Iklan

Sabtu, 06 Februari 2016

Rusia Luncurkan Kapal Selam

Rusia Luncurkan Kapal Selam Paling Senyap di Dunia  
Krasnodar, kapal selam paling senyap buatan Russia. businessinsider.com
TEMPO.COMoskwa - Perusahaan pertahanan Rusia, Admiralty Shipyards, meluncurkan kapal selam kelas Varshavyanka kedua pekan ini. Disebutkan Krasnodar, perusahaan ini mengklaim kapal itu akan menjadi kapal selam paling senyap di dunia, menurut laporan Zachary Keck untuk The National Interest sebagaimana dikutip Businessinsider, Jumat, 1 Mei 2015.


Krasnodar adalah bagian dari rencana untuk memperbarui armada kapal selam Rusia. Menurut Russia Today, kapal selam ini adalah kapal selam Varshavyanka kedua dari enam yang direncanakan untuk armada Laut Hitam hingga akhir 2016.

Kelas Varshavyanka ini merupakan pembaruan dari kapal selam kelas Kilo saat ini. Meskipun kapal selam kelas Varshavyanka tidak bisa menyelam sedalam atau tetap terendam air selama kapal selam nuklir, mereka hampir tidak mungkin untuk terdeteksi secara akustik.

Kapal selam kelas Varshavyanka terutama akan digunakan untuk perang di perairan dangkal. Menurut Naval Technology, kapal selam ini dapat berlayar sejauh 400 mil, dapat berpatroli selama 45 hari, dan membawa rudal dan torpedo permukaan-ke-udara.

Kapal selam kelas Varshavyanka pertama kali diluncurkan pada November 2013. Dijuluki Novorossiysk, kapal selam ini juga berbasis di Laut Hitam.....


Jumat, 05 Februari 2016

5 Kapal Selam Buatan Rusia


Inilah 5 Kapal Selam Rusia Paling Mematikan
Media Rusia merilis daftar lima kapal selam Rusia paling mematikan. | (Sputnik)


MOSKOW - Sejumlah media Rusia belum lama ini melansir daftar pesawat tempur dan kapal perang paling berbahaya yang dimiliki militer Kremlin. Dalam laporan itu, terdapat daftar lima kapal selam paling mematikan yang dimiliki Rusia.


Laman Sputnik dalam laporannya Senin malam (13/7/2015), ikut melansir lima kapal selam nuklir Rusia yang paling mematikan tersebut. Berikut daftarnya.

1. Kapal selam Akula-class

Kapal selam ini sejatinya bernama kapal Bar atau Project 971 Shchuka-B. Namun, oleh NATO kerap dinamakan sebagai Akula. Ini merupakan kapal selam bertenaga nuklir yang dilengkapi dengan 40 torpedo, ranjau dan rudal jelajah 12 RK-55.

Kapal selam ini pertama dikerahkan di akhir 1980-an. Kecepatannya cukup mengesankan, yakni hingga 35 knot saat terendam. Kapal ini mampu menyelam di kedalaman maksimum 600 meter (hampir 2.000 kaki) dan menawarkan sebuah daya tahan hingga 100 hari.

Keunggulan lainnya, kapal selam karya insinyur Soviet ini memiliki tingkat kebisingan yang rendah. Kapal ini telah dikembangkan dalam beberapa versi, termasuk Akula II yang terkenal sebagai kapal selam paling tenang saat ditugaskan.

Angkatan Laut Rusia telah mengoperasikan lebih dari sepuluh kapal selam Akula, yang salah satunya disewa di India selama sepuluh tahun untuk membantu proyek kapal selam bernama INS Chakra.

2. Kapal selam Kilo-class

Kapal selam ini dikenal di Rusia sebagai Project 877 Paltus. Namun, kemudian dikenal sebagai kapal selam Kilo yang merupakan kapal klasik Perang Dingin. Ini adalah kapal selam bertenaga diesel-listrik pertama yang ditugaskan pada tahun 1982.

Kapal selam Kilo dilengkapi dengan rudal udara, torpedo, ranjau dan rudal anti-kapal. Kapal ini dirancang untuk menjalankan misi anti-kapal selam di perairan pesisir. Kapal ini terkenal menjadi platform ekspor populer dan dibeli oleh Aljazair, China, India, Iran, Polandia dan Rumania.

3. Kapal selam Project 636M

Kapal selam Project 636 Varshavyanka adalah kapal selam versi perbaikan dari kapal selam Kilo. Kapal selam ini diklaim memiliki kecepatan yang lebih tinggi dengan teknologi maju. Kapal ini diklaim mampu berperang dalam jarak panjang dari pendahulunya.

Kapal jenis ini dijuluki NATO sebagai sebuah “lubang hitam” sejak kapal selam Kilo-class dikembangkan dan hampir mustahil untuk bisa dideteksi di bawah air.

Kapal selam Varshavyanka dipersenjatai dengan torpedo, ranjau dan rudal jelajah 3M54. Kapal tipe ini telah diperintahkan oleh Kementerian Pertahanan Rusia mulai beroperasi pada 2014 dan ditugaskan untuk Armada Laut Hitam Rusia.

4. Kapal selam Borei-class

Kapal selam Borei dan Yasen-class adalah dua platform yang dirancang sejak akhir Perang Dingin. Yang pertama adalah kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir yang dirancang untuk menggantikan kapal selam tua, seperti Delta III dan IV Delta. Kapal selam Borei dimaksudkan sebagai tulang punggung penangkal nuklir maritim Rusia.

Kapal selam Borei dibangun untuk melayani Angkatan Laut Rusia dengan kemampuan jarak jauh dalam beberapa tahun mendatang. Angkatan Laut Rusia sejauh telah mengoperasikan tiga kapal selam Borei-class; Yury Dolgoruky, Alexandr Nevsky dan Vladimir Monomakh. Dua yang pertama ditugaskan pada tahun 2013, sedangkan yang terbaru adalah dalam pelayanan aktif sejak Desember 2014.

5. Kapal selam Yasen-class

Ini adalah kapal selam Project 885 yang merupakan kapal selam multiguna. Kapal ini disebut-sebut sebagai “perahu serbaguna” paling maju di Angkatan Laut Rusia. Kapal Yasen dirancang untuk menggantikan kapal selam Akula-class.

Selain dilengkapi senjata torpedo, kapal selam Yasen mampu menembak rudal jelajah dari delapan sistem peluncuran vertikal. Kapal Yasen-class juga dapat menyelinap lebih dari 600 meter di bawah gelombang, dan membuat mereka ancaman yang lebih kuat untuk musuh Rusia
.

Teknologi Canggih Angkatan Laut Rusia

10 Juli 2015 VLADIMIR SYERBAKOV
Pada awal Juli 2105 ini, kota Sankt Petersburg kembali menyelenggarakan pameran militer kelautan internasional. Sejumlah alasan objektif, baik politis maupun ekonomi, membuat banyak perusahaan asing—pengembang dan produsen senjata dan peralatan militer angkatan laut—tidak bepartisipasi dalam pameran kali ini. Namun demikian, beberapa perusahaan dalam negeri berhasil menarik perhatian. RBTH akan menyajikan berita paling menarik dari pameran militer kelautan internasional ini.
Acara pembukaan Pameran militer kelautan di Sankt Peterburg, 4 Juli. Foto: Ruslan Shamukov / TASS
Acara pembukaan Pameran militer kelautan di Sankt Peterburg, 4 Juli. Foto: Ruslan Shamukov / TASS








Di antara yang ditampilkan di stan United Shipbuilding Corporation dan perusahaan-perusahaan industri perkapalan Rusia lainnya, ada beberapa maket yang menarik perhatian, seperti konsep kapal permukaan tempur yang prospektif, frigate serbaguna dari Proyek 22356, versi modern dari korvet Proyek 20382, platform dasar laut berkecepatan tinggi dengan rongga udara bagian bawah KBK-1200, dan tentu saja kapal selam Piranha-T.
Di luar pameran, Angkatan Laut Rusia dan kementerian juga menyediakan beberapa lusin kapal dan perahu dengan beraneka ragam fungsi. Di antara kapal-kapal tersebut, yang paling menarik adalah kapal selam terbaru bertenaga diesel Proyek 636.3 Stary Oskol, Proyek 20380 korvet Stoyky, sejumlah proyek kapal laut 12150 Mangust, proyek kapal patroli 03160 Raptor yang dipersenjatai dengan unit remote control yang unik, peluncur granat otomatis, proyek antisabotase 21980 Grachonok, dan lain-lain.
Selain itu, ada pula kapal laut penyapu ranjau generasi terbaru, yaitu Aleksander Obukhov yang masuk ke dalam proyek 12700. Kapal ini memiliki fitur unik berupa badan kapal yang terbuat dari kaca serat (fiberglass), dilengkapi dengan pukat, dan mampu dioperasikan dari jarak jauh sebagai
"Storm" Rusia
Salah satu topik utama yang dibahas di pameran dagang tersebut, yaitu pembuatan kapal induk Rusia yang dikenal dengan sebutan Proyek 23000E Storm. Meskipun kapal ini baru akan dibangun pada tahun 2018, ketertarikan pengunjung kepada kapal laut tersebut sangatlah besar.
Berdasarkan modelnya, Storm adalah kapal induk Rusia yang sangat menjanjikan. Kapal laut dengan berat keseluruhan sekitar seratus ribu ton ini akan memiliki dua papan lompat (berada di moncong kapal dan di sudut dek penerbangan) dan dua ketapel untuk menerbangkan berbagai pesawat terbang. Kapal induk ini juga dapat menampung kapal perang generasi kelima, pesawat dengan pendeteksi radar, dan juga pendaratan pesawat di arester.
Kapal induk Storm sanggup menampung hingga 90 pesawat dan helikopter dari berbagai jenis. Sementara, pengelolaan penerbangan akan dilakukan melalui dua menara kontrol yang tersedia di atas kapal laut itu sendiri.
Kapal induk ini akan memanfaatkan sumber energi bertenaga nuklir yang sangat potensi menghasilkan energi besar, yang menurut perkiraan para ahli bisa digunakan untuk mengoperasikan ketapel elektromagnetik di kapal laut. Laporan mengenai perkembangan sistem ini dikabarkan berjalan lancar. Kapal induk ini rencananya juga akan mempunyai pembangkit listrik tenaga nuklir yang akan dipertahankan untuk uji coba di kapal perusak "Leader".
Di sisi lain, kemungkinan penerapan sejumlah pembangkit listrik gabungan, termasuk nuklir dan turbin gas ke dalam kapal ini, sedang ditinjau lebih jauh. Dalam hal ini, kapal induk akan diberikan "quick start" yang dengan cepat mengatur turbin gas dan dengan gerakan penuh kapal induk akan mendapatkan energi nuklir yang siap digunakan saat beroperasi di lautan.
"Perisai" Api untuk Kapal
Sebuah berita yang tersebar pada saat pameran mengatakan bahwa produsen kapal akan mengeluarkan versi kapal laut dari rudal jarak pendek antiroket dan misil "Pantsir-S1". Kepala perancang sistem pertahanan udara berbasis laut Biro Instrumen Desain A, Shipunova Alexander Zhukov, mengatakan, "Kompleks ini tengah dimasukkan ke dalam rangkaian produksi," katanya kepada TASS.
Kompleks ini mendapat sebutan sebagai "Pantsir-M". Kompleks ini dilengkapi dengan roket yang bisa diluncurkan dari daratan dan juga rudal "Hermes-K" yang mengarah pada target saat data diterima dari pesawat tak berawak (UAV).
Pada waktu yang sama, tembakan artileri kompeks ini dapat menembus pertahanan udara musuh. Amunisi dengan modul serupa yang berada di kapal laut hanya tersedia beberapa saja, termasuk 32 rudal.
Modifikasi rudal "Pansir-ME" untuk ekspor membangkitkan minat besar di antara mitra lama Rusia di bidang kerja sama teknik dan militer, serta untuk klien-klien baru ke depannya. Ketertarikan ini dikarenakan "Pantsir" (Perisai) laut dapat diganti dengan sistem serupa yang digunakan armada asing

Kapal Selam Siluman Rusia

Sink or swim
Presiden Rusia Vladimir Putin melihat dari jendelan batiskaf riset saat sedang menyelam ke dalam perairan Laut Hitam. Sang presiden ikut ambil bagian dalam sebuah ekspedisi dekat Sevastopol, Krimea, 18 Augustus 2015. Sumber: Reuters


Armada kapal selam Australia tengah menghadapi masalah yang besar. Diganggu oleh masalah reliabilitas hampir sejak mereka menyentuh air pada 1996, enam kapal kelas Collins yang diproduksi Australia hampir mengembuskan nafas terakhir mereka. Namun, kapal selam modern yang akan menggantikan Collins masih jauh, karena kepemimpinan politik dan militer negara tersebut belum bisa memutuskan apa yang sesungguhnya mereka inginkan.
Pemerintah Australia kesulitan mengambil keputusan karena tak berpengalaman mencari perangkat militer beroktan tinggi. Australia juga tak punya uang tunai untuk membayar biaya penggantian sebesar 36 miliar dolar AS, yang diperkirakan akan meningkat dua atau tiga kali lipat ketika kita memperhitungkan faktor biaya operasional sepanjang pemakaian perangkat tersebut.
Namun, alasan yang lebih utama ialah negara tersebut mengeksplor terlalu banyak pilihan dari banyak negara. Mereka mencari kapal dari Jepang, namun juga mempertimbangkan kapal milik Jerman, Prancis, dan Amerika.
Rencana utama ialah membeli kapal selam kelas Soryu milik Jepang. Namun, setelah Perdana Menteri Tony Abott—yang menjadi otak kunci pembelian kapal Jepang—turun dari jabatannya, lembaga pertahanan Australia kini mengekor gerak-gerik PM Australia yang baru, Malcom Turnbull, entah ke Timur atau Barat.
Calon-calon Kapal Selam Australia
Defence White Paper Australia 2013 menyebutkan persyaratan bagi kapal selam masa depan negara tersebut. Persyaratan kunci adalah kapal harus mampu melakukan misi strategis dan karakteristik siluman serta karakterisitk operasional kapal selam canggih lain sangat krusial. “Kapal harus mampu melakukan patroli panjang dengan jarak penuh di area yang diperlukan. Mereka juga harus berkecepatan tinggi,” terang dokumen tersebut.
Selain itu, kapal selam masa depan Australia harus memiliki jangkauan luas dan ketahanan patroli yang tinggi, lebih canggih dari kapal selam kelas Collins. Ia juga perlu dilengkapi dengan fasilitas komunikasi yang aman dan bersifat real-time.
Kapal Selam Siluman Rusia
Saat ini, satu-satunya kapal selam di dunia yang memenuhi semua persyaratan tersebut adalah kapal selam Rusia. Kapal selam terbaru Moskow Novorossiysk, yang juga dikenal sebagai Black Hole, memiliki teknologi siluman yang canggih. Kapal selam ini menawarkan propulsi diesel-elektrik yang canggih, kapal selam yang sangat tenang ini tak bisa dideteksi oleh musuh, sesuai namanya.
Bahkan AL AS, yang mengaku melacak kapal selam Rusia sepanjang waktu, tak bisa mendeteksi Black Holes. Kapal selam ini dapat dengan bebas mendekati pesisir pantai AS tanpa khawatir terdeteksi.
Sementara untuk kapal selam nuklir, Rusia memiliki Akula yang dipinjamkan untuk India. Pada 2012, kapal selam kelas Akula dengan misil serang darat jarak jauh berlayar di sekeliling Teluk Meksiko selama beberapa minggu tanpa terdeteksi.
Persyaratan Jangkauan
Kapal selam Rusia juga dikenal dengan jangkauannya yang luas, kerap berlayar melintasi benua dari markasnya di Arktik. Kapabilitas ini berbeda jauh dengan kapal selam Eropa, yang dirancang untuk berpartroli di perairan dangkal atau Atlantik Utara. Australia, yang memiliki perbatasan maritim sangat panjang, membutuhkan pasukan bawah laut yang dapat berpatroli baik di sisi timur maupun barat, hampir tanpa jeda.
Untuk senjata, kapal selam Rusia dilengkapi dengan rudal jelajah darat tercepat dan paling mematikan di dunia, serta senjata antikapal. Misil Granit, misalnya, dapat berlayar sejauh 625 km, yang memungkinkan Angkatan Laut Australia menyerang target dari luar jangkauan musuhnya. Akula juga dilengkapi dengan rudal jelajah darat serta senjata antikapal Klub yang memiliki jangkauan 2.500 kilometer.
Berani Bertaruh?
Kasus Collins harus menjadi peringatan bagi Australia akan bahaya mengandalkan vendor tunggal. Kapal selam tersebut mengalami sejumlah masalah teknis, menciptakan mimpi buruk bagi AL Australia. Mereka berkali-kali harus diperbaiki, dan secara teknis Collins belum beroperasi penuh hingga 2004, delapan tahun sejak pertama kali diluncurkan.
Menurut Andrew Davies dan Mark Thomson dari Australian Strategic Policy Institute, bahkan setelah diperbaiki berkali-kali, kapal selam kelas Collins masih kekurangan sistem tempur dan mesin dieselnya sangat tak bisa diandalkan. Dalam laporan berjudul 'Mind the Gap: Getting Serious About Submarines’, mereka menyebutkan bahwa biaya perbaikan mencapai 1,6 miliar dolar AS.
Dan masalah terus berlanjut. Davies dan Thomson menjelaskan, mesin diesel kapal Collins menghadapi banyak masalah, dan diperparah dengan kekurangan suku cadang. Masalah utama adalah keputusan untuk menyesuaikan mesin yang awalnya didesain bukan untuk kapal kelas Collins. Pengalaman menunjukkan bahwa mesin tersebut memiliki getaran tinggi dan kerap menghadapi kegagalan operasional.
Jelas, siluman—persyaratan yang dikeluarkan oleh White Paper—bukan karakter yang dimiliki kapal Collins.
Belajar dari pengalaman tersebut, Australia perlu memiliki lebih dari satu vendor. White Paper merekomendasikan armada berisi 12 kapal. Secara realistis, Australia dapat mencari dana hanya untuk enam kapal selam. Entah bagaimana pembagiannya, Australia perlu membagi antara, katakanlah Rusia dan Jepang, atau vendor Eropa.
Bagaimana dengan AS? Harapan Australia untuk mendapatkan kapal Amerika salah tempat karena AS tak lagi memproduksi kapal selam diesel elektrik. Bahkan jika Australia mau menurunkan standarnya dan bersedia membeli kapal selam nuklir, Australia tak bisa berharap banyak dari AS. AS sendiri tengah sibuk mengganti armadanya yang sudah mulai menua dan ia tak percaya akan teknologi nuklir dari sekutu lain, kecuali Inggris. Faktanya, Amerika menyuruh Canberra untuk membeli kapal Soryu dari Jepang, agar hubungan kedua negara semakin erat, mungkin untuk mengisolasi Tiongkok.
Sementara, sebagai kapal selam yang paling siluman dan memiliki jangkauan terluas, kapal Rusia memenuhi kriteria utama Defence White Paper. Membagi pesanan antara Rusia dengan Jepang atau Eropa akan memastikan bahwa masalah yang dihadapi salah satu kapal tak akan melumpuhkan seluruh armada.
Diplomasi Maritim
Situasi di Asia Pasifik cenderung stabil dengan beberapa potensi masalah. Hal ini terutama terkait dengan rivalitas AS-Tiongkok di wilayah tersebut. Melihat sejumlah negara Asia, termasuk saingannya yakni Indonesia, Vietnam, dan Thailand, telah memperbaharui perangkat militer mereka khususnya armada kapal selam, kekhawatiran Australia semakin menjadi-jadi. Oleh karena itu, sebaiknya Canberra mulai membangun jembatan dengan Rusia, daripada terus-terusan bersikap antagonis.
Di bawah pemerintahan Abbott, Australia mengadopsi kebijakan yangbersifat negatif terhadap Rusia. Australia harus menanggalkan pola pikir Perang Dingin dan melihat Rusia sebagai pendukung keamanan regional. Kapal selam Rusia akan melekatkan hubungan kedua negara di lingkup kelautan, memastikan Australia memiliki sekutu yang kuat di Pasifik.
Bertindak Cepat, atau Tenggelam
Akhir hidup Collins semakin dekat, sehingga Australia harus bertindak cepat. Karena tetangga-tetangganya telah memiliki kapal selam Rusia, Prancis, dan Jerman, Australia perlu bertindak sebelum sayap kapal selamnya tertinggal akibat keabaian pemerintah.
Menurut Davies dan Thomson, jika desain kapal selam masa depan diperhitungkan hari ini, dengan lini masa seperti kapal Collins, maka kapal pertama akan mengakhiri uji coba lautnya dan mulai beroperasi pada 2027, dan kapal keenam akan beroperasi pada 2033.
Itu adalah skenario terbaik. Skenario terbaik adalah Australia mungkin tak akan memiliki kapal selam sama sekali selama beberapa waktu. Dalam kasus tersebut, rencana Australia untuk menjadikan armadanya sebagai armada yang kuat, superior, dan terjangkau akan tenggelam ke dasar Samudera Pasifik.
Empat Kapal Selam Paling Dirahasiakan Milik Armada Laut Rusia

Rabu, 03 Februari 2016

Amerika dan korea tentang teknologi

Tidak bisa memperoleh transfer of technology (ToT) untuk 4 core technology dari Amerika, Korea mulai mencari alternative sumber 4 core technology ini dari negara Eropa. Korea Selatan dikabarkan sedang mengincar teknologi dari negara seperti Swedia, Israel dan negara konsorsiun EruFighter. Salah satu yang diincar Korea adalah teknologi radar AESA (Active Electronically Scanned Array) serta bagaimana cara mengintegrasikannya kedalam pesawat tempur utuh.

Indikasi terkait hal ini bisa dilihat didalam event Aerospace and Defense Exhibition (ADEX) yang digelar di Korea Selatan beberapa waktu lalu. Seperti yang diberitakan oleh portal DefenseNews.com, disebutkan bahwa beberapa negara Eropa tersebut pun menunjukkan ketertarikannya untuk terlibat dalam hal ini.

Swedia, salah satu negara Eropa yang memiliki industry dirgantara dan pendukungnya yang sangat maju, menjadi salah satu yang di incar Korea Selatan. Teknologi radar AESA buatan SAAB Electonic Defense System dikabarkan salah satu yang cukup menarik perhatian Korea Selatan. Pejabat SAAB Electonic Defense System dalam event ADEX 2015 lalu menyebutkan bahwa mereka bisa bekerjasama dengan Korea Selatan untuk teknologi radar AESA ini.

Menurut pejabat SAAB Electonic Defense System tersebut, perusahaannya sudah mengembangkan radar AESA dan sudah melakukan serangkaian uji coba. SAAB Electonic Defense System juga menyebutkan bahwa technology radar AESA buatannya ini bisa digunakan oleh flatform pesawat tempur yang ada ataupun yang sedang dirancang seperti KFX/IFX. Tidak hanya radar AESA-nya saja tetapi juga bagaimana cara mengintegrasikannya kedalam flatform pesawat tempur. Pejabat SAAB Electonic Defense System ini juga menyebutkan mereka hanya akan memerlukan waktu yang tidak lama, sekitar 2 tahun, untuk menyelasikan technology ini dan mengintegrasikannya ke pesawat tempur.

Didalam event ADEX 2015 Korea Selatan, SAAB Electonic Defense System juga membawa sebuah prototype radar AESA. Tidak disebutkan tipe radar AESA tersebut, namun beberapa spekulasi menyebutkan radar AESA yang dibawa tersebut adalah pengembangan dari radar PS-05/A Mark 4. Spekulasi ini menyebutkan bahwa tipe radar yang ditawarkan ke Korea ini adalah PS-05/A Mark 5 yang sudah menggunakan teknologi AESA, bukan lagi mechanically scanned array seperti radar PS-05/A Mark 3 dan 4.

Prototipe Radar AESA buatan SAAB yang ditawarkan ke Korea SelatanPrototipe Radar AESA buatan SAAB yang ditawarkan ke Korea Selatan. Image Source: Janes.com

Radar PS-05/A Mark 3 dan 4 sendiri adalah radar yang digunakan di pesawat tempur SAAB Gripen C/D yang diproduksi oleh Swedia. Namun di varian pesawat tempur Gripen terbaru yaitu SAAB Gripen E/F sudah tidak lagi menggunakan varian radar buatan SAAB ini, melainkan menggunakan radar Raven ES-05 AESA buatan Selex ES – Inggris. Tidak digunakannya radar PS-05/A Mark 5 AESA buatan SAAB Electonic Defense System dalam Gripen E/F, bisa menjadi salah satu alasan perusahaan tersebut menawarkannya untuk digunakan di flatform pesawat tempur lain seperti KFX/IFX.

Namun belum jelas apakah ada pembicaraan khusus antara Korea Selatan dan SAAB Electonic Defense System terkait kemungkinan technology radar AESA ini digunakan di project pengembangan pesawat tempur KFX/IFX yang melibatkan Korea Selatan dan Indonesia.

[Baca Juga : Amerika Tolak Beri 4 Teknologi ke Project KFX Korea – Indonesia]

Tidak hanya Swedia dan SAAB Electonic Defense System-nya, Korea Selatan kabarnya juga mengincar perusahaan penyedia teknologi radar AESA yaitu Selex ES, yang merupakan perusahaan patungan Inggris dan Italia. Teknologi radar AESA buatan perusahaan ini tidak perlu diragukan lagi karena sudah digunakan di pesawat tempur E/F Typhoon Trance 3A dan SAAB Gripen E/F. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa radar Captor E AESA yang digunakan EF Typhoon Trance 3A dan radar Raven ES-05 AESA yang digunakan Gripen E/F merupakan radar buatan perusahaan ini.

Perusahaan Selex ES ini bahkan lebih terus terang dibandingkan dengan SAAB Electonic Defense System dalam menawarkan radar AESA buatannya untuk digunakan di project KFX/IFX. Selex ES merekomendasikan untuk memilih radar Captor E AESA untuk dipakai di project KFX/IFX, dan bersedia membantu kebutuhan Korea Selatan.

Radar Captor E AESA buatan Selex ES ditawarkan ke Korea.Radar Captor E AESA buatan Selex ES ditawarkan ke Korea.

Selex ES menyebutkan bahwa opsi terbaik bagi Korea terkait radar AESA ini adalah melakukan produksi lokal radar Captor-E dengan system lisensi, sembari dengan bantuan transfer teknologi dari Selex ES, Korea suatu saat akan mampu menguasai teknologi radar AESA ini. Namun belum ada informasi terkait apa respon pemerintah Korea terkait tawaran radar AESA Captor E dari Selex ES ini.

Negara dengan teknologi dirgantara maju lainnya, Israel, juga tidak kalah dalam memberikan tawaran menarik kepada kebutuhan radar AESA untuk project KFX/IFX ini. Perusahaan dirgantara Israel, Israel Aerospace Industries (IAI) melalui anak perusahaannya Elta System dikabarkan menawarkan radar AESA EL/M-2052 untuk digunakan di project pesawat tempur KFX/IFX. Tawaran ini cukup menarik dan cukup besar peluangnya, mengingat varian radar buatan Elta System lainnya yaitu EL/M-2032 mechanically scanned array juga sudah digunakan dipesawat tempur FA-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan.

[Baca Juga : Tender Kontraktor Utama Project KFX/IFX di Korea]

Pejabat Elta System dalam event ADEX 2015 menyebutkan bahwa perusahaannya siap bekerjasama dengan Korea Selatan. Pejabat tersebut juga menegaskan bahwa keseluruhan system radar ini adalah buatan Israel sendiri sehingga tidak akanmemerlukan persetujuan Amerika untuk digunakan dalam project KFX/IFX. Hal ini tampaknya ditegaskan oleh Elta System sebagai pemikat mengingat Korea sebelumnya berharap Amerika membantu teknologi ini, namun ditolak.

Ketiga tawaran teknologi radar AESA beserta teknologi integrasinya kedalam project pesawat tempur KFX/IFX ini memberikan harapan baru bagi project ini, meski tentunya masih akan melalui proses yang panjang dalam hal negosiasinya. Dan hingga kini belum ada keputusan dari Korea Selatan terkait tawaran teknologi radar AESA dari Eropa ini. Namun tampaknya Korea Selatan sudah tidak mengharapkan teknologi ini dari Amerika, sehingga tawaran Eropa ini akan lebih realistis untuk diambil.

Opsi Alternatif Korea Selatan Terkait 4 Core Technology yang Ditolak Amerika


Terkait kekurangan 4 core teknologi AESA ini, sejatinya Korea Selatan sudah mengembangkan teknologinya. Namun sampai saat ini belum ada teknologi buatan Korea yang matang untuk kebutuhan ini. Korea Aerospace Industries (KAI) yang akan bertugas melakukan integrasi system pesawat tempur KFX/IFX ini secara keseluruhan, menyebutkan bahwa mereka lebih memprioritaskan untuk membeli teknologi yang sudah matang yang ada di pasar dibandingkan mengembangkan teknologinya sendiri.

Hal ini mengingat deadline project yang diharapkan sudah mulai terbang satu decade mendatang. Namun KAI dan Korea Selatan tetap akan mengembangkan keseluruhan teknologi tersebut secara lokal dengan tujuan di masa mendatang, pesawat tempur KFX/IFX Block 2 dan 3 akan menggunakan teknologi buatan Korea sendiri.

Pejabat KAI menyebutkan bahwa untuk 5 tahun kedepan, mereka lebih focus untuk membuat pesawat tempur KFX dengan menggunakan radar AESA buatan Amerika atau Eropa. Sejalan dengan itu, pengembangan teknologi radar AESA didalam negeri Korea Selatan akan terus dijalankan dengan bantuan negara lain seperti Eropa, sehingga diharapkan dalam 10 tahun mendatang, Korea Selatan sudah menguasai teknologi radar AESA untuk digunakan di KFX Block 2 dan 3.

Design KFX/IFX C-203 Delta Wing Dual EngineDesign KFX/IFX C-103 Delta Wing Dual Engine

ADD (Balitbang Korea) juga menyebutkan bahwa mereka sedang melakukan komunikasi dengan beberapa perusahaan dari Amerika, Eropa dan Israel untuk mencari cara untuk mendapatkan teknologi radar AESA. Perusahaan yang terpilih selanjutnya akan bekerjasam dengan LigNex1 untuk mengembangkan radar AESA untuk kebutuhan Korea Selatan dimasa mendatang. Tidak hanya untuk teknologi radar AESA, 3 kekurangan teknologi lainnya seperti Infrared Serach and Track (IRST), electronics optics targeting pod (EOTP) dan radio frequency jammer, juga sedang dicari Korea Selatan dari negara Eropa tersebut. Pejabat pemerintah Korea sepertinya tidak hanya mengincar systemnya saja, tetapi juga cara mengintegrasikannya kedalam project pesawat tempur KFX/IFX ini.

Selain 4 core teknologi diatas yang sudah di tolak Amerika Serikat, ada 21 core teknologi lainnya yang akan diterima oleh Korea Selatan dari Amerika. Ke-21 core teknologi ini merupakan bagian dari kontrak pembelian 40 unit F-35A Lightning II beberapa tahun lalu. Saat ini, Korea Selatan sedang menunggu proses approval dari pemerintah Amerika terkait transfer of technology (TOT) untuk 21 core technology ini.

Tender Mesin Pesawat Tempur KFX/IFX Di Mulai


Selain masalah 4 core tecknology diatas, saat ini Korea Selatan sudah mulai membuka tender untuk pengadaan sekitar 400 unit mesin untuk digunakan di pesawat tempur KFX/IFX ini. Sebagaimana kita ketahui saat ini ada dua kandidat mesin yang akan digunakan yaitu EJ200 buatan Euroet Turbo - Eropa dan F414 buatan General Electric – Amerika. EJ200 sendiri saat ini sudah digunakan sebagai mesin pesawat tempur EF Typhoon, sedangkan GE F414 digunakan oleh pesawat tempur F/A-18 E/F Super Hornet, EA-18G Growler dan SAAB Gripen E/F.

Pejabat Eurojet dalam event ADEX 2015 menyebutkan bahwa mereka menawarkan mesin EJ200 untuk digunakan di project KFX/IFX, sembari menyebutkan bahwa mesin ini sudah teruji dengan sangat baik, memiliki jam operasi yang panjang dan sangat mudah dalam pemeliharaan. Pejabat ini juga menegaskan bahwa memilih mesin EJ200 buatan Eurojet ini, akan membuat Korea Selatan terhindar dari penolakan Amerika Serikat untuk menjual KFX/IFX ke negara lain dimasa mendatang. Peluang untuk memproduksi lokal mesin EJ200 ini juga dibuka sembari memberikan transfer teknologi agar Korea bisa belajar mengintegrasikan mesin ini.

Design KFX/IFX C-103 Conventional Wing Dual EngineDesign KFX/IFX C-103 Conventional Wing Dual Engine

General Electric sebagai saingan Eurojet dalam tender ini terlihat cukup percaya diri, mengingat mereka sudah punya pengalaman panjang bekerjasama dengan Korea Selatan dalam masalah mesin pesawat tempur. Sebut saja mesin GE F404 pada varian T-50 Golden eagle dan F110 pada KF-16 dan F-15K. Bahkan Korea Selatan sudah melisensi mesin ini dan diproduksi secara lokal di Korea.

Tender ini sendiri sudah dijalankan KAI dengan meminta Eurojet dan General Electric untuk memasukkan tawaran mereka, dimana diharapkan proposal tawaran paling lama diterima tanggal 4 November 2015 ini. Pemenang tender ini sendiri dikabarkan akan diumumkan pada bulan February 2016 mendatang.

Indonesia dan Korea Selatan Segera Tanda Tangani Kontrak


Terkait project pengembangan pesawat tempur KFX/IFX ini, dikabarkan juga bahwa pemerintah Korea Selatan dan Indonesia akan segera menandatangani kontrak yang mengikat kedua negara dalam project ini. Seperti yang disebutkan oleh pejabat DAPA Korea, kontrak yang mengikat kedua negara diharapkan sudah ditandatangani di akhir bulan Oktober 2015 ini.

Kabar ini juga menepis dugaan bahwa Indonesia memutuskan keluar dari project pengembangan KFX/IFX ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebelumnya muncul beberapa informasi yang menyebutkan pemerintah Indonesia keluar dari project ini, tidak lama setelah adanya kabar penolakan Amerika untuk memberikan 4 core teknologi ke project ini.

Kontrak yang dikabarkan akan ditanda tangani ini adalah kontrak fase Engineering and Manufacturing Development (EMD). Sebelumnya pada tanggal 6 Oktober 2014 lalu sudah ditandatangani oleh kedua negara Project Agreement (PA) fase EMD KFX/IFX ini. Kontrak ini sendiri tampaknya akan menjabarkan hal-hal yang lebih spesifik dari project agreement terkait project ini.

[Baca Juga : Project Pesawat Tempur KFX/IFX Di Tunda Pemerintah Indonesia?]

Dalam Project Agreement (PA) sebelumnya disepakati bahwa akan dibangun 6 unit prototype pesawat tempur KFX/IFX, dimana satu unit prototype akan diberikan kepada Indonesia dan 5 unit untuk Korea Selatan. Ke-6 unit prototype ini akan digunakan untuk mengujicoba semua system pesawat tempur sebelum masuk tahap terakhir yaitu produksi massal.

Kita tunggu saja seperti apa kontraknya akan berjalan dan apapun yang diputuskan oleh pemerintah Indonesia, kita dukung saja. Bahkan jika pemerintah Indonesia pada akhirnya memilih untuk keluar dari project ini, tentunya pemerintah punya alasan yang logis dibalik ini. Jadi kita tunggu saja perkembangan dan berita selanjutnya.

Korea Memproduksi Smartphone

Pengumuman Korea Utara bahwa mereka sedang memproduksi smartphone buatan sendiri, ditanggapi dengan sikap skeptis oleh kalangan industri Korea Selatan dan dunia.
Media milik pemerintah Korea Utara pekan lalu memperlihatkan pemimpin Kim Jong Un sedang memeriksa telepon “Arirang” di sebuah pabrik yang terletak di ibukota Pyongyang. Kantor Berita Pusat Korea Utara KCNA 10 Agustus lalu melaporkan bahwa pabrik itu telah mulai memproduksi smartphone dan sudah ada permintaan pemesanan yang tinggi atas produk tersebut.
Korea Utara telah mempromosikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai cara untuk memperbaiki kehidupan ekonominya yang sekarat. Tahun lalu negara itu mengklaim telah mengembangkan komputer tablet. Negara itu punya jaringan telepon selular dan sebuah intranet tapi mereka masih terhalang tembok dari dunia luar.
Meragukan
Para pekerja dalam berbagai foto yang dirilis oleh kantor berita milik pemerintah itu terlihat sedang memeriksa dan menguji hasil akhir telepon genggam pintar namun tak ada gambar mengenai pabriknya, kata seorang ahli teknologi Martyn Williams di situs northkoreatech.org blog.
“Meski KCNA melaporkan bahwa perangkat smartphone itu dibuat di pabrik, barang itu mungkin saja dipesan dari sebuah pabrik di Cina,“ kata Williams, yang menulis untuk PC World dan berbagai publikasi lainnya.
Para ahli computer Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Utara cukup kuat dalam teknologi software atau perangkat lunak untuk melancarkan serangan cyber yang mengganggu situs pemerintah dan perbankan di Korea Selatan, tapi mereka lemah dalam kemampuan pengembangan perangkat keras.
Perang Korea yang berlangsung antara 1950 hingga 1953 berakhir dengan gencatan senjata di semenanjung Korea, meski secara teknis perang masih berlangsung. Sejak itu, pihak selatan telah memakmurkan diri dan mendirikan berbagai perusahaan raksasa seperti Samsung yang memproduksi telepon pintar, chip komputer dan tampilan layar alat elektronik. Sementara ekonomi utara mandek di bawah sistem perencanaan ekonomi terpusat.
Kebanggaan Nasional
Korea Utara mengatakan bahwa telepon pintar Arirang mempunyai berbagai fitur aplikasi “bergaya Korea“ dan bisa digunakan untuk “berkomunikasi dan belajar.” Smartphone itu diklaim mempunyai kamera resolusi tinggi dan teknologi layar sentuh.
Kim Mun-gu, seorang manajer di perusahaan telepon selular Korea Selatan mengatakan bahwa telepon pintar Arirang kelihatannya menggunakan sistem operasi Android.
Ia mengatakan foto-foto itu tidak menyakinkan sebagai bukti bahwa Korea Utara sedang mengembangkan telepon genggam.
“Kelihatannya terlalu bersih untuk sebuah pabrik. Jika itu sebuah pabrik, seharusnya di sana ada komponen-komponen. Memang kelihatannya ada mesin tapi saya tidak bisa mengatakan apakah mereka beroperasi atau tidak,“ kata dia.
Pabrik 11 Mei di mana Korea Utara katakan sedang memproduksi smartphone telah dipromosikan sebagai penghubung bagi dunia riset, pengembangan dan produksi barang-barang elektronik berteknologi tinggi. Kunjungan Kim sebelumnya ke tempat ini dilakukan pada Juli 2011 untuk memeriksa apa yang dikatakan media milik pemerintah sebagai sebuah sistem produksi otomatis untuk LCD televisi -- pengumuman kala itu juga ditanggapi dengan ragu di luar negeri.
Kim yang menjadi pemimpin setelah ayahnya Kim Jong Il meninggal dunia pada akhir 2011, mengatakan pembuatan telepon itu didasarkan pada teknologi buatan sendiri “yang bisa menanamkan kebanggan nasional dan penghormatan atas diri sendiri bagi rakyat Korea,“ demikian dikutip oleh KCNA

Rudal Canggih Buatan Korea Utara

Rudal 'Canggih' Korut Teknologi RusiaRudal jarak pendek yang diujicoba Korea Utara dan disebut sebagai teknologi canggih diduga rudal buatan Rusia. (Reuters/KCNA)
SeoulCNN Indonesia -- Korea Utara menguji rudal anti kapal yang disebutnya “cangggih” dengan dihadiri oleh Kim Jong Un.

Namun para pengamat mengatakan rudal “canggih” yang diujicoba pada Sabtu (7/2) tampaknya rudal rancangan Rusia.

Pengumuman uji coba ini dikeluarkan hanya beberapa minggu sebelum latihan militer bersama Korea Selatan dan Amerika Serikat, yang setiap tahun mendapat tanggapan berupa retorika dan janji pembalasan dari Pyongyang.

Uji coba rudal ini dilakukan di Laut Timur dan media Korea Utara mengatakan “roket pintar ini dengan tepat mencari, melacak dan menghantam kapal ‘musuh’ setelah diluncurkan.”


Kementerian Korea Selatan mengatakan lima rudal jarak pendek yang ditembakkan pada Minggu (8/2) memiliki jangkauan 200 kilometer.

Kantor berita Korea Utara KCNA mengatakan tujuan pembuatan rudal baru ini adalah agar Korea Utara bisa mempertahankan wilayah perairan, dan “bereaksi keras atas berbagai upaya armada musuh melakukan serangan militer, baik berupa pertempuran jarak dekat maupun jarak jauh.”

Media Korea utara juga menerbitkan gambar Kim Jong Un yang dengan berseri-seri berdiri bersama para jenderal militer yang sedang bertepuk tangan.

KCNA juga melaporkan bahwa Kim menyatakan “puas” atas kualitas “tingkat tertinggi” roket-roket yang dibuat di Korea Utara itu.

Tetapi pernyataan ini dipertanyakan karena seorang analis menulis bahwa senjata itu tampak seperti rudal anti kapal Rusia Kh-35E.

“Tidak jelas apakah KPN, Angkatan Laut Korea Utara, mendapatkan sistem itu langsung dari Rusia atau pihak ketiga,” tulis Joseph S. Bermudez dari situs analisis Korea Utara, 38 North.

“Jika sistem baru ini dengan sukses terintegrasi pada KPN dan dikerahkan secara luas, maka ini adalah langkah maju dalam upaya mengganti peralatan kuno milik mereka dan meningkatkan ancaman terhadap Korea Utara dan kapal AL AS di wilayah.”
Kim Jong Un menyaksikan langsung uji coba rudal jarak pendek baru milik Korea Utara yang disebutnya canggih. (Reuters/KCNA)
Bermudez juga memperingatkan bahwa ini hanyalah “potensi perkembangan” karena militer Korea Utara memiliki “sejarah panjang terkait kelambatan dalam integrasi sistem.”

Tahun ini, Korea Utara mengajukan protes tahunan atas latihan militer AS-Korea Utara yang sebelumnya disebut sebagai “adu pedang bersama.”

Negara ini menawarkan moratorium nuklir awal wahun ini dengan imbalan penghentian latihan militer itu.

Namun Amerika Serikat menolak usul itu dan juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyebutnya sebagai “pilihan yang salah”.

Sejak itu, melalui KCNA Korea Utara mengecam AS dengan slogan-slogan berwarna seperti : “Mari kita sapu dan habiskan musuh dan bunuh mereka!” dan peringatan bahwa AS “imperialis akan menghadapi kiamat terakhir.”

Setelah Perang Korea, yang berakhir dengan perlucutan senjata pada 1953, AS mempertahankan personel militer di Korea Utara.

Dan berdasarkan satu traktak pertahanan bersama, kedua negara melakukan latihan militer bersama antara unit-unit AS dan pasukan Korea Utara yang mereka sebut sebagai upaya pertahanan diri yang wajar.

Sumberhttp://edition.cnn.com/2015/02/09/asia/north-korea-missiles/index.html
(yns)