Iklan

Rabu, 03 Februari 2016

Amerika dan korea tentang teknologi

Tidak bisa memperoleh transfer of technology (ToT) untuk 4 core technology dari Amerika, Korea mulai mencari alternative sumber 4 core technology ini dari negara Eropa. Korea Selatan dikabarkan sedang mengincar teknologi dari negara seperti Swedia, Israel dan negara konsorsiun EruFighter. Salah satu yang diincar Korea adalah teknologi radar AESA (Active Electronically Scanned Array) serta bagaimana cara mengintegrasikannya kedalam pesawat tempur utuh.

Indikasi terkait hal ini bisa dilihat didalam event Aerospace and Defense Exhibition (ADEX) yang digelar di Korea Selatan beberapa waktu lalu. Seperti yang diberitakan oleh portal DefenseNews.com, disebutkan bahwa beberapa negara Eropa tersebut pun menunjukkan ketertarikannya untuk terlibat dalam hal ini.

Swedia, salah satu negara Eropa yang memiliki industry dirgantara dan pendukungnya yang sangat maju, menjadi salah satu yang di incar Korea Selatan. Teknologi radar AESA buatan SAAB Electonic Defense System dikabarkan salah satu yang cukup menarik perhatian Korea Selatan. Pejabat SAAB Electonic Defense System dalam event ADEX 2015 lalu menyebutkan bahwa mereka bisa bekerjasama dengan Korea Selatan untuk teknologi radar AESA ini.

Menurut pejabat SAAB Electonic Defense System tersebut, perusahaannya sudah mengembangkan radar AESA dan sudah melakukan serangkaian uji coba. SAAB Electonic Defense System juga menyebutkan bahwa technology radar AESA buatannya ini bisa digunakan oleh flatform pesawat tempur yang ada ataupun yang sedang dirancang seperti KFX/IFX. Tidak hanya radar AESA-nya saja tetapi juga bagaimana cara mengintegrasikannya kedalam flatform pesawat tempur. Pejabat SAAB Electonic Defense System ini juga menyebutkan mereka hanya akan memerlukan waktu yang tidak lama, sekitar 2 tahun, untuk menyelasikan technology ini dan mengintegrasikannya ke pesawat tempur.

Didalam event ADEX 2015 Korea Selatan, SAAB Electonic Defense System juga membawa sebuah prototype radar AESA. Tidak disebutkan tipe radar AESA tersebut, namun beberapa spekulasi menyebutkan radar AESA yang dibawa tersebut adalah pengembangan dari radar PS-05/A Mark 4. Spekulasi ini menyebutkan bahwa tipe radar yang ditawarkan ke Korea ini adalah PS-05/A Mark 5 yang sudah menggunakan teknologi AESA, bukan lagi mechanically scanned array seperti radar PS-05/A Mark 3 dan 4.

Prototipe Radar AESA buatan SAAB yang ditawarkan ke Korea SelatanPrototipe Radar AESA buatan SAAB yang ditawarkan ke Korea Selatan. Image Source: Janes.com

Radar PS-05/A Mark 3 dan 4 sendiri adalah radar yang digunakan di pesawat tempur SAAB Gripen C/D yang diproduksi oleh Swedia. Namun di varian pesawat tempur Gripen terbaru yaitu SAAB Gripen E/F sudah tidak lagi menggunakan varian radar buatan SAAB ini, melainkan menggunakan radar Raven ES-05 AESA buatan Selex ES – Inggris. Tidak digunakannya radar PS-05/A Mark 5 AESA buatan SAAB Electonic Defense System dalam Gripen E/F, bisa menjadi salah satu alasan perusahaan tersebut menawarkannya untuk digunakan di flatform pesawat tempur lain seperti KFX/IFX.

Namun belum jelas apakah ada pembicaraan khusus antara Korea Selatan dan SAAB Electonic Defense System terkait kemungkinan technology radar AESA ini digunakan di project pengembangan pesawat tempur KFX/IFX yang melibatkan Korea Selatan dan Indonesia.

[Baca Juga : Amerika Tolak Beri 4 Teknologi ke Project KFX Korea – Indonesia]

Tidak hanya Swedia dan SAAB Electonic Defense System-nya, Korea Selatan kabarnya juga mengincar perusahaan penyedia teknologi radar AESA yaitu Selex ES, yang merupakan perusahaan patungan Inggris dan Italia. Teknologi radar AESA buatan perusahaan ini tidak perlu diragukan lagi karena sudah digunakan di pesawat tempur E/F Typhoon Trance 3A dan SAAB Gripen E/F. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa radar Captor E AESA yang digunakan EF Typhoon Trance 3A dan radar Raven ES-05 AESA yang digunakan Gripen E/F merupakan radar buatan perusahaan ini.

Perusahaan Selex ES ini bahkan lebih terus terang dibandingkan dengan SAAB Electonic Defense System dalam menawarkan radar AESA buatannya untuk digunakan di project KFX/IFX. Selex ES merekomendasikan untuk memilih radar Captor E AESA untuk dipakai di project KFX/IFX, dan bersedia membantu kebutuhan Korea Selatan.

Radar Captor E AESA buatan Selex ES ditawarkan ke Korea.Radar Captor E AESA buatan Selex ES ditawarkan ke Korea.

Selex ES menyebutkan bahwa opsi terbaik bagi Korea terkait radar AESA ini adalah melakukan produksi lokal radar Captor-E dengan system lisensi, sembari dengan bantuan transfer teknologi dari Selex ES, Korea suatu saat akan mampu menguasai teknologi radar AESA ini. Namun belum ada informasi terkait apa respon pemerintah Korea terkait tawaran radar AESA Captor E dari Selex ES ini.

Negara dengan teknologi dirgantara maju lainnya, Israel, juga tidak kalah dalam memberikan tawaran menarik kepada kebutuhan radar AESA untuk project KFX/IFX ini. Perusahaan dirgantara Israel, Israel Aerospace Industries (IAI) melalui anak perusahaannya Elta System dikabarkan menawarkan radar AESA EL/M-2052 untuk digunakan di project pesawat tempur KFX/IFX. Tawaran ini cukup menarik dan cukup besar peluangnya, mengingat varian radar buatan Elta System lainnya yaitu EL/M-2032 mechanically scanned array juga sudah digunakan dipesawat tempur FA-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan.

[Baca Juga : Tender Kontraktor Utama Project KFX/IFX di Korea]

Pejabat Elta System dalam event ADEX 2015 menyebutkan bahwa perusahaannya siap bekerjasama dengan Korea Selatan. Pejabat tersebut juga menegaskan bahwa keseluruhan system radar ini adalah buatan Israel sendiri sehingga tidak akanmemerlukan persetujuan Amerika untuk digunakan dalam project KFX/IFX. Hal ini tampaknya ditegaskan oleh Elta System sebagai pemikat mengingat Korea sebelumnya berharap Amerika membantu teknologi ini, namun ditolak.

Ketiga tawaran teknologi radar AESA beserta teknologi integrasinya kedalam project pesawat tempur KFX/IFX ini memberikan harapan baru bagi project ini, meski tentunya masih akan melalui proses yang panjang dalam hal negosiasinya. Dan hingga kini belum ada keputusan dari Korea Selatan terkait tawaran teknologi radar AESA dari Eropa ini. Namun tampaknya Korea Selatan sudah tidak mengharapkan teknologi ini dari Amerika, sehingga tawaran Eropa ini akan lebih realistis untuk diambil.

Opsi Alternatif Korea Selatan Terkait 4 Core Technology yang Ditolak Amerika


Terkait kekurangan 4 core teknologi AESA ini, sejatinya Korea Selatan sudah mengembangkan teknologinya. Namun sampai saat ini belum ada teknologi buatan Korea yang matang untuk kebutuhan ini. Korea Aerospace Industries (KAI) yang akan bertugas melakukan integrasi system pesawat tempur KFX/IFX ini secara keseluruhan, menyebutkan bahwa mereka lebih memprioritaskan untuk membeli teknologi yang sudah matang yang ada di pasar dibandingkan mengembangkan teknologinya sendiri.

Hal ini mengingat deadline project yang diharapkan sudah mulai terbang satu decade mendatang. Namun KAI dan Korea Selatan tetap akan mengembangkan keseluruhan teknologi tersebut secara lokal dengan tujuan di masa mendatang, pesawat tempur KFX/IFX Block 2 dan 3 akan menggunakan teknologi buatan Korea sendiri.

Pejabat KAI menyebutkan bahwa untuk 5 tahun kedepan, mereka lebih focus untuk membuat pesawat tempur KFX dengan menggunakan radar AESA buatan Amerika atau Eropa. Sejalan dengan itu, pengembangan teknologi radar AESA didalam negeri Korea Selatan akan terus dijalankan dengan bantuan negara lain seperti Eropa, sehingga diharapkan dalam 10 tahun mendatang, Korea Selatan sudah menguasai teknologi radar AESA untuk digunakan di KFX Block 2 dan 3.

Design KFX/IFX C-203 Delta Wing Dual EngineDesign KFX/IFX C-103 Delta Wing Dual Engine

ADD (Balitbang Korea) juga menyebutkan bahwa mereka sedang melakukan komunikasi dengan beberapa perusahaan dari Amerika, Eropa dan Israel untuk mencari cara untuk mendapatkan teknologi radar AESA. Perusahaan yang terpilih selanjutnya akan bekerjasam dengan LigNex1 untuk mengembangkan radar AESA untuk kebutuhan Korea Selatan dimasa mendatang. Tidak hanya untuk teknologi radar AESA, 3 kekurangan teknologi lainnya seperti Infrared Serach and Track (IRST), electronics optics targeting pod (EOTP) dan radio frequency jammer, juga sedang dicari Korea Selatan dari negara Eropa tersebut. Pejabat pemerintah Korea sepertinya tidak hanya mengincar systemnya saja, tetapi juga cara mengintegrasikannya kedalam project pesawat tempur KFX/IFX ini.

Selain 4 core teknologi diatas yang sudah di tolak Amerika Serikat, ada 21 core teknologi lainnya yang akan diterima oleh Korea Selatan dari Amerika. Ke-21 core teknologi ini merupakan bagian dari kontrak pembelian 40 unit F-35A Lightning II beberapa tahun lalu. Saat ini, Korea Selatan sedang menunggu proses approval dari pemerintah Amerika terkait transfer of technology (TOT) untuk 21 core technology ini.

Tender Mesin Pesawat Tempur KFX/IFX Di Mulai


Selain masalah 4 core tecknology diatas, saat ini Korea Selatan sudah mulai membuka tender untuk pengadaan sekitar 400 unit mesin untuk digunakan di pesawat tempur KFX/IFX ini. Sebagaimana kita ketahui saat ini ada dua kandidat mesin yang akan digunakan yaitu EJ200 buatan Euroet Turbo - Eropa dan F414 buatan General Electric – Amerika. EJ200 sendiri saat ini sudah digunakan sebagai mesin pesawat tempur EF Typhoon, sedangkan GE F414 digunakan oleh pesawat tempur F/A-18 E/F Super Hornet, EA-18G Growler dan SAAB Gripen E/F.

Pejabat Eurojet dalam event ADEX 2015 menyebutkan bahwa mereka menawarkan mesin EJ200 untuk digunakan di project KFX/IFX, sembari menyebutkan bahwa mesin ini sudah teruji dengan sangat baik, memiliki jam operasi yang panjang dan sangat mudah dalam pemeliharaan. Pejabat ini juga menegaskan bahwa memilih mesin EJ200 buatan Eurojet ini, akan membuat Korea Selatan terhindar dari penolakan Amerika Serikat untuk menjual KFX/IFX ke negara lain dimasa mendatang. Peluang untuk memproduksi lokal mesin EJ200 ini juga dibuka sembari memberikan transfer teknologi agar Korea bisa belajar mengintegrasikan mesin ini.

Design KFX/IFX C-103 Conventional Wing Dual EngineDesign KFX/IFX C-103 Conventional Wing Dual Engine

General Electric sebagai saingan Eurojet dalam tender ini terlihat cukup percaya diri, mengingat mereka sudah punya pengalaman panjang bekerjasama dengan Korea Selatan dalam masalah mesin pesawat tempur. Sebut saja mesin GE F404 pada varian T-50 Golden eagle dan F110 pada KF-16 dan F-15K. Bahkan Korea Selatan sudah melisensi mesin ini dan diproduksi secara lokal di Korea.

Tender ini sendiri sudah dijalankan KAI dengan meminta Eurojet dan General Electric untuk memasukkan tawaran mereka, dimana diharapkan proposal tawaran paling lama diterima tanggal 4 November 2015 ini. Pemenang tender ini sendiri dikabarkan akan diumumkan pada bulan February 2016 mendatang.

Indonesia dan Korea Selatan Segera Tanda Tangani Kontrak


Terkait project pengembangan pesawat tempur KFX/IFX ini, dikabarkan juga bahwa pemerintah Korea Selatan dan Indonesia akan segera menandatangani kontrak yang mengikat kedua negara dalam project ini. Seperti yang disebutkan oleh pejabat DAPA Korea, kontrak yang mengikat kedua negara diharapkan sudah ditandatangani di akhir bulan Oktober 2015 ini.

Kabar ini juga menepis dugaan bahwa Indonesia memutuskan keluar dari project pengembangan KFX/IFX ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebelumnya muncul beberapa informasi yang menyebutkan pemerintah Indonesia keluar dari project ini, tidak lama setelah adanya kabar penolakan Amerika untuk memberikan 4 core teknologi ke project ini.

Kontrak yang dikabarkan akan ditanda tangani ini adalah kontrak fase Engineering and Manufacturing Development (EMD). Sebelumnya pada tanggal 6 Oktober 2014 lalu sudah ditandatangani oleh kedua negara Project Agreement (PA) fase EMD KFX/IFX ini. Kontrak ini sendiri tampaknya akan menjabarkan hal-hal yang lebih spesifik dari project agreement terkait project ini.

[Baca Juga : Project Pesawat Tempur KFX/IFX Di Tunda Pemerintah Indonesia?]

Dalam Project Agreement (PA) sebelumnya disepakati bahwa akan dibangun 6 unit prototype pesawat tempur KFX/IFX, dimana satu unit prototype akan diberikan kepada Indonesia dan 5 unit untuk Korea Selatan. Ke-6 unit prototype ini akan digunakan untuk mengujicoba semua system pesawat tempur sebelum masuk tahap terakhir yaitu produksi massal.

Kita tunggu saja seperti apa kontraknya akan berjalan dan apapun yang diputuskan oleh pemerintah Indonesia, kita dukung saja. Bahkan jika pemerintah Indonesia pada akhirnya memilih untuk keluar dari project ini, tentunya pemerintah punya alasan yang logis dibalik ini. Jadi kita tunggu saja perkembangan dan berita selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar