tempat
sembahan dan yang membangunnya pada tiga hari, selamatkanlah dirimu dan jika
engkau adalah anak Allah, maka turunlah dari tempat penyaliban itu."
Demikianlah sebagian riwayat kaum Masehi tentang proses penyalipan serta penafsiran
mereka berkaitan dengannya. Kami telah menukilnya tanpa memperhatikan tentang
catatan yang terdapat dalam Injil Mata yang terbaru, yaitu ia merupakan catatan
yang paling baik dalam bentuknya yang terkumpul dari ulama-ulama mereka dan
tokoh-tokoh agama Masehi sehingga ia lebih mudah untuk dipahami dan lebih
sederhana. Kami telah mengemukakan sebagiannya kepada Anda dalam
halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam akidah Islam disebutkan suatu riwayat yang berbeda
dengan riwayat yang ada dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang, baik yang
berhubungan dengan kehidupan akhir yang dialami oleh Isa maupun tabiat Isa yang
merupakan sumber perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Qur'an al-Karim
menceritakan bahwa Allah SWT tidak menghendaki Bani Israil untuk membunuh Isa
atau menyalibnya tetapi Allah SWT menyelamatkannya dari kekufuran mereka lalu
mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka tidak berhasil membunuhnya dan tidak berhasil
menyalibnya tetapi ia diserupakan seperti orang-orang di antara mereka. Allah
SWT berfirman:
"Dan karena ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh
al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan
tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah arang yang diserupakan
dengan Isa bagi meeha. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka
tidah mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah
Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepadanya." (QS.
an-Nisa': 157-158)
Dan Allah SWT juga berflrman:
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan
menyampaikan karnu pada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta
membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam sepakat atas hal itu dan mereka berselisih pendapat
tentang cara beragumentasi terhadap apa yang mereka yakini sebagai kebenaran.
Sebagian mereka meyakini nas-nas Al-Qur'an saja yang menyebut tentang Isa
al-Masih dan mereka tidak mendukungnya atau memperkuatnya dengan kitab-kitab
lain selain Al-Qur'an. Kedua metode tersebut memiliki titik kekuatan
tersendiri. Orang yang berpegangan dengan pendapat yang pertama mengatakan
bahwa Nabi melarang untuk membahas kitab-kitab pegangan kaum Yahudi dan kaum
Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka dan bagi kita agama kita dan hanya Allah
SWT yang akan memutuskan segala perselisihan di antara kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang yang berpegangan dengan cara yang kedua mengatakan
bahwa larangan Nabi tersebut terjadi pada permulaan masa Islam di mana kaum
Muslim sangat dekat dengan masa jahiliah. Nabi memerintahkan mereka agar tidak
disibukkan dengan kitab-kitab lain selain kitab mereka, yakni Al-Qur'an. Yang
demikian ini dimaksudkan agar mereka memiliki akidah yang kuat dan keyakinan
mereka benar-benar tertanam dalam diri mereka, Tetapi ilmu dan pandangan ilmiah
menetapkan bahwa seorang yang alim harus banyak menggali kitab-kitab kuno dalam
rangka mengetahui kebenaran dan jika ia mendapati sesuatu yang sesuai dengan
apa yang didapatinya dengan kebenaran, maka hatinya akan lebih merasa tenang
dan damai. Berkaitan dengan kelompok yang pertama yang merasa cukup dengan
Al-Qur'an, kita tidak menemukan perincian-perincian yang mendalam berkenaan
dengan usaha penangkapan Isa, bagaimana proses pengangkatannya ke langit, di
mana Isa diserupakan dengan salah seorang di antara mereka, bagaimana dia diserupakan
dengan salah seorang di antara mereka. Allah SWT telah menyerupakannya dengan
salah seorang di antara mereka sedangkan Nabi Isa diangkat ke langit.
Demikianlah penjelasan singkat mereka, tidak ada penambahan lagi. Sedangkan
kelompok yang kedua, mereka melontarkan kisah secara lengkap. Mereka mengatakan
bahwa Allah SWT menyerupakan Isa dengan Yahuda. Yahuda ini adalah Yahuda
al-Askhariyutha yang menurut Injil ia menjualnya kepada musuh-musuhnya dan
menunjukkan kepada mereka tentang keberadaannya. Ia adalah seorang muridnya
yang terpilih. Demikian ini sesuai dengan Injil Barnabas di mana disebutkan di
dalamnya: "Ketika para tentara mendekat bersama Yahuda di tempat yang di
situ terdapat Yasu', maka Yasu' mendengar kedatangan segerombolan orang yang
menuju tempatnya. Oleh karena itu, ia segera pergi ke rumah dalam keadaan
takut. Di dalam rumah itu terdapat sebelas orang yang tidur. Ketika Allah
melihat bahaya akan mengancam hamba-Nya, maka Dia merintahkan Jibril, Mikail,
dan Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail) yang mereka semua adalah para
utusan-Nya untuk mengambil Yasu' dari dunia. Lalu datanglah malaikat-malaikat
yang suci di mana mereka mengambil Yasu' dari pintu yang dekat dengan arah
selatan. Mereka membawanya dan meletakkannyadi langit yang ketiga dengan
disertai para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah selama-lamanya.
Yahuda masuk secara paksa ke kamar yang di situlah Yasu' diangkat ke langit.
Saat itu murid-murid sedang tidur semuanya, lalu Allah mendatangkan keajaiban
yang luar biasa di mana Yahuda berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia
sangat mirip sekali dengan Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun ia
(Yahuda) setelah membangunkan kami, ia mencari-cari di mana si guru berada.
Oleh karena itu, kami merasa heran dan kami menjawab, "bukankah engkau
wahai tuanku guru kami, apakah sekarang engkau telah melupakan kami?"
Demikianlah kisah yang terdapat dalam Injil Barnabas. Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang Sesungguhnya
telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar,
kedua-duanya biasa memakan makanan." (QS. al-Maidah: 75)
Para ulama berkata, "Al-Masih dinamakan al-Masih karena ia mengusap
bumi dan membersihkannya serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah
di zaman itu karena saking hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi kepadanya dan
bagaimana usaha mereka untuk menciptakan dusta padanya dan kepada ibunya
as." Banyak ulama yang meriwayatkan tentang kesucian spiritual dari Nabi
Isa. Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi bahwa beliau menceritakan tentang
al-Masih sebagai berikut: "Isa melihat seorang lelaki yang mencuri lalu ia
berkata: "Wahai si fulan apakah engkau mencuri?" Orang itu berkata:
"Tidak, demi Allah aku tidak mencuri," Isa berkata: "Aku beriman
kepada Allah SWT dan pengelihatanku telah berbohong." Ini menunjukkan
kesucian ruhani Isa di mana ia lebih memilih sumpah orang itu atas apa yang
disaksikannya. Ia membayangkan bahwa orang tersebut tidak akan bersumpah dan
membawa nama Allah SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta sehingga ia menerima
pernyataannya dan ia kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata: "Aku
beriman kepada Allah SWT, yakni aku mempercayaimu dan mataku telah berbohong
karena engkau telah bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan bahwa
suatu hari Nabi Isa berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati bangkai
anjing yang busuk baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat terpukul dan sangat
menderita dengan bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata:
"Lihatlah betapa putih giginya."
Isa ingin mengajari manusia bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana
Nabi Isa menekankan agar mereka lebih melihat kepada keindahan dan kebaikan.
Dakwah Nabi Nabi Isa merupakan puncak dari ketinggian ruhani dan idealisme yang
mengagumkan di mana Beliau lebih menekankan kebaikan daripada keburukan.
Rasulullah berkata: "Semua para nabi adalah saudara, agama mereka satu
sedangkan mereka dilahirkan dari berbagai macam ibu dan aku adalah manusia yang
utama begitu juga Isa bin Maryam di mana tidak ada nabi setelahku dan
sesudahnya." Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa Nabi Isa akan turun
pada akhir zaman. Islam sangat memberikan penghormatan kepada Isa yang sesuai
dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi
ulul azmi yang besar. Islam
menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah diberikan kepada Maryam.
Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan
janganlah hamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya
al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang terjadi dengan)
kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh
dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu
mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.' Berhentilah dari ucapan itu. (Itu) lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari mempunyai anak,
segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah untuk
menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah,
dan tidak (pula enggan) malaikat malaikat yang terdekat (kepada Alah).
Barangsiapa yang enggan dari menyernbah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah
akan mengumpulkan mereka semua kepadanya. Adapun orang-orang yang beriman dan
berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah
untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan
menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih,
dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong
selain dari Allah. " (QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu Katsir berkata dalam
Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa
berselisih pendapat setelah Nabi Isa diangkat ke langit. Sebagian mereka
mengatakan, di tengah-tengah kita ada hamba Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus).
Sebagian lagi mengatakan, dia adalah Allah. Yang lain lagi mengatakan, dia
adalah anak Allah. Mereka berselisih pendapat tentang Injil yang menyebutkan
berbagai kebo hongan di mana terdapat di dalamnya penambahan, pengurangan, dan
pergantian. Al-Qur'an al-Karim telah membahas persoalan ketuhanan. Ia
menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Suci dari segala sekutu dan anak dan segala
hal yang menyerupai-Nya serta segala bentuk ingkarnasi, kejauhan, kedekatan dan
pencapaian pandangan mata. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, YangMahaEsa.'Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. " (QS.
al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as Allah berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan)
Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam
dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusia),
maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran: 59)
"Mereka (orang-orang kafir) berkata: Allah mempunyai anah.' Maha
Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah;
semua tunduk kepadanya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia
berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan
kepadanya: 'Jadilah', lalujadilah ia." (QS. al-Baqarah: 116-117)
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putra Allah' dan orang-orang
Nasrani berhata: Al-Masih itu putra Allah.' Demikian itulah ucapan mereka
dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu.
Mereka dilaknat oleh Allah; bagaimana mereka sampai berpaling?" (QS.
at-Taubah: 30)
Nas tersebut mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti
mereka dari umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada
keyakinan penyaliban Isa, tentang tebusan dan kebangkitan Tuhan yang disembelih
serta penentangannya terhadap para pengikutnya setelah kematiannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya
Allah itu ialah al-Masih putra Maryam.'
Katakanlah: 'Maka siapakah
(gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendah Allah, jika Dia hendak
membinasakan al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang
yang berada di bumi semuanya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan
apayang ada di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dihehendaki-Nya. Dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah salah
seorang dari yang tiga,' padahal sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan
YangEsa." (QS. al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Qur'an al-Karim menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling
berlawanan yang tumbuh setelah pengangkatan al-Masih. Al-Qur'an menjelaskan
bahwa al-Masih adalah hamba Allah SWT dan seorang rasul yang diutus kepada Bani
Israil. Kata hamba dan rasul adalah kata yang sangat jelas artinya, adapun yang
dimaksud dengan
al-Kalimah dan
ar-Ruh, maka kedua kata tersebut
perlu dijelaskan. Kaum Muslim memahami bahwa
al-Kalimah adalah petunjuk
Allah SWT yang diberikan-Nya kepada Maryam sedangkan
ar-Ruh adalah
menunjukkan atau mengisyaratkan kepada Ruh Kudus, yaitu Jibril as. Allah SWT
telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan ruh yakni Jibril:
"Dan (ingatlah) ketiha Aku dukung kamu dengan Ruhul Kudus." (QS.
al-Maidah: 110)
Setelah mengemukakan keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan
akhir dari kehidupannya dan setelah menjelaskan kebenaran yang Allah SWT
ceritakan kepada kita tentang karakter tersebut dan akhir dari kehidupan yang
dialami oleh Nabi Isa, kita ingin mengetahui apa yang harus dilakukan oleh kaum
Muslim dalam hubungan mereka dengan orang-orang Masehi serta keyakinan mereka.
Islam menetapkan atau menyampaikan nas-nas yang jelas yang mengkhususkan agama
Masehi—di antara agama-agama yang lain—dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari
ketuhanan al-Masih; ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang
dilakukannya. Namun Al-Qur'an menegaskan dalam nasnya bahwa agama Nasrani
merupakan agama yang lebih dekat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang demikian itu disebabkan karena di
antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib,
(juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS.
al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para pengikut al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya.
Allah SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun
dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak menikah
dan mengurung diri di biara) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka
tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakannya untuk mencarai keridhaan
Allah." (QS. al-Hadid: 27)
Tidak terdapat kontradiksi dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al-Qur'an
terhadap ketuhanan al-Masih dan pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani
serta pujiannya terhadap orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung makna
lebih dari satu: Pertama, bahwa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat
sulit bagi para pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah SWT yang
mengakui hakikat apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan
orang-orang Nasrani terdapat para pendeta dan para rahib yang tidak bersikap
congkak di hadapan Allah SWT tetapi mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya;
ketiga, sebagian pengikut Nabi Isa memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih
sayang dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali
dari keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT telah menetapkan perintah-Nya
kepada kaum Muslim agar mereka memperlakukan
ahlul kitab dengan
perlakuan yang mulia dan baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk
menentukan keyakinan pada setiap manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS. Yunus: 99)
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah." (QS.
al-Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu
kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa
tidah kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu
pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan
selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka:
'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada
Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahwa ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara
memperlakukan kaum Masehi sebagai individu sebagaimana ia berbicara tentang
bagaimana kita memperlakukan keyakinan mereka. Sehubungan dengan kaum Masehi
sebagai individu, kita menyaksikan ayat-ayat tersebut memerintahkan untuk
membalas kecintaan yang mereka perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas
mengatakan bahwa mereka lebih dekat kecintaannya kepada orang-orang yang
beriman. Jika Allah SWT yang menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim
harus membalas kebaikan dan kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani.
Adapun sehubungan dengan keyakinan mereka, di dalam Al-Qur'an terdapat banyak
ayat yang melarang untuk memaksa manusia dalam bentuk apa pun. Allah SWT
berfirman:
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka
barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin
kafir biarlah ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu, karena keimanan yang didahului dengan paksaan adalah
bukan keimanan karena ia berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia,
padahal itu adalah syarat dari keimanan. Dan barangkali inilah yang menunjukkan
kesempumaan Islam dilihat dari sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa
kita harus memaksakan tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon
kepada Allah SWT dari kesalahan dan kebodohan bahwa Islam dengan sikapnya itu
ingin menjauhkan para pengikutnya dari kalangan awam dari perdebatan yang
panjang dan melelahkan seputar keyakinan orang lain. Tentu perdebatan tersebut
tidak akan berujung dan akan menjadi seperti debat kusir saja. Namun tugas
tersebut hanya diemban oleh para ulama, di mana mereka membahas sebagaimana
mereka kehendaki berbagai keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan
orang-orang awam tidak diberi tanggung jawab dalam hal itu. Lagi pula,
perselisihan antara keyakinan dan aliran-aliran di kalangan Masehi dan kalangan
Yahudi jika melibatkan orang-orang awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan
hanya membuat lelah saja.
Islam akan kembali menjadi asing dan akan kembali menjadi asing seperti
pertama kali terbit. Dalam suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang
Muslim berhasil membangun suatu individu Muslim yang kokoh. Dan ketika bangunan
tersebut telah selesai, maka sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita
tidak mendengar bahwa salah seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan
yang sengit yang tidak berujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya
memberi petunjuk kepada orang lain sehingga orang tersebut engetahui jalan
menuju Allah SWT adalah perbuatan yang indah, tetapi hidayah tersebut didahului
dengan tekad seseorang untuk memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri.
Seandainya orang-orang Islam membimbing mereka menuju jalan Allah SWT niscaya
Allah SWT memberi petunjuk melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari
hamba-hamba-Nya.
Al-Qur'an menetapkan dua mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan
dalam kitab Injil: pertama mukjizat yang berupa pembicaraannya saat ia masih
menyusui dibuaian. Dan yang kedua mukjizat makanan yang turun dari langit
kepada kaum Hawariyin. Sebagaimana Al-Qur'an menetapkan kemuliaan yang
diperoleh oleh Nabi Isa saat ia diselamatkan dari tangan-tangan jahat orang-orang
Yahudi yang ingin menyiksanya atau membunuhnya sehingga Nabi Isa terselamatkan
dan dia diangkat ke langit. Rasulullah saw mewasiatkan kepada sahabatnya agar
mereka memperlakukan orang-orang Masehi dengan penuh kebaikan, bahkan beliau
menikahi Maria al-Qibthiya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa
seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf yang bernama al-Hasin mempunyai dua
orang anak yang masih Kristen, lalu ia masuk Islam dan bertanya kepada
Rasulullah saw bagaimana seandainya ia harus memaksa kedua anaknya untuk
memeluk Islam sedangkan mereka berdua menolak agama lain selain agama Masehi?
Kemudian Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS.
al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk
berunding dengan Nabi, maka beliau memberi mereka setengah dari mesjidnya agar
mereka dapat melaksanakan salat dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu hari
Rasulullah saw berdiri untuk melakukan salat kepada seseorang jenazah lalu
dikatakan kepadanya bahwa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah
menjawab: "Bukankah ia adalah manusia." Dalam kesempatan lain
Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang mengganggu secara aniaya
seorang Yahudi atau seorang Nasrani, maka aku akan jadi musuhnya pada hari
kiamat." Terkadang kekuasaan akan langgeng meskipun disertai dengan
kekufuran tetapi ia tidak akan abadi ketika disertai dengan kelaliman.
Para ulama Islam berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah
pengangkatannya. Mereka sepakat bahwa beliau tidak disalib tetapi Allah SWT
mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak disalib, maka bagaimana
keadaannya setelah itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati seperti matinya
nabi yang lain? Mayoritas mengatakan bahwa Allah SWT mengangkat Isa dengan
fisiknya dan ruhnya di sisi-Nya. Mereka mengambil zahir dari firman-Nya:
"Tetapi Allah mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa':
158)
Juga sebagian hadis yang mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok
yang lain dari kalangan mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoritas,
mereka mengatakan bahwa Nabi Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya
sebagaimana Dia mematikan nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat ruhnya di sisi-Nya
sebagaimana ruh para nabi diangkat, begitu juga ruh para shidiqin (orang-orang
yang benar) dan syuhada. Mereka mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan
menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan
kamu dari orang-orang yang kafir." (QS. Ali 'Imran: 55)
Kami sendiri lebih memilih pendapat yang pertama karena ia sangat
sesuai—sebagai mukjizat yang luar biasa—dengan kelahiran Isa di mana kelahiran
tersebut dipenuhi dengan mukjizat yang luar biasa, juga sesuai dengan
kehidupannya dan kesuciannya. Jadi, kedua-duanya merupakan mukjizat yang luar
biasa.♦
Demikian
kita sudahi sulu semoga bermanfaat. Sekian mohon maaf bila ada kekurangannya.
Terima kasih telah membaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh...